Minggu, 27 Desember 2009
sayap-sayap patah
Ku telusuri jalan panjang di hadapanku,
Berharap temukan ujung yg bisa buatku bahagia.
Kulangkahkan kaki kecilku,
Setapak demi setapak, berharap bisa pelajari setiap langkah yg ku lewati.
Ku susuri malam panjang
Berharap temui sedikit cahaya
Namun yg ku dapati hanya suram, kelam dan sepi.
Hujan mulai turun
Tumpah dari langit tanpa permisi.
Menari-nari diatas kepalaku
Tapi aku tak bergeming.
Kubiarkan setubuhi ragaku,
Biarkan luluhkan nestapa jiwaku.
Aku pernah terbang tinggi
Mencari dia yang bersembunyi dibalik ke sempurnaan yang membalut raganya
Tapi nyatanya tak kutemukan.
Walau lelah aku terus membumbung tinggi mencarinya.
Lalu aku menukik tajam
Terbang rendah sejengkal tanah
Ku mencari dia, berharap bertemu dia dalam ketidak sempurnaan raga
Karena ku ingin temukan yang tersembunyi dalam kemegahan jiwa.
Kutemukan dia,
Dengan kisah kelam
Ku lihat pernah ada luka yg terpatri kuat
Ku ingin sembuhkan, karena sesungguhnya akupun terluka
Dan memilih dia menyembuhkanku.
Ku belum rasakan apa-apa
Tapi aku mau belajar merasakan hitam, abu-abu, putih, hijau merah, pink, rindu, cemburu, was-was, bahagia, sedih, bersama dia.
Selangkah kakiku, sedepa hal indah yg kudapati.
Sudah nyaris tumbuh benih yg ku semai
Tapi malam ini mati tanpa harus layu sebelumnya.
Kemarin, satu sayapku patah
Tapi tetap ku berusaha untuk terbang walau hanya sejengkal dari atas tanah.
Malam ini,
Malam ini satu sayapku kembali patah,
Dan keduanya hancur berkeping, berserakan.
Rabu, 09 Desember 2009
Fashion Show, Kopdar dan Kebakaran!
Ini hari yang berat kawand, semalaman termehek-mehek, karena urusan cinta. Alhasil mata bengkak karenan nangis semalaman suntuk (syndrome cengeng gue lagi kumat, jadi jangan protes!). Dan gara-gara urusan remeh temeh soal cinta itu pula isi otak sama isi hati gue hari ini gak bisa sinkron sama sekali, walhasil konsentrasi gue hancur berantakan! Berkeping keping (halah, lebay mode ON)
Anyway, hari ini fashion show kedua untuk butik tempat gue kerja, kami mengeluarkan koleksi untuk winter (rada telat sih), maksud hati sih biar baju-baju koleksi butik gue bisa menghangatkan tubuh costumer kami, tapi......gak mungken deh, secara bajunya kekurangan bahan semua, alias kebuka2 semua.
Belom lagi bahan yang gue gunakan semua yg tipis2 dan bolong2. Mulai dr brokat hingga tulle.
Sejak magrib menjelang, gue dan rekan gue, dah grasak grusuk di back stage bersama fashion stylish merangkap coreographer, dan perempuan yang alamakkkkkk.....sexynya.
30 baju sudah kami bagi dalam 3 squel, baru hendak tarik nafas, tapi tertunda karena BB gue yang terus menggelinjang disaku celana model pinsil yg gue pakai.
Owww....owwwww
Rupanya sms dr temen blogger yg memang secara khusus gue undang datang, kopdar sekalian nonton fashion show.
Jreng.......jrengggg.....*musik horor, pemeran kuntilanak mau keluar*
And she is Retria, tante binal(bahasa gue jelek bgt, wakakakakakkk.....peace tante!) pemilik blog cuap-cuap nabi itu.
Retria: "Dimana loe? Gue dah nyampe diwarung kopi."
Gue: "Tungguin ajah disana, gue lagi di back stage. Sorry, designer ini lagi sibuk!"
Retria : "Monyet! Setan!"
Gue : "Monyet apa setan neh?"
Retria: .........?
Hampir pukul 8 malam, ketika semua persiapan runway kelar. Gue. Terpaksa keluar dr backstage ketika model-model cantik itu mulai berganti pakaian. Tergiur juga sebenernya untuk tetap bertahan lebih lama disana, kapan lagi bisa ngelihat pemandangan indah kl bukan sekarang, gratis pula.
Fashion Stylish : "loe MASIH BISA NGACENG kan liat perempuan telanjang?!"
Gue :.........*masih benggong, dengan muka mesum*
Fashion Stylis : "Keluar sana! Atau mau gue lempar high heels."
Gue setengah berlari menghampiri si tante binal, yang sudah menunggu gue setengah jam di warung kopi.
Dia duduk dipojokan dengan segelas kopi dan piring yang sudah kosong melompong, senyumnya merekah ketika gue menghampiri dia, kemudian peluk cium ala teletabies sambil cekikikan mengundang reaksi aneh para tamu.
Gue : "Akhirnya ketemu loe juga, nyet!"
Retria : "Eh gue bayarin loe kopi doang yah, gak ada duit neh gue, ini juga pake kartu credit."
Gue : "Derita loe sih." Kata gue sambil menggeret dia mesra ke depan meja order.
Hentakan music upbeat sudah membahana, beberapa satpam berlarian ke lantai dua, sementara beberapa pengunjung mulai kasak kusuk gak jelas.
Retria : "Ada apaan sih?"
Gue : "Copet! Disini rawan tauk. Dulu pernah ada cewek-cewek ketangkap. Di mobilnya penuh sama tas louis vuton, guess dll"
Retria : "Dasar lelaki tukang gossip."
Orang mulai semakin banyak berhamburan keluar, kejadian itu akhirnya mengundang perhatian semua orang.
Gue: "Oh copetnya mau lompat dr lantai dua kali."
Orang gak dikenal : "KEBAKARAN."
Anjrittt, ternyata bukan copet, plang nama (Cilandak Town Square a.k.a CITOS) kebakar
Gue : "Kamera gue mana, kamera gue mana?"
Retria : "Di leher loe bodoh! Mau ngapain sih?"
Gue : "Photo-photo."
Retria : "Goblok"
Ps: Fashion Show butik gue tetep berlanjut, walau ditunda nyaris satu jam ajah.
Hasil Jepretan tukang photo keliling:
Rabu, 02 Desember 2009
Herpes? gak suka pulangin sono!
Jam 12.00, cuaca panas mengigit. Darah diubun2 dibuat mendidih rasanya. Peluh mulai meleleh bak es cream dijemur dilapangan tengah hari bolong (dr mana sih kosakata ini? Ajaib bener dengernya!).
Iseng-iseng kedua jempol gue menari-nari diatas keyped imut bb gue, dan VOILA!!!!!!
Begitu inbox push email gue kebuka, 1324 message yg belom kebaca hari ini, mampus!!!!
Begitu melihat subject ini "Mr.xxxxxxx sakit HERPES"
Gue langsung close my push email dan langsung hubungi Mr.xxxxxxxx
Diseberangsana terdengar lagu terajana, dangdut taaaa....taaaa....dangdut taaa.....taaaaaa! *gue ngibul*
Gue: "loe sakit herpes?"
Mr. Xxxxxx : "iya" *bangga*
Gue: "Itu kan penyakit kelamin!"
Mr.xxxxxx : "emang"
Gue : "lah, bangga sih kena penyakit kelamin."
Mr. Xxxxxxx : "loe tuh yg dodol, kepala cuma isinya otak mesum."
Gue : "kok jd gue yg salah yak?"
Mr.xxxxxx : "gue dah cek ke Dokter, katanya semua sakit gatel namanya herpes."
Gue : "o, tapi loe gak apa2?"
Mr. Xxxxxx : "gak sih cuma gatel2 ama bengkak semua badan gue"
Gue : "wah titit loe makin gede dong, qiqiqiqiqiii...."
Mr. Xxxxxx: "goblok lo."
Tututtt......tutttttt *telpon ditutup dengan sadis*
Dua setengah jam kemudian......
"Pinggggg....." *bunyinya emang gitu, jgn protes*
Satu pesan masuk di ym gue.
Mr. Xxxxx : "sakit apa loe? Emang belom sembuh?"
Gue : "tiba-tiba kepala gue pusing bgt, keringet dingin, muka pucat"
Mr. Xxxxx : "hei, loe sakit apa? Gih ke dokter"
Gue : biasa ke dukun beranak gue."
Mr. Xxxxx : "goblok ah! Minum obat, serius gue!"
Gue : "udah beli barusan di apotik, tolak angin"
Mr. Xxxxxx : "kok tolak angin?"
Gue : "gue masuk angin"
Mr. Xxxxx : "kampret! Pulangin sono anginnya"
Tuttttt......tuttttt....
Kok tutt....tuttt....tutttt?????
Bukannya lg ym-an?
Bodoh!
Iseng-iseng kedua jempol gue menari-nari diatas keyped imut bb gue, dan VOILA!!!!!!
Begitu inbox push email gue kebuka, 1324 message yg belom kebaca hari ini, mampus!!!!
Begitu melihat subject ini "Mr.xxxxxxx sakit HERPES"
Gue langsung close my push email dan langsung hubungi Mr.xxxxxxxx
Diseberangsana terdengar lagu terajana, dangdut taaaa....taaaa....dangdut taaa.....taaaaaa! *gue ngibul*
Gue: "loe sakit herpes?"
Mr. Xxxxxx : "iya" *bangga*
Gue: "Itu kan penyakit kelamin!"
Mr.xxxxxx : "emang"
Gue : "lah, bangga sih kena penyakit kelamin."
Mr. Xxxxxxx : "loe tuh yg dodol, kepala cuma isinya otak mesum."
Gue : "kok jd gue yg salah yak?"
Mr.xxxxxx : "gue dah cek ke Dokter, katanya semua sakit gatel namanya herpes."
Gue : "o, tapi loe gak apa2?"
Mr. Xxxxxx : "gak sih cuma gatel2 ama bengkak semua badan gue"
Gue : "wah titit loe makin gede dong, qiqiqiqiqiii...."
Mr. Xxxxxx: "goblok lo."
Tututtt......tutttttt *telpon ditutup dengan sadis*
Dua setengah jam kemudian......
"Pinggggg....." *bunyinya emang gitu, jgn protes*
Satu pesan masuk di ym gue.
Mr. Xxxxx : "sakit apa loe? Emang belom sembuh?"
Gue : "tiba-tiba kepala gue pusing bgt, keringet dingin, muka pucat"
Mr. Xxxxx : "hei, loe sakit apa? Gih ke dokter"
Gue : biasa ke dukun beranak gue."
Mr. Xxxxx : "goblok ah! Minum obat, serius gue!"
Gue : "udah beli barusan di apotik, tolak angin"
Mr. Xxxxxx : "kok tolak angin?"
Gue : "gue masuk angin"
Mr. Xxxxx : "kampret! Pulangin sono anginnya"
Tuttttt......tuttttt....
Kok tutt....tuttt....tutttt?????
Bukannya lg ym-an?
Bodoh!
Kamis, 12 November 2009
Finally!
Wesssss......berasa disiram air es waktu klk entri blog gue tercinta ini, gila lama banget gue gak menjamah blog gue tercinta ini. Nah hari ini curi2 kesempatan buat bikin postingan disela-sea pekerjaan yang hectic baget.
tapi apa yah????
