Selasa, 24 Januari 2017

Pop Up Market

Dulu sih sebelum GELOMBANG KEKINIAN melanda Negeri ini, disaat belum bermunculannya selebritis-selebritis social media dan saat belum ada anak-anak Alay yg saban pagi, siang, sore malam teriak-terial "La...la... Yeee...yeee...." Di semua stasiun televevisi swasta, orang-orang menyebut aktifitas berdagang musiman ini dengan "Bazaar" tapi, karena kata "Bazaar" atau "Pameran" terdengar Old school or so Last Year dan biar terdengar lebih kekinian, orang-orang skrng mahfum menyebutnya dengan "Pop Up Market". 


Munculnya berbagai jenis Pop Up Market di jakarta sebetulnya membantu roda perekonomian di kalangan pebisnis pemula loh, dan ini artinya para pelaku industri kreatif mendapatkan tempat yg tepat untuk memasarkan produk-produk hasil karya mereka. Tak terkecuali gw tentunya. 



Sebut saja Brigth Spot yg kerap diadakan dia pusat-pusat perbelanjaan ternama dan berkelas di seputaran Jakarta yg setiap kali penyelenggaraannya menyedot animo masyarakat Urban. Lalu ada Museum Market, Jakcloth Festival yg awal pelaksanaannya menggunakan plaza tenggara Gelora Bung Karno dan pada akhirnya meluas hingga ke pelataran Istora dan belakangan ini sedang melakukan tournya kebeberapa kota besar di Indonesia. Dan yang gak boleh dilupakan adalah Fashion Tuesday Bazaar Citos yg sudah lebih dari 1 dekade bertahan dijagad perbazaaran Ibu kota dan ttp menjadi barometer berbagai penyelenggaraan Pop Up Market di Ibu Kota. Jadi kesimpulannya, sudah semakin banyak orang, anak muda khususnya yang melek untuk menjadi pengusaha. 




Pergi ke Pop Up Market untuk sebagian anak-anak kekinian adalah wajib hukumnya, karena di event ini mereka bisa menemukan fashion stuff dan pritilan-pritilan untuk menunjang kekecean mereka dengan sangat mudahnya. Jadi Pelaku Industri Kreatif, Pop Up Market (yg menjamur) dan anak-anak kekinian ibrat setali tiga uang. 


Jumat, 20 Januari 2017

Pempek, Pasar Traditional dan Sungai Musi

Ini bukan kali pertama buat gw menyantap Pempek, tapi memakan kudapan yg salah satu ingrediannya adalah Ikan Gabus di kota asalanya, merupakan perkara baru buat gw. So, mari lupakan keriwehan pelayan restoran Pempek Pak Raden, kita cuss bergerak ke salah satu pasar traditional di Palembang yg menjadi spot event promo sampling shampoo yang akan kita liput untuk keperluan Digital Media promo mereka. 

Seperti pada umumnya, pasar-pasar traditional di seantero Indonesia, ambience pasar traditional yah kalau gak buecek, bau yah crowded! Dan pagi ini setelah matahari semakin naik dengan sinarnya yg menyegat ditambah suara klakson angkot yang mangkal di pelataran pasar ditambah pengunjung yang lalu lalang dengan pelbagai tentengan ditangannya membuat suasana jadi semakin sempurna, sempurna bikin keliyengan! Hahahahaa. 

Crew kami sudah mulai mengeluarkan peralatan tempur, Sutradara gw lirik-lirik angel, Producer gw ngobrol santai dengan mas-mas PIC event ini, dan gw sibukkkkkkkkk menonton semua keriwehan itu. Hahahaha. 

Gw: "Langsung shooting banget ini?"
Sutradara: "Yoiiiiii!!!! Mumpung ligthing alamnya lagi bagus."
Gw: "Lahhhhhh....bukannya tadi kemari cuma buat survey lokasi?" 
Sutradara: "Lupakannnnn!"