*pura-puranya mikir*
apa yah????
blank!!!!
no have any idea's
"Keplokkkkkk.....!!!!!"
auch, satu tamparan super keras mendarat dipelipis gue, ada nyamuk binal kurang kerjaan coba-coba menghisap darah gue, no way! terlalu mahal darah gue buat loe muk!!!!
finally......finally.....
sepertinya efek geger otak ringan akibat tamparan keras tadi.
hati berkembang-kembang
dari kembang perawan, kembang kertas, kembang kol, ampe kembang kertas.
finally i got beautiful idea's
I wanna present my new design, my own design, this is it!!!
hope u ejoyed1
berminat? murah meriah muncrat (opsss...!!!) kok. tinggal email ke gue yang mana yang loe mau.
Senin, 05 Oktober 2009
Batiknya bagus buat kondangan!
Chapter 1
Gue: "Mas dikecilin 4 centi aja"
Mas-mas: "Kenapa dikecilin mas?"
Gue: "Kalau mau gue gedein, gak gue bawa kesini mas. Tapi ke Mak Erot."
Mas-mas: "........." Diem aja dengan muka gondok seperti habis digebok jin tapi gak bisa bales.
Chapter 2.
Tokk....tokkk....tokkk...
Prakk....prakkk...prakkk....
Bukkk...bukkkk....bukkkk....
Wah, sarap neh yang ketok pintu kamar gue, udah gak nahan apa ngelihat muka ganteng gue, ngetuk pintu ampe gak kira-kira kencengnya.
Gue: "Woi, sabar! Gue lagi telanjang neh."
Temen gue: "udah punya batik belom buat besok?" Tanyanya ketika batang hidung gue nongol dr balik pintu.
Gue: "Udah! Ada ditukang jahit, lagi gue kecilin."
Temen gue: "Beli dimana?"
Gue: "Sarinah Thamrin."
Temen Gue: "Mahal gak?"
Gue: "Cuma 50 ribu."
Temen gue: "Anterin gue sekarang ke sono." Katanya sambil menyeret gue dengan paksa.
Gue: "Woi, sabar! Gue cuma pakai celana dalam nih."
Satu setengah jam kemudian.......
Temen gue: "Worth it gak neh?" Tanya nya dengan muka serius, sambil mutar2 di depan cermin super besar melihat kemeja batik lengan pendek motif Parang Garda warna cokelat tua yang sedang dicobanya.
Gue: "Keren bos, klasik banget coraknya. Dah ambil aja. Niscaya loe yang paling keren besok dikantor, walaupun muke loe sebenarnya gak jauh beda sama marmut."
Temen gue: "350 ribu gitu bos. Loe bilang 50 ribu."
Gue: "Yang penting di belakangnya masih kedengaran ada 50ribunya. Tiga ratus LIMA PULUH RIBU rupiah."
Temen gue: "Kampret!!!!!!!!"
Chapter 3
Jam 7 pagi gue sudah bangun dan tergesa-gesa menuju penjahit yang cukup dekat dengan apartemen gue, tapi sialnya baju batik gue belom direparasi juga, hanya lengannya yang sudah didedel dan tergeletak pasrah didekat mesin jahit usangnya.
Gue: "Mas kok belom dikerjaiin sih? Gue mau ke kantor neh." Semprot gue dengan amarah membuncah.
Gue: "Pokoknya jam 9 kurang 5 menit udh kudu kelar.lewat dari jam 9 kurang 5 gak akan gue bayar" Ancam gue lalu berlalu dr tempat itu.
Jam 9 lebih dikit, gue udah ongkang-ongkang kaki dalam metromini 72 jurusan Pondok Indah-Blok M, tentu saja dengan batik print motif abstarak warna biru yang gue beli setahun lalu di event handycraft di JCC. Ada perasaan berbeda hari itu, pakai batik dimoment pengukuhan batik sebagai warisan budaya dunia hasil buatan manusia, asal Indonesia, membuat perasaan bangga menyelusup dalam kalbu (bahasa gue najis tralala dah kayanya). Dulu batik oleh sebagian besar orang dianggap hanya pantas dikenakan oleh orang kampung dan orang-orang bau tanah, "old fashion" gitu katanya. Tapi hari ini, anak-anak muda, sopir bajaj, sopir metromini, tukang parkir, eksekutif muda, ibu-ibu, bocah ingusan, nenek-nenek, kakek-kakek, semua pakai batik. Dari tempat duduk gue dibelakang, gue bisa melihat orang_orang tampak sumringah dengan corak batik beraneka rupa, "The Real" batik. Sedangkan gue sedikit bersedih hati karena batik yang gue kenakan gak jelas corak dan latar belakang dibaliknya. Belum lagi gue teringat dengan batik yang dikenakan teman se apartemen gue yang baru semalem gue pilihkan. Dia pasti menerima banyak sanjungan karena corak batik parang garda yg dia pakai emang bagus banget, gue jadi iri sama mereka, gue gak rela batik gue gak sebagus dan sekeren mereka. Tanduk di kepala gue mulai bermunculan satu per satu.
Chapter 4
Mbak SPG: "wah dah gak ada ukuran M nya mas, tinggal L itu aja."
Gue: "Yah, padahal gue suka motif parangnya. Ini kelihatan kebesaran kali mbak."
Mbak SPG: "Gak kali mas, pas kok. Kelihatan makin ganteng." Ujarnya sambil senyum2 najong.
Gue: "Basi loe ah mbak, rayuan loe standar. Ya udah deh gue ambil ini, langsung gue pake aja."
Mbak SPG: "Mas makin ganteng jadinya."
Gue: "......" Termakan rayuan SPG.
Demi tampil dengan batik yang oke, maka jadilah begitu gue turun dari metromini di terminal Blok M, gue langsung kocar kacir menuju Pasar Raya Grande, dan tak lupa kirim sms ke bos gue "Bos gue dateng telat ya, maag gue lagi kumat. Perut melilit neh, sakit banget".
Chapter 5
Adzan menandakan waktu sholat jum'at dah berkumandang, gue baru aja turun dari metromini di depan kantor gue, tiba-tiba.....
Mang penjual teh botol di depan kantor gue: "Kang, batikna halus pisan euy! (Batiknya bagus banget).
Gue: "Ho oh." Sahut gue asal sembari tersenyum, dalam hati "Worth it-lah, gue beli dengan 125 ribu".
Mang penjual teh botol di depan kantor gue: "Bagus buat pergi KONDANGAN!"
Gue: "..........." Pengen cakar-cakar tuh penjual teh botol.
Minggu, 27 September 2009
Nyamuk Nakal VS Baterai Bekas
Gue: "Buset dah, kalau mau pelihara binatang mbok yah kambing kenapa! Nyamuk loe pelihara, mana montok semua nyamuknya" gue ngedumel diakhiri satu tamparan keras dipipi gue "keplakkkkk.....!"
Temen gue: "Jangan sedih, gak cuma montok, bahenol juga, nyamuknya elit loh! Nyamuk Pondok Indah. Tulis distatus fesbuk ah! ......Nyamuk-nyamuk ikutan lebaran, sekarang lagi silaturahim dikamar gue........"
Lebaran kali ini apartement gue sepi dari segala aktifitas dan hiruk pikuk manusia, penghuni apartment yang notabene adalah perantau kelas berat memang telah mudik. Maka tinggallah gue berdua dengan teman gue yang saat itu menghabiskan hari dengan nonton film seri jepang dan beberapa film dewasa, dengan adegan syurrr....yang menjadi maincoursenya (baca: BOKEP)
Temen gue: "Bakar obat nyamuk gih!"
Gue: "Lo aja, males gue. Lagi Pe-We nih."
Temen gue: "Pe-We apaan si bo?"
Gue: "Posisi Wenakkk....goblok!" Kata gue sembari mendelik dan pasang jurus tamparan seribu bayangan, dan "Keteplokkkkk...." Satu nyamuk montok menggelepar di ubin dengan darah berceceran.
Gue: "Obat nyamuk bakar gak bagus buat pernafasan bro, belom lagi baju-baju loe bakal bau asep. Gue ada tips buat ngusir nyamuk."
Temen gue: "Tips ape?" Dengan expresi muka yg abstrak.
Gue: "Lo ada baterai ABC yang besar gak, bekas juga gak apa-apa." Kata gue dengan mimik serius.
Temen gue: "Baterai bekas? Diapain? Dibakar?"
Gue: "Gak lah. Gampang banget. Baterainya lo ikat pake tali rapiah, tali tambang juga boleh, atau kalau mentok gak punya tambang, pake benang okelah."
Temen gue: "Gitu doang?"
Gue: "Weitzzz, jangan sedih kawan. Belom kelar itu."
Temen gue: "Lalu? Digantung?"
Gue: "Pala loe yang gue gantung."
Temen gue: "Dibakar?
Gue: "Jembut loe gue bakar." Kata gue emosi jiwa. "Caranya, baterai yang udah loe ikat pake tali 3meter. Ujung tali yang satunya lagi loe iketin dipergelangan tangan kiri loe, baterainya sendiri loe pegang erat pake tangan kanan. Begitu ada nyamuk yang seliweran ky sekarang, loe LEMPAR deh KEPALA NYAMUKNYA pake BATERAI BEKAS tadi."
Temen gue: "Bangsattttttt......"
Senin, 21 September 2009
Baju Baru, Sandal Baru= LEBARAN???
Teman-teman blogger, yang gue sayangi. MINAL AIDZIN WALFAIDZIN, MAAF LAHIR BATHIN. SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1430 H.
Alhamdullilah.....
Sudah hampir pukul 20.30, metromini yang gue tumpangin melaju membelah jalan Jakarta, menerobos diantara besi-besi berdiesel yg malam ini tumpah ruah. Suara Takbir terdengar berkumandang dari sebagian kendaraan yang berseliweran. Raut wajah gue masih harap-harap cemas. lelah yang membalut badan bercampur dengan keringat yang bercucuran dari pori-pori gue sudah tidak gue hiraukan. Baju gue sudah kumal, lecek dan beraroma keringat. Gue seketika itu juga lompat begitu besi rongsokan yang gue tumpangi perlahan merayap di lorong-lorong terminal Blok M. Tujuan gue cuma Bangun mewah dan berkelas di sebelah terminal ini.
Beberapa menit kemudian......
Gue: "Alif ada gak mas?"
Si mas: "wah, baru ajah balik."
Gue: "Jiahhh....gue mau ambil pesanan sandal gue. Halah kagak jadi lebaran pake sandal baru dong gue."
Gue kemudian melangkahkan kaki gue dengan tergesa-gesa menuju plaza Blok M, berharap bisa menemukan sandal pengganti dan baju koko yang belum sempat terbeli karena kesibukan gue mempersiapkan baju lebaran milik istri dan anak Panglima Besar TNI yang baru beberapa jam lalu rampung dan gue hantarkan ke kediaman beliau di kawasan Taman Suropati, Menteng.
Gue: "Mbak baju koko koleksi "........" gerainya dimana yah?
Si mbak: "Sudah Habis mas." sahut si SPG dengan tetap berbenah karena saat shoping mall itu sudah berbenah. Saat itu sudah pukul 21.00.
Gue: "Beneran neh gue lebaran gak pake baju koko baru."
Puntung rokok mild yang gue hisap, gue hempaskan jauh-jauh sebelum membuka pintu taxi yang gue setop tiba-tiba.
Sopir: "Selamat malam pak. kita kemana?"
Gue: "Pondok indah mall."
Di PIM beberapa saat kemudian.
"Selamat malam pengunjung Metro Pondok Indah Mall, beberapa saat lagi kami akan segera tutup. Terima kasih telah berbelanja di Metro pondok Indah. Kami mengucapkan Selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1430 H, minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir bathi." ting..tong. begitu bunyi bell itu mengakhiri voice over yang entah dari mana asalnya itu. tinggal lah gue yang terbengong-bengong ria.
Gue (dalam hati) " Yaelah, kagak jadi pake sandal baru, kagak jadi pake baju baru."
Minggu, 20.09.2009 (keren yah angkanya)pukul 05.30
allahu akbar...allahu akbar...allahu akbar
la ilaha illahu akbar.
allahu akbar wailahi ilham.
Suara Takbir yang membahana memecah angkasa raya pagi ini, merayap pelan dan terdengar syahdu dari bilik gue yang tak seberapa luas. Gue sudah duduk di depan lipatan kain sarung beberapa lapis, menyetrika baju koko orange bata yang gue beli 4 tahun lalu dengan segenap perasaan.
Gue: "Astagfirullah, gue belum keluarin Zakat Fitrah, masya allah."
Celana model pinsil cokelat pemberian teman gue, gue setrika dengan tergesa-gesa. sudah hampir pukul 06. pagi.
Sekitar perumahan Pondok Indah, menuju Mesjid Pondok Indah, untuk sholat ID.
Suara takbir semakin terdengar syahdu, menggetarkan jiwa, membuat udara Jakarta begitu sejuk menampar wajah ngantuk gue, membuat daun-daun dan rumput seolah ikut bertasbih mengagungkan kebesaran Allah.
Air mata gue mulai berurai, Gue merasa sendirian, moment ini tidak bisa gue rayakan di tengah keluarga gue. Tiba-tiba perasaan kangen akan kehadiran mama, bapak dan adik-adik gue menusuk-nusuk di relung hati gue, air mata gue semakin membanjir. sementara gue terus melangkah menyusuri trotoar sembari mata gue mencari-cari seseorang yang akan menerima zakat fitrah gue, namun tak satupun gue temukan, pengemis begitu banyak, seolah tumpah ruah dari langit memenuhi jalan menuju mesjid pondok indah, tapi semua tampak bugar. Hati gue berontak, rasanya hendak menangis lebih kencang saat itu karena belum menemukan seseorang yang akan gue berikan zakat gue. anak-anak, ibu-ibu, mas-mas yang saat itu semua kompak tampil lusuh dan fakir. Pandangan gue terus mencari, sambil terus berdoa agar allah mempertemukan gue dengan seseorang yang seharusnya menerima zakat gue. Diseberang sana, di belakang pos polisi. seorang kakek tua, dengan jenggot putih yang menggantung, wajah lusuh, baju kumal dengan kruk yang tergeletak begitu saja di sebelahnya. kakinya besar sebelah, yang sebelah terlihat normal namun yang sebelah hanya kulit membalut tulang. Alhamdullilah.....gue meniatkan diri gue untuk memberikan zakat fitrah gue pada kakek tua itu, berharap keridohan allah, agar dipermudahkan segala urusan gue di dunia ini.
Gue: "Kek, zakat saya diterima yah." ucap gue dengan perasan bergemuruh, mengalahkan gemuruh ombak besar yang menghempas di samudera luas.
Kakek: "Alhamdullilah, saya terima Nak. Terima kasih banyak."
Suara takbir terdengar berkali lipat syahdunya, merasuk hingga tempat terdalam di sudut hati gue. Membuat bulir air mata gue semakin membanjir. Rindu akan kehangatan keluarga gue semakin besar menghantam pertahanan gue, hingga jebol sudah. gue semakin sesunggukan, menangis di antara orang-orang yang saat itu memenuhi mesjid ini. semakin menangis bersama suara takbir yang menjadi soundtrak gue hari itu. Baju baru sudah tidak penting lagi, sandal baru sama tidak pentingnya lagi saat ini, karena gue sudah menemukan hal "BARU" dalam hidup gue detik ini.
"Alhamdulilah ya allah, engkau masih memberiku umur, untuk merayan Idul Fitri ini. syukur allhamdullilah atas segala jalan, kemudahan dan anugrah yang engkau limpahkan kepadaku. Buat mama, Bapak dan adik-adikku di belahan kecil pulau Kalimantan, Mohon Maaf lahir bathin, maaf anakmu ini tidak bisa mudik tahun ini. Insya allah, allah masih akan mempertemukan kita di Ramadhan dan Idul Fitri yang akan datang."
Sabtu, 12 September 2009
Dia Bilang Gue Banci, SIALAN!!!!!
Jari-jari gue rasanya keriting semua sekarang, deadline membuat gue gak bisa berkutik sejak pukul 12 siang tadi ketika gue sampai di kantor, di butik tepatnya. Di meja gue sudah ada skacth book yang penuh dengan coret-coret revisi dan tugas baru dari bos gue. Tanggal 20 oktober, which is itu bulan depan, butik tempat gawe sekarang akan ada fashion show untuk yang menandai peluncuran koleksi baru kami. dan itu artinya dalam kurun waktu kurang dari sebulan ke depan gue akan terus berkutat dengan, buku gambar, pinsil warna, berbagai majalah terbitan luar negeri sebagai referensi fashion gue, menjelah di internet, tanah abang, maystik dan penjahit. oh, betapa menyenangkannya.
So, karena sekarang dah bubar kantor (bukan bubaran restoran jepang bisa dipake, yah!!!) gue menyempatkan jari-jari gue untuk menari-nari sejenak di atas keypad laptop ini, kangen juga gue gak oprek2 ini blog. dan....jraeng....jrengg....gue kembali akan berkicau sekarang.
The story off.....
beberapa waktu lalu gue berasyik mahsyuk chatting sambil tebar pesona dengan makhluk-makhluk indah di internet, dan gayungpun bersambut.
gue: "hei, boleh kenalan?
makhluk indah di seberang sana: "boleh"
gue: "saya faiz"
makhluk indah di seberang sana: "Saya...SENSOR....titttttt"
gue: "kerja dimana?"
makhluk indah di seberang sana: "property di jakarta utara"
gue: "wah, seru dong. bagian apa?"
makhluk indah di seberang sana: "Promotion"
gue: "wah lahan basah tuh"
makhluk indah di seberang sana: "iyalah basah, wong tiap tahun banjir"
gue: "garing"
makhluk indah di seberang sana: "dari tadi kamu yang introgasi saya, kaya petugas imigrasi ajah"
gue: "kalau gitu, ask me something"
makhluk indah di seberang sana: "kerja dimana?"
gue: "di kemang"
makhluk indah diseberang sana: "di cafe?"
gue: "bukan"
makhluk indah diseberang sana: "terus?"
gue: "dibutik" (dengan ekspresi yang sumringah sekali, sambil senyum lebar banget)
makhluk indah diseberang sana: "butik? kamu SPB? (Sales Promotion Boy)
gue: "bukan SPBU" (sambil ketawa ngakak.
makhluk indah diseberang sana: "lucu.....*garing mode:on*
gue: "becanda, sensi banget, kaya tespek. aku fashion designer" *ekspresi BELAGU mode: ON*
makhluk indah diseberang sana: "wakakakakakakakakakakakakakakakakaka.............!!!!!"
gue: "kok ketawa?" (udah mulai curiga, ada yang gak beres)
makhluk indah diseberang sana: "kerjaan loe BANCI BANGET!!!!!!
gue: ............*pengen cakar-cakar muka tuh orang*
Beberapa photo narsis dengan wardrobe gue di kantor:
Jumat, 28 Agustus 2009
Marhaban ya Ramadhan
Rabu, 29 Juli 2009
Elegi Assisten & kloningan artis
Hape gue menggelinjang manis, padahal gue baru aja rasanya memejamkan biji mata gue dua jam yang lalu.
Pukul 3.45 subuh, begitu kira-kira yang tertera pada layar ponsel gue. dengan sangat malas, gue ngulet-ngulet kecil sembari bangun dari tempat tidur gue, sembari membenarkan pula posisi "sesuatu" yang ikutan nunjuk di bawah sana.
Bangun tidur kuterus mandi *pake sabun*
dan tak lupa menggosok gigi *pake sabun*
Pukul 06.00 teng,mobil butut teman gue tengah melaju pelan bak siput diantara mobil-mobil lain yang pagi itu terjebak macet. Yups hari ini setelah menganggur berbulan-bulan, dan berat badan turun drastis 15 kilo tanpa diet khusus karena menahan lapar berbulan-bulan juga, finally, hari ini gue mendapatkan pekerjaan sebagai freelancer.
Pukul 07.00, kita nyampe di lokasi yang terletak di daerah wijaya 1. orang-orang yang hadir ditempat itu juga tengah sibuk lalu lalang, mempersiapkan segala keperluan pekerjaan hari itu. Begitu juga dengan gue yang langsung sigap turun dari mobil ringsek ini dan segera membuka bagasi mobil dan mengeluarkan berkoper-koper peralatan pekerjaan hari ini.
Cafe ini memang tidak ramai hari ini, cenderung sepi. Yang ada hanya crew yang sibuk mengangkuti peralatan ke lantai dua, sedangkan gue bersama tiga orang temen gue langsung menuju ruangan yang sudah disediakan diujung lorong setelah sebelumnya cipika-cipiki dengan tiga perempuan manis di- depan cafe. Ruang kerja kami cukup nyaman, sebuah lukisan abstrak super besar tergantung di deketa pintu, ada dua tempat lilin terbuat dari kuningan berbentuk naga, kemudian di sebelah kanan kaca bening transparant yang super gede menjadi tembok pemisah, sehingga kami semua yang ada di ruangan itu bisa melihat view yang cukup asri di bagian belakang cafe ini. Sebagai assisten gue kemudianmenata semua keperluan perang kita hari ini dengan cermat, setelah itu barulah meraih kotak sterefoam yang berisi nasi kuning untuk sarapan kami semua pagi ini.
Gak perlu waktu lama untuk gue dan lainnya untuk meludeskan semua makanan dan bercangkir-cangkir kopi panas yang telah disediakan di meja super besar didepan kami.
Temen gue: "Boo, gimana udah di cek belom bajunya?"
Gue: "Udah, tuh udah gue pisahain, tadi gue juga dah tanya ke feri, diawal mereka bertiga pakai yang warna candy."
Temen gue: "Yoweis, capcus."
Gue: .........*takjub, dan sekuat tenaga berusaha untuk tetap cool*
Tak seberapa lama kemudian, dua orang cewek yang berbeda penampilan menerobos masuk ke dalam ruang kerja kami.
cewek 1: "Sorry telat, biasa jakarta. macet!"
kami semua: cuma senyum.
cewek dua: "Ada Rayi." kata cewek itu sembari menatap gue, lah gue disangka Rayi RAN. apa mungkin karena gue pakai cardigan abu-abu, t-shirt kuning, dan celana jeans model pinsil lengkap dengan sneaker ijo yang udah memudar menjadi kuning.
Indri Afi: "Bukan, itu mah KIA AFI 1." lah ini lagi, apanya yang mirip Kia. itemnya? atau senyumnya? mboh!!!