Jadi, sementara mereka sibuk ambil gambar dari berbagai angle, gw melarikan diri berteduh dibelakang mobil box yang sedang parkir bongkar muat berdus-dus rokok kretek. 
Abang2 distributor rokok: "Syuting film ya bang?"
Gw: "Bukan, cuma dokumentasi event."
Abang2 distributor rokok: "Dari Jakarta ya?"
Gw: "Iya."
Abang2 Distributor Rokok: "Nginep dimana bang?"
Gw: "Dihotel R**Planet
Abang2 Distributor: "Tar malam kalau mau cewek buat temen bobok tlp gw aja bang."
Gw: KEMUDIAN NOLEH KE SI ABANG2 DAN BENGGONG. "Situ distributor rokok atau Mucikari bang?"
Abang2 distributor rokok: NGAKAK. 

Pengambilan stock shoot hari pertama berlangsung hanya beberapa jam, gw, Sutradara, producer dan crew sudah meleleh karena teriknya matahari siang ini. Dan lumayanlah hari ini gw gak didapuk jadi pemeran figuran seperti biasanya, yg artinya gw terbebas dari menggunakan Wig rambut panjang yg pasti gatal dan bikin gerah. 

Oke, Next Destination.....




Matahari sudah sedikit lebih ramah, si Raja siang sudah mulai tergelincir ke Barat, angin sore sudah mulai sepoi-sepoi dengan bau yang lumayan absrud! Bagaimana tidak kami sudah berada di tepian Sungai Musi yg tersohor itu. Dan dari sini kami ber-enam bisa menikmati jembatan Ampera dengan cat merah menyala berdiri kokoh menyatukan dua area yg terbelah oleh Sungai Musi. 

Dari obrolan-obrolan ringan gw dengan salah satu Kapten (Driver), gw akhirnya tahu bahwa jembatan ini rampung dibangun tahun 1960-an. Dulu masyarakat Palembang menamai Jembatan ini dengan nama JEMBATAN PROYEK, dan di puncak jembatan jaman dahulu difungsikan sebagai kantor pemerintahan, keceh!!!! 


Dari dua ruang kosong berdinding kaca transparan di kedua puncak jembatan Ampera, Perhatian gw kemudian beralih pada seonggok kapal kayu yg tengah berayun-ayun diatas permukaan keruhnya sungai Musi, ABKnya tengah sibuk menarik-natik selang dengan diameter se-betis kaki pria dewasa. 

Gw: "Itu mereka ngapain? Nyari ikan gabus buat pempek?"
Kapten: "Nyari harta karun?"
Gw: "Huahahahahahhaa, nyari harta karun kok di sungai yg butek."
Kapten: "Lah serius mas, itu orangnya nyelam. Pakai compresor."
Gw: "ORANG GILA!"
Kapten: "Didasar sungai itu banyak harta karun jaman penjajahan belanda, dan itu mereka bisa nemu harta karun ini nilainya Miliaran loh."
Gw: ANTARA TAKJUB DAN GAK PERCAYA. 


To be continue again.......

Selasa, 17 Januari 2017

Makan Pekmpek di Pelembang

My producer: "Fei weekend ini sibuk?"
Gw: "Mayan, mau syuting dimana kita?"
My producer: "Palembang."
Gw: "Berangkat kakaaaaaaaaaak

This is i named "My Trip Tergantung Sponsor" kerja, jalan-jalan dan dibayar. How lucky me!

Diantara padatnya jadwal jahit menjahit untuk keperluan pop up market yang mulai rutin per minggu jadwalnya, dan kerjaan sebagai stylist untuk keperluan shooting video digital seperti ini yang datangnya suka tiba-tiba pun tak boleh gw lewatkan. Walau pada akhirnya jam kerjanya jadi makin kejar-kejaran, but its oke, ini namanya rejeki, dan rejeki gak boleh ditolak, tar Tuhan marah! Dan kalau Tuhan sudah marah, rejekinya bisa seret. Dan itu artinya gak punya duit, dan kehidupan sudah pasti akan ojlak ajluk macam naik sepeda dijalanan berlubang. Remfongggg! 