Temen gue: "Olga Syahputra boooo....."
lah ini lagi, gue disamain sama ladyboy itu. kagak liat apa gue kagak pake celana jeans hipster yang mamerin belahan pantat keman-mana.
Gue: "emang gue mirip mereka?" tanya gue mulai bego.
mereka: "NGGAKKKKKK!"
Gue, kampret.
Begitulah hari itu gue menjalani pekerjaan gue sebagai assisten make up artis merangkap assisten wardrobe di penggarapan video klip, Indri AFI 2005. Berusaha sekuat tenaga sepanjang hari untuk stay cool biar gak disangka "ngondek" juga seperti yang lain, dan jadi celaan sehariankarena dikira kloningan artis.
Nasib!
Pukul 3.45 subuh, begitu kira-kira yang tertera pada layar ponsel gue. dengan sangat malas, gue ngulet-ngulet kecil sembari bangun dari tempat tidur gue, sembari membenarkan pula posisi "sesuatu" yang ikutan nunjuk di bawah sana.
Bangun tidur kuterus mandi *pake sabun*
dan tak lupa menggosok gigi *pake sabun*
Pukul 06.00 teng,mobil butut teman gue tengah melaju pelan bak siput diantara mobil-mobil lain yang pagi itu terjebak macet. Yups hari ini setelah menganggur berbulan-bulan, dan berat badan turun drastis 15 kilo tanpa diet khusus karena menahan lapar berbulan-bulan juga, finally, hari ini gue mendapatkan pekerjaan sebagai freelancer.
Pukul 07.00, kita nyampe di lokasi yang terletak di daerah wijaya 1. orang-orang yang hadir ditempat itu juga tengah sibuk lalu lalang, mempersiapkan segala keperluan pekerjaan hari itu. Begitu juga dengan gue yang langsung sigap turun dari mobil ringsek ini dan segera membuka bagasi mobil dan mengeluarkan berkoper-koper peralatan pekerjaan hari ini.
Cafe ini memang tidak ramai hari ini, cenderung sepi. Yang ada hanya crew yang sibuk mengangkuti peralatan ke lantai dua, sedangkan gue bersama tiga orang temen gue langsung menuju ruangan yang sudah disediakan diujung lorong setelah sebelumnya cipika-cipiki dengan tiga perempuan manis di- depan cafe. Ruang kerja kami cukup nyaman, sebuah lukisan abstrak super besar tergantung di deketa pintu, ada dua tempat lilin terbuat dari kuningan berbentuk naga, kemudian di sebelah kanan kaca bening transparant yang super gede menjadi tembok pemisah, sehingga kami semua yang ada di ruangan itu bisa melihat view yang cukup asri di bagian belakang cafe ini. Sebagai assisten gue kemudianmenata semua keperluan perang kita hari ini dengan cermat, setelah itu barulah meraih kotak sterefoam yang berisi nasi kuning untuk sarapan kami semua pagi ini.
Gak perlu waktu lama untuk gue dan lainnya untuk meludeskan semua makanan dan bercangkir-cangkir kopi panas yang telah disediakan di meja super besar didepan kami.
Temen gue: "Boo, gimana udah di cek belom bajunya?"
Gue: "Udah, tuh udah gue pisahain, tadi gue juga dah tanya ke feri, diawal mereka bertiga pakai yang warna candy."
Temen gue: "Yoweis, capcus."
Gue: .........*takjub, dan sekuat tenaga berusaha untuk tetap cool*
Tak seberapa lama kemudian, dua orang cewek yang berbeda penampilan menerobos masuk ke dalam ruang kerja kami.
cewek 1: "Sorry telat, biasa jakarta. macet!"
kami semua: cuma senyum.
cewek dua: "Ada Rayi." kata cewek itu sembari menatap gue, lah gue disangka Rayi RAN. apa mungkin karena gue pakai cardigan abu-abu, t-shirt kuning, dan celana jeans model pinsil lengkap dengan sneaker ijo yang udah memudar menjadi kuning.
Indri Afi: "Bukan, itu mah KIA AFI 1." lah ini lagi, apanya yang mirip Kia. itemnya? atau senyumnya? mboh!!!
Temen gue: "Olga Syahputra boooo....."
lah ini lagi, gue disamain sama ladyboy itu. kagak liat apa gue kagak pake celana jeans hipster yang mamerin belahan pantat keman-mana.
Gue: "emang gue mirip mereka?" tanya gue mulai bego.
mereka: "NGGAKKKKKK!"
Gue, kampret.
Begitulah hari itu gue menjalani pekerjaan gue sebagai assisten make up artis merangkap assisten wardrobe di penggarapan video klip, Indri AFI 2005. Berusaha sekuat tenaga sepanjang hari untuk stay cool biar gak disangka "ngondek" juga seperti yang lain, dan jadi celaan sehariankarena dikira kloningan artis.
Nasib!
Sabtu, 25 Juli 2009
Filosofi Centong Nasi
Siang itu seperti biasa kami yang bocah-bocah Sekolah Menegah Pertama yang kebetulan masa itu tengah menikmati masa-masa puber tengah rumpi-rumpi ringan di bawah pohon ketapang kala bel masuk sekolah belum lagi berdentang seperti biasa.
Gue: "Mil, tuh toket makin gede aja." kata gue dengan muka tanpa dosa.
Mila: "Omes lu. habis nonton bokep lagi lo yah. kagak tobat-tobat juga lu."
Siti: "Tapi iya sih Mil, makin bulet, padet berisi, pulen."
Mila: "............?"
Kami bertiga memang cukup deket, jadi terkadang obrolan kami juga tak terbatas pada topik-topik yang biasa-biasa saja. sesekali obrolan-obrolan yang menyerempet syahwat pun kerap kami gelindingkan di forum terbatas kami. Paling-paling yang jadi korban cuma bisa misuh-misuh.
Gue: "Sit, kakak loe yang pelari marathon itu apa kabar?
Siti: "Baek, toketnya makin gede."
Gue: "Wakakakakakakk.....besok gue maen dah ke rumah loe."
Mila: "Makin gede Sit? pasti gara-gara makin sering......." kata mila tak melanjutkan lagi kata-katanya.
Siti: "Makin sering ditimpuk centong nasi." kata siti lempeng.
Gue: "Centong nasi?" kata gue gak ngerti.
Siti: "Itu petuah 'mak gue, katanya kalau mau toketnya gede di pukul aja pake centong nasi tiga kali."
Gue: "........?"
Malam sudah menggelinding sejak tadi, keluaga besar gue baru aja kelar makan malam dan saat ini tengah bersantai ria sambil ngupil-ngupil ringan di ruang makan. sementar gue tengah berjingkat-jingkat ringan menuju kamar gue dengan centong nasi di tangan kanan gue.
di depan kaca, setelah gue melucuti semua pakaian gue, gue sempet mengamati sejenak dada gue yang rata tak berisi.
"Tepokkkk....tepokkkkk...tepokkkkkk." tiga kali di kanan.
"Tepokkkk...tepokkkkk....tepokkkk." tiga kali dikiri.
gue baru saja melaksanakan tips filosofi centong nasi ala siti temen gue, sembari berharap besok ketika gue bangun dada gue akan seberisi dada Arnold Swazneger.
Selasa, 21 Juli 2009
Other application of botox injection
The first time being used during 1980, botox that was made from bacteria extracted Clostridium botulinum currently increasingly populer. Had millions of people all over the part of the world that used injection of botox as the solution of their beauty.
Injection of Botox was used to conceal the contraction in and around the eyes and the face that 90% sucessefully effect him could remain for three till four months since the use. In the research was revealed that the injection of botox apart from to eliminate the contraction on the well-off also face improved balance, ability to walk with a better posture, the USA well the USA correcting the foot deformity. During 2001 Botox was used to reduce spacity the muscle after being affected stroke. in a research into the sufferer stroke, their situation became better after used botox.
In the same year, in a study was known that botox also could be used to reduce sweat that excessive. Afterwards, in the other study also was known that someone that suffered was back pain, only needed time around 3 weeks to get the condition that was better after used injection of botox. It Is amazing to know that apart from the different applications of Botox injection.
Nevertheless, was suggested to use botox injection through consultations and the supervision of the doctor in order to the matter that was dangerous for the health. clik here to more information about this
Bulu-bulu mulai tumbuh
Temen gue: kaki lo mulus banget, kaya kaki meja.
Gue: Lah, gimana. udah dari sononya begini. gue kan buka keturunan monyet.
Temen gue: tapi loe parah, kumis gak ada, bulu ketek gak ada, bulu kaki gak ada. Gue rasa "ade kecil" loe juga semulus pantat bayi.
gue: lah terus mau gimana? moso gue musti cangkok bulu.
temen gue: loe mau punya bulu?
gue: mau sih, tapi gue ogah kalau pake operasi segala.
temen gue: yah nggak lah. loe tahu kemiri gak?
gue: tahu, bumbu dapur itu kan.
temen gue: yoi. caranya gampang banget. loe tinggal sangrai atau bakar tuh kemiri ampe gosong. terus diulek ampe halus. baru dah tuh di balurin ke bagian-bagian yang loe pengen ditumbuhi bulu. niscaya lebat tuh bulu.
Kalau ngelihat silsilah keluarga, gue emang terlahir dikeluarga yang tidak berbulu. Bokap gue kakinya semulus miss univers, licin banget, jangan bilang bulu ketek, kumis aja bokap gue gak punya. So, tips yang gue dapetin dari temen gue yang otaknya rada miring, hari itu langsung gue praktikin. Berbagai cara akan gue lakuin buat ngedapetin kemiri, termasuk mengendap-endap dibawah pohon kemiri di kebun belakang rumah.
Beberapa menit kemudian......
Dengan tubuh polos, gue tengah mematut diri di depan cermin berukuran tak seberapa besar di kamar gue. di bawah hidung gue telah tertempel ramuan kemiri, begitu juga di dagu, di ketek, di kaki dan di wilayah terlarang seputar "si ade kecil"
beberapa bulan kemudian......
gue: mane, bulunya kagak tumbuh.
temen gue: teratur gak loe makenya?
gue: sesuai intrupsi lo.
temen gue: kalau gitu loe pake ini deh.
kemudian botol kecil penumbuh bulu merek "FIRAUN" telah berpindah ke tangan gue.
gue: Bego ye, kenapa gak dari kemarin aja loe kasih ini ke gue. gak perlu repot-repot bikin ramun kemiri kan!
temen gue: anggep aja loe lagi di ospek.
gue: di ospek pala loe bau menyan.
maka untuk memenuhi hasrat mendapatkan bulu di badan, maka sejak pulang sekolah, gue sudah kembali mematut diri di depan cermin di kamar gue, mengoleskan minyak firun itu ke bagian-bagian sensitif gue.
setelah berjuang beberapa waktu, maka dengan bangga gue sampaikan:
saat ini bulu-bulu itu telah tumbuh. beberapa lembar kumis macam kumis ikan lele, bulu ketek yang cuma beberapa lembar, bulu kaki beberapa helai, dan sangat lebat di bagian............................
Gue: Lah, gimana. udah dari sononya begini. gue kan buka keturunan monyet.
Temen gue: tapi loe parah, kumis gak ada, bulu ketek gak ada, bulu kaki gak ada. Gue rasa "ade kecil" loe juga semulus pantat bayi.
gue: lah terus mau gimana? moso gue musti cangkok bulu.
temen gue: loe mau punya bulu?
gue: mau sih, tapi gue ogah kalau pake operasi segala.
temen gue: yah nggak lah. loe tahu kemiri gak?
gue: tahu, bumbu dapur itu kan.
temen gue: yoi. caranya gampang banget. loe tinggal sangrai atau bakar tuh kemiri ampe gosong. terus diulek ampe halus. baru dah tuh di balurin ke bagian-bagian yang loe pengen ditumbuhi bulu. niscaya lebat tuh bulu.
Kalau ngelihat silsilah keluarga, gue emang terlahir dikeluarga yang tidak berbulu. Bokap gue kakinya semulus miss univers, licin banget, jangan bilang bulu ketek, kumis aja bokap gue gak punya. So, tips yang gue dapetin dari temen gue yang otaknya rada miring, hari itu langsung gue praktikin. Berbagai cara akan gue lakuin buat ngedapetin kemiri, termasuk mengendap-endap dibawah pohon kemiri di kebun belakang rumah.
Beberapa menit kemudian......
Dengan tubuh polos, gue tengah mematut diri di depan cermin berukuran tak seberapa besar di kamar gue. di bawah hidung gue telah tertempel ramuan kemiri, begitu juga di dagu, di ketek, di kaki dan di wilayah terlarang seputar "si ade kecil"
beberapa bulan kemudian......
gue: mane, bulunya kagak tumbuh.
temen gue: teratur gak loe makenya?
gue: sesuai intrupsi lo.
temen gue: kalau gitu loe pake ini deh.
kemudian botol kecil penumbuh bulu merek "FIRAUN" telah berpindah ke tangan gue.
gue: Bego ye, kenapa gak dari kemarin aja loe kasih ini ke gue. gak perlu repot-repot bikin ramun kemiri kan!
temen gue: anggep aja loe lagi di ospek.
gue: di ospek pala loe bau menyan.
maka untuk memenuhi hasrat mendapatkan bulu di badan, maka sejak pulang sekolah, gue sudah kembali mematut diri di depan cermin di kamar gue, mengoleskan minyak firun itu ke bagian-bagian sensitif gue.
setelah berjuang beberapa waktu, maka dengan bangga gue sampaikan:
saat ini bulu-bulu itu telah tumbuh. beberapa lembar kumis macam kumis ikan lele, bulu ketek yang cuma beberapa lembar, bulu kaki beberapa helai, dan sangat lebat di bagian............................
Jumat, 17 Juli 2009
Titik hitam wajah Indonesia di pagi hari
07.45 dan 07.47 rasanya akan menjadi waktu yang akan diingat oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Jakarta pada khususnya, terlebih orang-orang yang menjadi korban pada aksi bom bunuh diri di Hotel elit JW. Marriot dan Ritz Carlton yang berlokasi di kawasan segitiga mas, Mega Kuningan Jakarta.
ini adalah peristiwa kali kesekian yang membuat orang-orang bertanya, kapan Indonesia akan belajar dari peristiwa yang selalu berulang. Berikut ini adalah tulisan-tulisan gue mengenai peristiwa tidak berprikemanusiaan ini.
Jakarta geger oleh ledakkan bom di kawasan segitiga mas, mega kuningan jakarta.
Dampak peristiwa bom bunuh diri pagi ini terhadap perekonomian nasional
Pidato SBY pasca ledakkan bom di jakarta undang reaksi berbagai pihak.
MU batal ke jakarta, panitia rugi hingga Rp. 50 miliar.
MU batal ke Jakarta, poster dibersihkan
Kamis, 16 Juli 2009
Be Rich with Google and make it happend with your'e blog
Blog that was increasingly popular was the abbreviation from "web log" that by the user blog was used to write various information, tips, the article, the communication media to discuss some topic ,made blog as personal diary, to used blog as one of the advertising medias.
Google, as the seeker's biggest machine and was accessed by million humankind in the world, finally had created the infrastructure and the networking of advertising with the contents. Combined google with blog advertising and mentioned him advertising adsense.
An user blog, that decided to co-operate with the company like google, must provide space for the advertisement placing in their website. To avoid dishonesty from the owner website, google had the strict regulation in the advertisement placing in website, his aim was to get valid clicks from real costumers. In order to be able to get the big production from google adsense, then google more give priority to website with high keyword density for Search Engine Optimization (SEO), website that had traffic high and consistent, the expensive keyword and had link that had a quality.
Google had the good reputation and many experiences with advertising and the marketing, so as could improve the potential for advertising worldwide. this matter that afterwards became the standard of the advertisers to advertise in google. and this matter will also blow will be increasingly will naturally make your Web site more popular, attracting more customer traffic.
so, what you waiting for?
made a blog with any contend you like after that gathered with google adsense to get money. and if u feel confusing a you need more information all of you can visit ing here
Google, as the seeker's biggest machine and was accessed by million humankind in the world, finally had created the infrastructure and the networking of advertising with the contents. Combined google with blog advertising and mentioned him advertising adsense.
An user blog, that decided to co-operate with the company like google, must provide space for the advertisement placing in their website. To avoid dishonesty from the owner website, google had the strict regulation in the advertisement placing in website, his aim was to get valid clicks from real costumers. In order to be able to get the big production from google adsense, then google more give priority to website with high keyword density for Search Engine Optimization (SEO), website that had traffic high and consistent, the expensive keyword and had link that had a quality.
Google had the good reputation and many experiences with advertising and the marketing, so as could improve the potential for advertising worldwide. this matter that afterwards became the standard of the advertisers to advertise in google. and this matter will also blow will be increasingly will naturally make your Web site more popular, attracting more customer traffic.
so, what you waiting for?
made a blog with any contend you like after that gathered with google adsense to get money. and if u feel confusing a you need more information all of you can visit ing here
Rabu, 15 Juli 2009
Karena pengen jadi Bertrand
Jam di Hape gue udah nunjukin pukul 03.02 dini hari, dan masih seperti malam-malam kemarin, malam ini gue masih aja guling-gulingan gak jelas di atas kasur gue yang seprainya udah copot entah kemana karena tingkah gue yang lebih mirip pemain kungfu amatiran. Guling kiri, guling kanan, tendang kiri tendang kanan. Any way, seprai gue warnanya PINK bunga-bunga loh! belakangan ini sisi feminin gue lagi bermunculan. Jadi maklumin aja!!! Hehehehehe……!. Dan malam ini baterai mata gue masih full. Yah saudara-saudara INSOMNIA gue belakangan ini semakin akut dan mengkhawatirkan. Gimana tdak, gue baru bisa tidur menjelang pukul 5 subuh! Jreng…jreng…!!! sementara besok gue ada meeting di Dep.DikNas jam 13.00 siang dan gue harus on location jam 10 pagi saudara-saudara. Tolongggggg…….!!!
Majalah yang gue dapet gratisan dari temen baru gue di coffe bean PIM 2 beberapa hari lalu gue bolak balik gak napsu. Gue lagi baca artikel THE EXPERT, yang intinya lekong kaya gue dan loe semua yang ngerasa lekong (lekong? kok kedengeran kaya banci taman lawang gitu yah!) oke, gue klarifikasi! Manusia berjenis kelamin titit, ternyata tak ada salahnya memperhatikan penampilan tanpa ragu dan risau dibilang banci karena kesannya terlalu feminin (gue gak berani nulis banyak-banyak tentang artikel itu. Takut dikira ngutip dan nyadur, hehehehe….emang ini apaan namanya?). Sekarang banyak tuh laki-laki yang mengklaim diri mereka sebagai cowok metromini metroseksual. So, tenang aja kali.
Habis baca tuh artikel, gue jadi keinget sama masa lalu gue yang suram. Ceritanya, secara gue dulu tinggal di Bontang yang panasnya ngalahin panas dari kompor minyak tanah, juga gen item legam hasil turunan dari bokap gue, maka tidak heran kalau pakecing gue juga item legam nan dekil. Ibarat kopi item manis, gue ini tinggal ampasnya yang item, manisnya udah raip entah kemana.
Intinya, karena kebanyakan ngelihat iklan di TV dan memimpikan punya kulit putih bersih, hidung mancung, rambut pirang kecokletan seperti Bertrand Antolin. Gue pun pergi ke supermarket dan ngebeli paket lengkap lotion pemutih krim siang dan krim malam dengan malu-malu. Setelah coba tuh lotion, badan gue rasanya seperti habis dilumurin minyak goreng. Mengkilap bener.
Sehari…dua hari…..tiga hari…..
Seminggu…dua minggu…tiga minggu….empat minggu…..
Gak ngepek apa-apa coy! badan gue tetep aja sehitam pantat panci nyokap gue. Iklan yang gue lihat di TV tetangga tentang produk pemutih ini ternyata bohong besar. Buktinya setelah gue pake secara teratur sesuai petunjuk Dokter Sunat, gue gak juga kunjung berubah jadi Bertrad Antolin (yah iyah lah, secara dia bule. Lah, gue berdarah BUGIS totok). Tapi gue gak patah arang, berbagai produk pemutih kulit pun gue coba. Gue mulai rajin pake lulur bengkoang, lulur lumpur, nemplokin irisan mentimun, irisan jeruk purut di dua bola mata pimpong gue, pake masker Sari Ayu rasa bunga mawar (emang ada? Tauk ah! Pokoknya gitu), olesin odol dibibir waku mau menjelang tidur malam (katanya biar bibir gue merah), pakai sabun yang mengandung mercury dosis tinggi, sampai berendem 7 hari 7 malem pake pemutih punya nyokap gue (oke! Ini gue ngibul!!!). Sampai pake cara terakhir pun, gue masih juga belum putih-putih juga. Gue rasa gen item gue udah meresap sampai tulang sumsum.
Aksi bodoh bin tolol dalam rangka program pemutihan badan yang gue lakuin sekian lama berakhir GATOT alias gagal total. Bukannya dapet kulit putih bersih ala Bertrand Antolin seperti yang gue idam-idamkan, treatment aneh ini justru berujung dengan jerawat di muka gue yang tumbuh dengan subur-nya. Sementara PANU bertebaran di badan gue dengan sukses. Boro-boro mirip Bertrand, gue malah lebih mirip zebra bertato. Grhhhhhhhhhhhhh……..!!!!!!!
klik ini juga yah kawand
Selasa, 07 Juli 2009
Ketika "ade kecil" gue di garap
Mendiami apartement baru yang berdampingan, hemmm.....tepatnya terletak di pemukiman padat penduduk tidaklah sepenuhnya NYAMAN. Baru dua hari tinggal disini, gue emosi jiwa setiap saat. First: anak yang jaga apartement ributnya audzubillah minzalik, belum lagi kalau malam tuh bocah nangis2 gak jelas, second: pagi2 buta ajah gitu ada suara petasan kenceng banget, dan tuh petasan diledakin dua hari berturut2 disaat kami2 penghuni apartement masih terbuai mimpi jorok. Gimana kepala gak bertanduk 13 kalau gitu.
Ngomongin masalah petasan, selidik punya selidik, ternyata tuh petasan diledakin karena tetangga belakang lagi punya gawe, NYUNATIN anaknye. Dan ngegossipin masalah sunatan, gue juga pernah disunat (Ya, iyalah secara udah jenggotan gini. kalau belom disunat ampe sekarang, ape kate dunia???)
the story goes.....
gue: Ma, kapan aku disunatnya?
Mak gue: Tar aja disunatnya, kalau sudah lulus SD. kalau kecepatan bisa terlalu cepet GEDE nya.
gue: (dalem ati aje nih) kalau gak gede, malu ama temen2 Ma, punya temen2ku gede-gede semua!!!