Singkat kata, setelah menpersiapkan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya bermacam-macam wardrobe untuk keperluan video dokumenter sebuah brand shampo yg sangat terkenal ini berangkatlah team kecil kami menuju bumi Sriwijaya. First flight pukul 05.45 pagi mengharuskan kami stand by di airport jam 3 pagi, dan itu artinya gw gak tidur lagi kawan! Sehingga penerbangan yang cuma 1 jam 10 menit itu rasanyaaaaaaaaaaa ttp bikin gw spaning!



Menginjakan kaki untuk kali pertama di bumi Sriwijaya, hal pertama yg terlintas di kepala adalah: MAKAAAAAAAN!!!! Sumpah gw sudah gak bisa menahan rasa lapar, dan satu hal yg dibutuhkan dipagi hari nan cerah ini adalah mencari PEMADAM KELAPARAN. 



08.00 pagi hari rupanya masih sulit mencari panganan dikota ini, rata-ratanya  pemilik warung makan masih sedang bersiap-siap untuk membuka lapak mereka, walhasil warung Pekmpek Pak Raden (yang punya cabang di Radio dalam) menjadi sasaran kami pagi ini. 
Gw tuh paling gak bisa liat rupa-rupa Jajanan Pasar yang terpajang di etalase, bawaannya pengen icip-icip semua, ditambah memang lagi sangat kelaparan pagi ini, sehingga semua yg terlihat pengen dikunyah, termasuk embak-embak pelayan yg mengharuskan semua  costumer duduk manis dulu di meja baru boleh pesan makanannya. Gag boleh langsung comot sis!

Mbak2 pelayan: "Sudah mau pesan?"
Gw: "Pekmpek kapal selam"
Mbak2 pelayan: "Mau langsung digoreng atau disajikan?"
Gw: "HUHHHH? bedanya naon mbuak?!
Kapten (driver travel, kami menyebutnya Kapten) : "Mas, kalau disini mesen yg sudah digoreng artinya sudah pasti dimakan, kalau disajikan, pekmpeknya belom di goreng, masih mentah gitu."
Gw: "Repot amat ye idupnye!"
My producer: "Gini deh, pesenan loe langsung goreng aja. Yg lainnya sajiin aja."
Mba2 Pelayan: "Mau berapa porsi mbak? "
My Producer: "2 porsi aja."
Mba2 pelayan: "Per porsinya 10pcs ya mbak, jadi 2porsi 20pcs"
Bapak Sutradara: "Gile banyak amat, abis gak tuh?"
My Producer: "Ya udah, boleh."
Pak Sutradara: "Gw nasi goreng aja."
Chief Ligthing: "Pekmpek."
Kapten: "Lontong Sayur"
2 Ass ligthing: Nasi Goreng. 
Gw: "Jangan lupa Jajanan pasarnya."
Mba2 pelayan: "Jajanan pasar itu apa mas?"
Gw: lah itu tadi yg gw tunjuk2 di etalase."
Mbak2 pelayan: "Ohhhh, itu namanya kue mas."
Gw: "Sak karepmu waelah mbuakkkkk *MULAI EMOSI"

Tak lama berselang......

Mbak2 pelayan mulai menyajikan pelbagai pesanan sarapan "BESAR" kami, di depan gw sudah terpampang nyatah seporsi pekmpek goreng kapal selam dalam rendaman cuka dan mie kuning beserta irisan kecil-kecil mentimun dengan aroma menggugah selera. 


Sementara itu, sejengkal dr hadapan gw tersaji dua piring pekmpek mentah lengkap dengan manguk super duper kecil yang biasa dijadiian tempat sambal kalau makan di warung nasi pecel lele di Jakarta. 
Sutradara : "Jiaaaaahhhh cuma segini? Ini mah sama om Juki juga kelar!"
Gw: "Gw pikir 20biji segede yang kapal selam. Hahahaha..."
Chief Ligthing: "Mbak, pekmpek gw mana?"
My producer :"Lah ituuuuu segitu banyak." Sambil nunjuk ke arah pekmpek mentah 20biji yang tersaji dihadapannya. 
Chief Ligthing: "Lah piringnya mana?"
Kapten: "Mas kalau disini, kalau cuma disajiin mentah gitu, gak pake piring. Tapi dicocolin. Pake itu mangkuk cuka."
Kompak: "Eaaaaaaaaalaaaaaaaa......
Gw: "Dimakan mentah?"
My producer: "Enak tau!"
Gw: "Huh? Seriusan" *ikut nyomot yg mentah, dan wenak! Ikannya lebih berasa*