Mak gue: Keplakkk...!!!! dasar omes (otak mesum) neh anak, maksud mama, badannya yang gede, bukan "anu"nya yang gede. keplakkkk....lagi.
Rasanya gak ada hubungannya antara disunat cepet dengan pertumbuhan. so teori: disunat=tumbuh besar=Bohong.
Maka, demi tidak ingin dikutuk menjadi patung pancoran, maka gue pun terpaksa mengikuti keinginan bunda.
1995, dimeja operasi.
Dokter cantik itu tengah sibuk mengutak atik "anu" gue, dengan gemas. sambil sesekali berseloroh:
dokter: Ih, "dede" nya gede yah.
Boro-boro horny ketika "anu" gue digarap sang dokter cantik, saat itu gue cuma bisa menahan sakit 7 suntikkan menancap dengan indahnya, dipangkal paha, buah "ade kecil" dan dipangkal si "dede keci". Setelah bius sukses bercampur dengan darah gue, dan membuat bagian perut ke bawah gak berasa lagi, sang dokter cantik semakin binal menggarap "ade keci" gue. Dan ketika efek biusnya sudah hampir habis, barulah gue menggelinjang karena tak tahan dengan rasa sakit, ketika ujung2 jarum menembus kulit "dede kecil" gue. proses penjahitannya membuat gue mate gaya menahan sakit.
Penderitaan terus berlanjut pasca sunatan. Karena si "dede kecil" masih diperban, alhasil kalau kencing jadi tumpah kemana2, belum lagi kalau nonton tv ada sedikit adegan bercumbu, maka jangan tanya si "dede kecil" ikut2an bangun, dan sakitnya RUARRRRRRRRR.....BIASA!!!! atau kerap jadi bahan olok-olokkan seperti ini:
tante gue: udah biar cepet sembuh, langsung dicoba ajah!!!!
(dalem ati, tar ye kalau dah sembuh. gue coba ampuh gak tuh)
om gue: sini om sentil, biar cepet sembuh.
(ya, dia pikir neh balon apa disentil)
temen gue: ati-ati kalau keluar, pake sandal, tar kalau injek kotoran ayam bisa busuk loh tititnya.
Proses sunatan gue berlangsung ketika idul adha, setelah sholat id (duh semacam hewan kurban yah gue, disembelih), bertepatan dengan liburan sekolah setelah Ebtanas. Dan parahnya satu minggu setelah gue sunat, gue dapet kabar kalau sekolah akan mengadakan tamsya ke pulau untuk merayak kelulusan kami. Sedikit nelangsa juga denger kabar itu, karena dengan kondisi masih belum sembuh niscaya gue gak akan dapet izin dari bonyok untuk ikutan.
1995, sebuah pulau antah berantah.
gue: jangan macam2 yah, awas loe semua.
sementara teman2 gue sudah memikirkan ide gila dikepala mereka. dan ketika perahu benar2 telah merapat ke dermaga, tanpa tendeng aling-aling gue diangkat dengan paksa oleh puiluhan orang dan Byurrrrrr......rrrrrr, gue sukses dilempar ke laut.
Argggggggggggggggggghhhhhhhhhhhh.......sakitnya luar biasa, ketika gue menyentuh air laut. luka si "dede kecil" yang belum sempurna mengering segera bereaksi ketika terkena air garam. oh, tuhan sempet gak berasa dia nyantol diselangkangan.
Minggu, 28 Juni 2009
Gamang
-cerita lanjutan "senja di pajekko"-
Di bawah sana, beberapa meter dari tempatnya duduk, dia bisa leluasa memandangi mobil-mobil beraneka rupa yang tengah lalu lalang. Dari mobil keluaran perusahaan kelas wahid di eropa yang bermesin diesel dengan harga selangit, macam Mercedes Benz, BMW, Audi, Alfa Romeo, Fiat, VW, Citroen, Opel, Peugeot, Renault, sampai Volvo, hingga metromini dan kopaja usang nan dekil jurusan Lebak Bulus-Pondok Indah-Blok M yang mengebulkan Carbon Monoksida berwarna hitam pekat. Laju motor-motor bebek, dari keluaran terbaru hingga keluaran jaman jebot yang saling silih menyalip menjadi pelengkap gambaran betapa menjengkelkannya suasana senja di Megapolitan ini.
Masih di sudut yang sama, perempatan kawasan elite Pondok Indah, kendaran yang tengah melaju tadi masih berkerumunan di ujung perempatan, menunggu hingga trafict ligth berganti warna dari merah ke hijau. Deru mesin dan asap kenalpot yang menjadi penyumbang hingga 60% ramuan polutan udara Jakarta, masih menghiasi senja yang terus bergulir.
Dia menarik ujung ekor matanya dari arah jam 10 ke arah angka 12 pas. Manusia-manusia budak rupiah tengah hilir mudik dengan langkah besar dan kecil tak constant. Para prianya sebagian masih berkemeja, berdasi dan bercelana bahan yang entah keluaran brand internasional atau bahkan produk Tanah Abang, sedangkan yang wanita dengan paduan fashion yang kekinian lengkap dengan gedget yang tengah digandrungi sejuta umat saat ini. Semua campur aduk senja ini. Arti ekspresi mereka susah ditebak. Ada yang memperlihatkan raut dingin dan kaku, seolah ada beban seberat gunung diubun-ubunnya, namun belum tentu arti ekspresi itu seperti yang terlihat. Ada pula yang tersenyum lebar sekali, seolah ingin mengatakan dia sedang bahagia, tapi siapa yang tahu jika mereka sebenarnya tengah terlilit utang, tak ada yang tahu. Di arah angka jam 3, seorang pria usia 29 tahun (setidaknya) tengah menyapa dan menawarkan pada orang-orang yang tengah lalu lalang untuk sekedar mampir ke kedai kopinya, menyeruput kopi arabika, capuchino, kopi luwak beserta cemilan-cemilan beraneka rasa sambil menikmati senja yang perlahan beranjak ke malam.
Tak terlalu lama Salu menikmati senja di sudut itu, dia beranjak ketika langit diluar sana semakin memudarkan warna lembayungnya. Tadi, beberapa menit lalu, dia duduk dikursi kayu itu untuk sekedar merenggangkan otot kakinya yang mulai terasa kaku, sembari berharap dengan duduk disana, melihat lukisan senja melalui kaca bening, hatinya akan sedikit lega, beban yang menghimpit dadanya bisa sedikit berkurang agar ada secuil rongga untuk dia bernafas. Ini bulan ke enam dia merasa terpuruk. terpuruk dalam sekali. Hingga kegamangan kerap datang menghujamnya dari segala penjuru.
Tadi, ketika dia duduk disana, angannya terdampar pada sosok ibunya. Ingin sekali saat itu dia memencet tuts-tuts handphonenya. bersua dan bercerita dengan ibunya di udara, menumpahkan segala rasa yang berkecamuk dasyat di dasar hatinya. tapi, itu hanya sekedar niatan. Dia adalah produk manusia Introvert, dia tidak ingin membuat ibunya luka lara karena memikirkan keadaan dirinya. ingin ditelan bulat-bulat segala masalah yang menghujamnya sendirian. Lagipula sejak dulu, ketika dia masih tinggal bersama orang tuanya, Salu bukanlah orang yang terbiasa menceritakan segala hal pada keluarganya, justru dia merasa bebas bercerita dengan teman-teman terdekatnya. "Masa kecilnya"-lah yang kemudian membentuk dia menjadi sosok seperti sekarang, terlihat kuat, tegar, dewasa namun kenyataanya dia tak lebih dari pohon rapuh yang siap tumbang ketika ada angin menerpa.
Ada apa dengan salu? bukakan masa kecilnya begitu bahagia ketika di pajekko? lalu kenapa sekarang dia terdampar di Jakarta? TO BE CONTINUE......
Di bawah sana, beberapa meter dari tempatnya duduk, dia bisa leluasa memandangi mobil-mobil beraneka rupa yang tengah lalu lalang. Dari mobil keluaran perusahaan kelas wahid di eropa yang bermesin diesel dengan harga selangit, macam Mercedes Benz, BMW, Audi, Alfa Romeo, Fiat, VW, Citroen, Opel, Peugeot, Renault, sampai Volvo, hingga metromini dan kopaja usang nan dekil jurusan Lebak Bulus-Pondok Indah-Blok M yang mengebulkan Carbon Monoksida berwarna hitam pekat. Laju motor-motor bebek, dari keluaran terbaru hingga keluaran jaman jebot yang saling silih menyalip menjadi pelengkap gambaran betapa menjengkelkannya suasana senja di Megapolitan ini.
Masih di sudut yang sama, perempatan kawasan elite Pondok Indah, kendaran yang tengah melaju tadi masih berkerumunan di ujung perempatan, menunggu hingga trafict ligth berganti warna dari merah ke hijau. Deru mesin dan asap kenalpot yang menjadi penyumbang hingga 60% ramuan polutan udara Jakarta, masih menghiasi senja yang terus bergulir.
Dia menarik ujung ekor matanya dari arah jam 10 ke arah angka 12 pas. Manusia-manusia budak rupiah tengah hilir mudik dengan langkah besar dan kecil tak constant. Para prianya sebagian masih berkemeja, berdasi dan bercelana bahan yang entah keluaran brand internasional atau bahkan produk Tanah Abang, sedangkan yang wanita dengan paduan fashion yang kekinian lengkap dengan gedget yang tengah digandrungi sejuta umat saat ini. Semua campur aduk senja ini. Arti ekspresi mereka susah ditebak. Ada yang memperlihatkan raut dingin dan kaku, seolah ada beban seberat gunung diubun-ubunnya, namun belum tentu arti ekspresi itu seperti yang terlihat. Ada pula yang tersenyum lebar sekali, seolah ingin mengatakan dia sedang bahagia, tapi siapa yang tahu jika mereka sebenarnya tengah terlilit utang, tak ada yang tahu. Di arah angka jam 3, seorang pria usia 29 tahun (setidaknya) tengah menyapa dan menawarkan pada orang-orang yang tengah lalu lalang untuk sekedar mampir ke kedai kopinya, menyeruput kopi arabika, capuchino, kopi luwak beserta cemilan-cemilan beraneka rasa sambil menikmati senja yang perlahan beranjak ke malam.
Tak terlalu lama Salu menikmati senja di sudut itu, dia beranjak ketika langit diluar sana semakin memudarkan warna lembayungnya. Tadi, beberapa menit lalu, dia duduk dikursi kayu itu untuk sekedar merenggangkan otot kakinya yang mulai terasa kaku, sembari berharap dengan duduk disana, melihat lukisan senja melalui kaca bening, hatinya akan sedikit lega, beban yang menghimpit dadanya bisa sedikit berkurang agar ada secuil rongga untuk dia bernafas. Ini bulan ke enam dia merasa terpuruk. terpuruk dalam sekali. Hingga kegamangan kerap datang menghujamnya dari segala penjuru.
Tadi, ketika dia duduk disana, angannya terdampar pada sosok ibunya. Ingin sekali saat itu dia memencet tuts-tuts handphonenya. bersua dan bercerita dengan ibunya di udara, menumpahkan segala rasa yang berkecamuk dasyat di dasar hatinya. tapi, itu hanya sekedar niatan. Dia adalah produk manusia Introvert, dia tidak ingin membuat ibunya luka lara karena memikirkan keadaan dirinya. ingin ditelan bulat-bulat segala masalah yang menghujamnya sendirian. Lagipula sejak dulu, ketika dia masih tinggal bersama orang tuanya, Salu bukanlah orang yang terbiasa menceritakan segala hal pada keluarganya, justru dia merasa bebas bercerita dengan teman-teman terdekatnya. "Masa kecilnya"-lah yang kemudian membentuk dia menjadi sosok seperti sekarang, terlihat kuat, tegar, dewasa namun kenyataanya dia tak lebih dari pohon rapuh yang siap tumbang ketika ada angin menerpa.
Ada apa dengan salu? bukakan masa kecilnya begitu bahagia ketika di pajekko? lalu kenapa sekarang dia terdampar di Jakarta? TO BE CONTINUE......
Sabtu, 27 Juni 2009
Mikaeel Jackson
Musisi besar itu telah berpulang keharibaan. Gue pernah menulis lelucon tentang musisi ini, so tulisangue berikut ini, gue dedikasikan untuknya.
selengkapnya dimari
Senin, 22 Juni 2009
Senja di Pajekko
Sore ini langit sudah tidak sepenuhnya biru. Birunya juga tidak lagi terang melainkan terus memudar mendekati abu-abu. Sore itu pun langit bertahktahkan warna kuning keemasan yang melebur dengan warna orange kemudian membiaskan guratan lembayung, dan berpendar di pucuk-pucuk hijaunya dedaunan padi yang membentang luas membentuk batas cakrawala nan elok. Diatas sana, beberapa depa dari permukaan tanah, berkibar-kibar layang-layang dari kertas minyak beraneka warna dan rupa dengan sebagain besarnya memiliki buntut-buntut panjang meliuk-liuk menari bersama angin yang semilir.
Bocah-bocah dengan badan setengah telanjang, hanya terbungkus celana pendek usang, berlari-lari riang nan riuh di pematang sawah yang lebarnya hanya cukup untuk seorang berjalan. Kerap mereka jatuh jumpalitan menerobos pohon-pohon padi yang masih muda, berbuah teriakan keras dari bapak mereka yang tengah duduk ngaso di dangau sambil selonjoran dan menghisap sebatang rokok kretek.
Lukisan hidup setiap senja dari Sang Maha Agung yang entah telah berlangsung sekian lama kian dipercantik bola besar berpijar sebesar tampa, berwarna gradasi kuning ke orange terang di batas cakrawala. Belum lagi suara riuh kepak sayap burung yang akan kembali ke sarangnya setelah seharian penuh ikut mengais rezeki dari padi-padi yang mulai menguning dibagian lain persawahan ini. Lalu suara cerewet bebek-bebek yang digiring oleh si empunya kembali ke kandang yang terletak dibelakang rumah panggung.
Salu, bocah laki-laki berusia tak lebih dari lima tahun, berperawakan kurus, berkulit cokelat gelap akibat terlalu sering terpanggang sinar matahari, rambut lebat nan kaku berwarna kemerahan, bukan karena dihigligth di salon melainkan efek dari keseringan berlarian di pematang sawah kala matahari tengah sengit memanggang bumi, berlari-lari kecil dibelakang pria paruh baya yang tengah memikul cangkul di pundaknya. Senyum khas anak-anak tergambar jelas disudut bibirnya, tanpa guratan keletihan walau telah seharian berkubang bersama lumpur sawah dan terpanggang sinar matahari karena bermain layang-layang dipematang sawah.
Salu terus menguntit dibelakang pria tua yang tak lain ada kakeknya, berpegangan pada pagar bambu ketika melewati jalan setapak yang becek akibat terguyur air hujan semalam. Kemudian mendahului kakeknya ketika belok kanan di ujung jalan setapak. Kembali berlari kecil menyeberangi jalan berbatu menuju rumah panggung, rumah keluarga besarnya tentu saja. Dia tak langsung menapaki anak-anak tangga, menuju lantai atas melainkan berbelok ke sumur tak jauh dari parit di depan rumahnya yang mengalirkan air bening dari DAM beberapa kilometer dari rumahnya berdiri. Bocah itu telah cekatan menimba air disumur, kemudian mengguyurkan air bening itu ke sekujur tubuhnya yang bersimbah lumpur.
Adzan magrib berkumandang dari Toa karatan di Mesjid kecil yang hanya satu-satunya di desa itu. Merdu suara Muadzin menyusup kerelung-relung hati semua warga di desa kecil itu. Memanggil dan mengajak setiap mereka untuk datang bertafakur dihadapan sang Khalik, mensyukuri segala nikmat hidup yang telah dicurahkan dari langit hari ini.
Salu berlari-lari kecil menuju mesjid. Tidak menggunakan stelan baju koko, melainkan hanya menggunakan kain sarung dengan baju kaos cokelat pudar ditambah kopiah hitam usang yang bertengger dikepalanya. Kaki-kaki mungilnya yang beralas sendal jepit kian dia percepat, mendahului perempuan-perempuan tua dan laki-laki tua, anak-anak kecil seusianya, dia ingin lebih dulu tiba di mesjid, dan berdiri di saf terdepan. Ketika dia sampai sudah banyak orang di dalam mesjid, melakukan shalat sunah dua raka'at setelah Adzan dan sebelum iqamat.
Salu berdiri diantara kakeknya dan amir sahabatnya. shalat magrib kali itu di imani oleh Pak Guru Besar, dipanggil demikian karena beliau adalah kepala sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, satu-satunya Sekolah Dasar di kampung itu. Pak Guru Besar hampir setiap hari menjadi imam diwaktu-waktu shalat lima waktu di kampung itu, bukan hanya lantaran beliau Kepala Sekolah yang dihormati, melainkan bacaan Al Qurannya yang fasih, dan ketika beliau melafalkan ayat demi ayat, suaranya penuh harmoni. Terkadang tinggi melengking, kemudian lembut mendayu-dayu dan begitu cepat meresap dan menggedor-gedor relung jiwa yang mendengarnya.
Selesai menunaikan shalat magrib berjamaah, Salu ikut berebut bersama teman-teman seusianya dipojok mesjid. Memperebutkan Al- quran yang memang tak seberapa jumlahnya, sedangkan anak-anak yang ikut mengaji setelah shalat magrib bisa puluhan orang jumlahnya. Hingga tak jarang mereka harus bergantian membaca Alquran.
Hari itu, Amir membuka tadarus dengan alunan suaranya yang merdu. diusia yang terbilang muda, 9 tahun, namanya sudah kondang diseantero kabupaten Bone sebagai Saritilawah cilik berprestasi. Salu mungkin belum begitu lancar membaca Alquran, tapi dia selalu antusias ikut tadarus setelah shalat magrib berjamaah. terkadang dia hanya ikut menyimak ayat-ayat yang dibacakan temannya, atau membaca beberapa ayat seperti saat ini. Ayat-ayat Alquran terus mengalun mendayu-dayu harmonis, merayap bersama senja yang terus bergulir dan berganti malam. Diatas sana sudah pekat, kilau gugusan bintang-bintang berusia ratusan tahun cahaya berpendar-pendar ke bumi, semilir angin juga ikut membuai, memberikan ketenangan senja di Pajekko, perkampungan kecil di Kabupaten Bone.
Jumat, 19 Juni 2009
Sabtu, 13 Juni 2009
Bicara Hati
Aku butuh seseorang untuk bicara, meluapkan segala keluh kesah, amarah, dan keputusasaan yang mebelengguku
aku butuh seseorang untuk dipeluk, agar aku bisa meredam segala gundah gulana yang membara dalam sekam kalbuku dalam dirinya.
Aku ingin dipeluk, agar bisa tumpah semua dan pecahkan sehalus serpihan semua sedih dan tangis yang telah berkerat dipelupuk mataku.
Aku butuh seseorang tuk hiburku, agar sirna semua beban berat yang tertumpuk menggunung dipundakku.
Aku ingin ada seseorang yang bisa meninabobokkanku, agar semua mimpi kelam disetiap tidurku bisa hilang terbawa bersama kenestapan
Aku ingin ada seseorang yang mau berdiri dan berjalan bersamaku, karena kini aku tak ubah sebatang pohon rapuh yang lapuk yang tak kuasa berdiri diatas kakiku sendiri.
Aku butuh seseorang itu, karena aku ingin kembali seperti aku yang dulu, yang hidup bersama ketegaran ku untuk menatang badai kehidupan
Kamis, 11 Juni 2009
3logy of curhat: To Be...
Gue: "Dieeee......"teriak gue dari luar dengan suara cempreng yang seketika itu terbawa angin dan membahana dilubang angin kamar De, teman se-Apartment gue.
De: "Iye, bentar! lagi pipis gue". Suaranya terdengar sayup, teredam oleh suara derasnya air yang mengucur dari kran air dikamar mandinya.
Beberapa menit kemudian.
De: Iz, kemana aja? seminggu ini tuh idung terong gak kelihatan." sambutnya dengan pertanyaan basa-basi, tapi tetap dengan binar mata bahagia, seolah sudah teramat lama tak bersua, padahal baru seminggu lalu kami tak bercengerama seperti biasanya.
Dan gue hanya cengegesan gak jelas, sambil nyelonong masuk ke dalam bilik berhawa sejuk yang berasal dari AC diatas jendela kamarnya.
gue: "Gue pikir loe balik ke Bandung."
De: "Nggak, gue baru dari Surabaya. Baru banget". celotehnya sembari membenahi barang-barang bawaannya yang masih berserakan di atas permadani hijau lumutnya.
De: "Gue dikasih Blackberry." pekiknya semangat sembari memamerkan BB nya yang dibungkus skin berwarna merah tua, favoritenya.
"Cincin berlian juga." katanya memperlihatkan cincin silver bertakhtahkan berlian bening.
Gue: "Waduh!!!" Gue cuma bisa melongo dengan ekspresi alakadarnya. "Loe ke Surabaya buat ketemu dia?"
De: "Nggak, gue ada tugas kantor. cuma sekalian ketemu, itu juga cuma beberapa jam. Dia cuma nganterin gue ke airport dari hotel". De, wanita karier. posisinya sebagai Senior Marchendiser di sebuah broker fashion di kawasan Simatupang, membuatnya punya banyak kesempatan untuk melancong ke berbagai daerah untuk keperluan pekerjaan.
De: "Dia ngajak gue merit Iz."
Gue: "Lah?"
De: "Tapi gue binggung. kok yo jalan hidup gue gini banget yah." raut wajahnya sedikit berubah gamang. "Loe kan tahu gue bukan tipe penggangu laki orang. Gue berusaha untuk idup lurus-lurus ajah. "Dulu, dia emang pernah bilang mau merit sama gue, jauh sebelum dia merit dan punya anak. Sekitar 4 tahun lalu."
Gue: "Terus kenapa ditolak?"
De: "Halah, secara ketemuannya di dunia Maya ajah gitu. Kalau laki-laki mengumbar kemesraan cuma di dunia maya, buat gue cuma ada dua penilaian. Kalau bukan Penjahat Kelamin yah laki-laki bajingan."
Gue: "Dia tipe loe?"
De: "Buat gue laki yang bisa jadi suami gue yah cuma ada 5. first: Smart, second:Bahasa inggrisnya gape, thirth: Mapan a.k.a punya pekerjaan dan penghasilan tetap, fourth: lebih tua dari gue secara usia dan kedewasaan, fiveth: BUKAN LAKI ORANG."