Remfong ya sis!!!!
-To Be Continue-

Rabu, 04 Januari 2017

Pulau Harapan, Harapan Baru di 2K17 - Part 3

Jadi, persoalan pertolongan pertama pada serangan bulu babi dengan di kencingi sudah gw tahu sejak masih menyandang bocah SMP beberapa puluh tahun lalu. Kala itu gw dan beberapa teman berlibur ke Pulau Sangkima di Kalimantan Timur, sementara menunggu Sunset datang menyemburatkan sinar jingga keseluruh permukaan langit sore, gw dan teman-teman sengaja mencemplungkan diri ke laut dan berujung pada serangan bulu babi. Pertama kali tersengat, serasa ada aliran hangat tapi cukup bikin ngilu di telapak kaki, dan atas dasar ide seorang kawan: 
"Kencinginnnn biar mati bulu babinya" maka gw dan beberapa kawan yg terkena serangan bulu babi duduk berjejer di dermaga dan rela telapak kaki kami dikencingin oleh kawan yg memberi ide. 

Dan kembali ke persoalan si Ucup yg barusan disetut bulu babi, ekspresi wajahnya sudah tidak sepanik tadi. Gebukan keras gw menggunakan botol air mineral ditelapak kakinya sudah membuat si bulu babi yg menerobos masuk ke permukaan kulit telapak kakinya pasti tak berkutik lagi.
Gw: "Udah aman, coba loe pake nginjek masih berasa sakit gak?
Ucup: *Langsung memijakkan kakinya ke  lantai kapal* "udah nggak mas"
Pacarnya ucup: "Gak bakal demam kan mas?" *masih dengan muka panik*
Gw: "Nggak, dah aman. Paling tar meriang. Hahahahaha...."

31 Desember 2K16, 16 PM.

Kapal kayu putih berukuran sedang yg membawa rombongan hore kami snorkling di pulau Kayu Angin tadi sudah kembali melaju membelah samudera. Kali ini tujuannya menuju pulau Papa Theo untuk mengantar segerombolan pria dengan logat medhok camping disana. Cuma sebentar, kapal kayu kami hanya sandar di dermaga lalu kemudian kembali melaju menuju Pulau Bulat untuk mengejar sunset di penghujung tahun 2016. 

Beberapa menit kemudian....

Keberadaan Pulau Bulat tak begitu jauh dari Pulau Harapan, besarnya pun bisa dikelilingi dgn hanya berjalan kaki selama 10-15 menit saja, tapi tergantung sih, kalau ngiderin pulaunya sama gebetan keceh alemong 2jam sih muterin pulaunya! Apalagi kalau tiap nemu spot keceh photo yahhhh gak bakal kelarrrrr ngelilingin pulaunya. 

Pasir super duper putih yg dibingkai oleh air laut yang warnanya hijau tosca. Ciamikkkkkk! 

Tukang photo kelilingnya lelah 😄





Penampakan 3 couple yg gw intilin kemana-mana. Eeehhh ini jepretan saya kawan 😉





Kowe nda ngiri? 😎

31 Desember 2K16, 22.00 PM

Taman kecil disekitar dermaga sudah penuh sesak oleh pelancong. Para tour guide juga tengah sibuk membuat perapian untuk Barbeque di detik-detik penghujung 2016, dan para biduan dangdut juga tengah sibuk meliuk-liukkan badannya seirama musik koplo yang meraung-raung dr seperangkat alat sound system. Dibeberapa pojokan berpasang-pasang muda mudi tengah asyik memadu kasih, sementara gw hanya jadi PENONTON!!!! yang cukup menarik perhatian adalah segerombolan pria-pria tulang lunak dengan dress code putih, alis melengkung bak alis Krisdayanti tengah hilir mudik tebar pesona dengan lenjehnya. 