Gue: "Dan dia sudah memenuhi semua kriteria itu?"
De: "Kecuali predikat LAKI ORANG".
Gue: "Jangan-jangan modusnya cuma karena penasaraan aja sama loe kali." kata gue berpendapat.
De: "Tapi dia emang gak pernah ngajak gue pacaran. Buat dia di umur sekian udah bukan saatnya pacaran ala ABG, dia mau kawinin gue. Gue binggung harus ngomong apa sama keluarga gue. Menurut loe gue harus ngapain?"
Gue: "De, loe harus cerita apa adanya sama bonyok loe, bagaimanapun mereka orang yang paling berhak tahu. forgeted-lah sama orang lain. Walaupun kenyataannya kita hidup lingkungan sosial. Emang banyak orang yang harus dijaga perasaannya, terutama istri, anak dan kedua keluarga laki itu. dan yang harus loe ingat juga apa loe siap dengan status yang "kedua" itu".
Gue: "Kemaren dia tanya kapan gue bisa ketemu sama Bonyok gue. menurut loe mendingan gue ngomong sendiri atau ngomong berdua dia?"
Gue: "Kalau dia tanya gitu, berarti dia memang bertanggung jawab. Karena ini bukan prihal remeh temeh, ini masalah kehidupan kalian kedepan. dan ini juga kesulitan yang harus dipecahkan berdua. menikah bukan perkara ijab kabul, lantas kelar ranjang. apalagi untuk kondisi seperti ini. i'm sure, you and him explain the truth to your parents".
De: "Tapi, jadi bini kedua itu loh yang buat gue gak konsen sama sekali".
Gue: "Inget kata-kata yang gue bilang dong. Kita ada di dunia ini bukan untuk mencintai seseorang yang sempurna, tapi untuk mencintai seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna".
Sabtu, 06 Juni 2009
Shop wiki, All you need can you find here!
In a past, people must going to traditional market to find all of things they need, and use the cash money to pay, But Now, everything is easy to find. Shop wiki revoluzionist a traditional way to a modern way to find every thing you need, including payment way. Shop wiki is a kind of online shop be able to find by searching machine like google.
Shop wiki not just selling housewares and home maintenance products, but all of you can find every thing about Health and Beauty guide to help you make the best buying decision posible.
A considerable part from all of you needed some gadget like playstation and video game to having fun with your friends, your brother, or your little family you just need to find out in here. Or in your leeway, you need to repeteadly decoration of you're bedroom, maybe you just to find some thing in here.
If you ask, why we need shop wiki? it's because,The Internet is a big place with tons of information. When shopping, you need a powerful search engine to find all the available products and to ensure you’re getting the best deal. That’s where ShopWiki comes in. ShopWiki is the ultimate shopping search engine, combining powerful Web-crawling technology with wiki buying and gift guides. ShopWiki doesn’t sell any products and doesn’t charge retailers to include their products in your search results. That means you’re getting comprehensive results every time. Whether you’re just beginning to research a product or you know exactly what you want, ShopWiki should be your first stop when you’re ready to shop.
so what withing for?
let's visit Shop wiki and enjoying you're shoping time.
Selasa, 02 Juni 2009
Ketika Cinta Bertasbih
Review ini juga bisa tenggok di sini. di tunggu comentar2 centilnya disana, dan disini juga! Awas kalau nggak!!!!
Film KETIKA CINTA BERTASBIH yang diangkat dari novel mega best seller Asia Tenggara, buah karya tangan dingin Habiburahman El Shirazy akhirnya Premier tanggal 02 Juni 2009 di Djakarta Theater.
Mungkin gue satu-satunya orang yang tidak mengatasnamakan satu institusi pemberitaan manapun yang ada di Indonesia yang ikut ambil bagian dalam premier film tersebut. Gue datang sebagai blogger yang berhasil mengelabui panitia, wakakakakakk....(tar photo gue bersama kang abik dan om didi petet akan menyusul)
Anyway, gue rampung membaca novel besutan kang Abik sekitar setahun lalu, keapikkan kang Abik membangun sebuah plot cerita dengan karakter-karakter kuat didalamnya memang sudah gak bisa diragukan lagi. Ketika Cinta bertasbih yang juga mengambil setting dan cerita mahasiswa Indonesia di Negeri para Nabi, Mesir, gue pikir lebih membumi jika dibandingkan dengan kakak kandung novel ini yaitu Ayat-ayat cinta, yang juga telah di filmkan dan kala itu berhasil meraup angka penonton yang cukup fantastic 3,5 juta-an penonton. Padahal setting mesir di dalamnya justru tidak dilakukan di mesir, melainkan di India dan menggunakan Blue screen untuk sentuhan piramidnya. Jadi bisa bayangkan bagaimana film ini akan mendapat sambutan yang pasti "lebih" dari film sebelumnya. Bagaimana tidak, selain menyuguhkan landscape Negeri si cantik Cleopatra yang memang terkenal indah luar biasa, kabarnya film ini menghabiskan dana Rp. 40 milliar.
Ketika Cinta Bertasbih memang digarap dengan sangat serius dan detail. Tokoh utama dalam film ini pun didapatkan dari proses audisi yang panjang dan melibatkan orang-orang yang sangat kompeten di bidangnya. Dedi Mizwar, Didi Petet, Neno Warisman hingga sang penulis novel Habiburahman El Shirazy.
Janji Kang Abik bahwa film ini akan dibuat seorisinil mungkin, mengikuti novelnya memang benar adanya. Sejak awal film diputar di screen besar Djakarta Theater, membuat mata gue tak berkedip. sayang rasanya melewatkan setiap scene demi scene dari lanscape Mesir yang disuguhkan dengan indahnya, pemandangan kota Kairo, Sungai Nil yang perkasa, Pyramid yang angkuh, kota Alexandria yang menawan dan pemandangan laut Mediterania, hingga kompleks universitas Al Azhar benar-benar menyejukkan dan memanjakan mata. Film ini kabarnya adalah film pertama di Dunia yang berhasil mengantongi ijin untuk shooting di Universitas Al Azhar Mesir. Ketika Cinta Bertasbih akan premier serentak di 8 Negara dan 3 Benua berbeda. Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Mesir dan Australia.
From Beginig....
Azzam, Mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di Universitas Al Azhar adalah sosok pemuda yang sangat islami, gigih menempatkan tingkah lakunya sesuai dengan pedoman dan ajaran agama islam. pemuda 28 tahun yang nyaris melupakan studinya karena lebih memilih menjadi tulang punggung keluarganya di Kartasura, Jawa tengah. Sejak Ayahnya meninggal, secara otomatis dialah yang menjadi tumpuan ibu dan adik-adiknya. Azzam bekerja sangat keras untuk itu, namanya termasyur sebagai mahasiswa yang pandai membuat tempe di Mesir, dan itulah profesi yang digelutinya untuk mengumpulkan uang untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya di Indonesia. Selain piawai membuat tempe, Azzam juga dikenal bertangan dingin mengolah makanan traditional Indonesia, hingga keluarga besar Kedutaan Republik Indonesia untuk Mesir kerap mempercayakan jamuan-jamuan untuk relasi kedutaan ada ditangannya. Karena kelihaiannya mengolah makanan Indonesia itupulalah kemudian yang mempertemukan dia dengan Elliana, putri Dubes RI yang sudah terkenal di Mesir. Elliana adalah sosok gadis yang cerdas, menyelesaikan S1-nya di EHESS Prancis dan terhitung baru satu bulan berada di Mesir, namun bisa dengan cepat bersinar di Mesir. Selain cantik, tulisan opininya yang berbahasa Inggris sudah dimuat di koran Ahram Gazette, yang menyoroti peran liga arab yang mandul dalam memperjuangkan martabat anggota-anggotanya. tulisan yang kemudian disorot sebagai perpanduan antara pandangan seorang jurnalis, sastra dan Diplomat ulung membuatnya kemudian menjadi bintang tamu di Nile TV. Elliana yang kemudian terpesona dengan pribadi Azzam pun ditanggapi dingin oleh Azzam, Elliana yang sempat bersinggungan dengan paham kebebasan menurutnya bukan sosok pendamping yang tepat untuknya. Azzam mendambakan sosok muslimah yang utuh untuk calon pendamping hidupnya.
Anna Althafunnisa kemudian menjadi satu sosok perempuan dan muslimah yang bertolak belakang dengan kehidupan Eliana yang mampu membuat Azzam terpesona. Pertemuan yang tidak disengaja karena peristiwa perampokan yang di alami Anna dalam sebuah bus, membuat Azzam pun akhirnya meradang karena Anna ternyata telah di khitbah oleh sahabatnya sendiri, Forqon.
Furqon yang juga merupakan mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di Al Azhar. furqon terkenal di kalangan mahasiswa bukan saja karena kepintarannya, tapi juga karena ketampanannya, kaya raya dan punya prinsip kalkulatif. fasilitas super lengkap yang didaptkannya di Mesir membuat sebagian besar waktunya hanya dihabiskan untuk belajar. berbeda dengan Azzam yang nyaris melupakan studynya karena harus bekerja keras demi bisa menghidupi diri dan keluarganya, Furqon justru telah sampai pada masa persiapan tesisnya. inilah yang kemudian membuat Furqon lebih diprioritaskan untuk menjadi pendamping Anna ketimbang Azzam yang kala itu mengkhitbah Anna.
Desakkan sang Ibulah yang kemudian menguatkan dan membulatkan tekad Azzam untuk segera menyelesaikan studynya yang telah dia tempuh selama 9 tahun di universitas Al Azhar. Dan mengantarkannya kembali ke Indonesia dan bertemu dengan keluarganya. Disinilah konflik yang sebenarnya bermula. Di indonesia Azzam mendapati wanita pujaan hatinya akan melangsungkan pernikahannya dengan Furqon, sementara dilain pihak Furqon pun berada dalam dilema antara keinginan menikahi Anna dan janjinya pada kepolisian Mesir untuk tidak menularkan virus HIV yang telah ditularkan oleh seorang wanita sindikat penipuan asal Italia ketika masih berada di Mesir.
Ketika Cinta Bertasbih sejujurnya sangat menguras emosi, dengan berbagai karakter dan plot bercabang yang dibangun Kang Abik. Detail setiap kejadian membuat gue kala itu ingin terus menerus membaca novel ini. sebuah novel "Pembangun Jiwa" yang mengajarkan berbagai kebajikan dari persfektif yang berbeda dan tidak terkesan menggurui. Begitu menguras emosinya Novel ini membuat gue tidak kuasa untuk tidak berlinang air mata. Setiap runutan katanya mampu menyihir gue, hingga menyadari betapa kerdilnya gue dengan setiap dosa yang telah gue lakukan. Garis merahnya tentang persfektif cinta dari sudut Agama, bagaimana mendahulukan kepentingan sendiri jika menyangkut ibadah, tentang akibat dari kebiasaan hidup bermewah-mewah seperti yang dialami Furqon, hingga kerja keras yang digambarkan dalam sosok Azzam niscaya akan membuat hati akan terbuka untuk selnagkah lebih baik dan selangkah lebih baik lagi.
Menonton film Ketika Cinta Bertashih seolah membawa gue membuka lembar demi lembar Novel yang telah dirajut dengan indahnya oleh Habiburahman El shirazy.
Langganan:
Postingan (Atom)