01 Januari 2017. 00.00 AM

HAPPY NEW YEARRRRRRRRRRRRRR!!!!!! 




-TAMAT-
Sampai Jumpa di Trip Berikutnya

Conclusion: 

Kali pertama ikut open trip ke pulau seribu (pulau harapan) 2D1N dgn harga. 385K (harga akhir tahun) lumayan bikin happy, skala 1-10 untuk tour and travelnya gw kasih point 8 Selama di pulau servicenya oke yg agak ngeselin karena sempet ada adegan nyaris ter-cancel, dan di dermaga Kali Ademnya agak kacau balau. Kalau pengen nyobain pake tripnya monggo cek di IG nya: @letsgotrip_id 










Senin, 02 Januari 2017

Pulau Harapan, Harapan Baru Di Tahun 2K17 part 2

Pulau Harapan seingat gw menjadi pulau ketiga yang gw sambangi kurun waktu 13 tahun menetap di Jakarta. Kali pertama sekitar 2007 or 2008 saat bekerja di perusahaan consultan untuk company ganthering sebuah perusahaan dimana perusahaan kami adalah penyedia event tour di Pulau yg gw telah lupa namanya, lalu kali ke dua terjadi saat bekerja sebagai freelancer fashion styling untuk project prewedding photoshoot klien di pulau Bidadari tahun 2012.  Oh mennn, semua berjarak 4 tahun. Kebetulan yg menarik rasanya. 

31 Desember 2016, 01.00 PM

Untuk kali pertama ambil open trip via tour and travel, ini adalah pengalaman yg cukup membuat pilu dimana gw yg sendirian datang ke Pulau Harapan dgn menyandang status JOMBLO AKUT YANG GAK KELAR-KELAR harus dihadapkan pada kenyataan bergabung dengan 5 pasang couple muda mudi yg usianya pasti jauh dibawah gw, sehingga saat berjabat tangan memperkenalkan diri serombongan ini memanggil gw dgn imbuhan "Pak" di depan nama gw, yang mau tidak mau mengesankan gw terlihat sangat tua!!! 
"Gw masih 17 tahun, seumuran lah sama kalian, jgn panggil gw PAK!!!" Gw protes keras dan mereka tertawa terbahak-bahak. 

Hadir sebagai pria single yg cukup berumur diantara 3 couple asal Depok dan 2 couple asal Karawang membuat gw layaknya single father yg lagi ngajak anak-anaknya liburan ke Pulau! Miris. So, berdandan layaknya remaja sepantaran mereka adalah salah satu cara untuk mengkamuflasekan keadaan tak menyenangkan itu kawan. 

Well, Rombongan kecil kami cukup beruntung karena ditempatkan di Home Stay yang gak begitu jauh dr Dermaga, rumah mungil dalam gang sempit yg cukup bersih. Kami ber- 11 akan menempati lantai 2 selama dua hari dgn fasilitas yg cukup mumpuni, 2 kamar tidur lengkap dgn 1 AC yg harus mendinginkan dua kamar tidur sekaligus, ruang tamu dgn TV plasma, dispenser dengan galon air mineral, kamar mandi cukup luas dan bersih (ini yg utama). 

31 Desember 2016, 02.00 PM. 


Memutuskan ambil open trip dlm sebuah acara jalan-jalan artinya menyerahkan hidup loe untuk diatur-atur orang, pergi ke lokasi yg sudah mereka tetapkan dgn acara yg nyaris persis dan terus diulang-ulang for the thousand times. Dan semoga tak memuakkan karena ini adalah kali pertama kami semua datang ke pulau ini. 

Rombongan couple dgn single daddy nya ini hanya diberi sejam waktu break dan makan siang, maka ditengah hari bolong, lengkap dgn tamparan sinar matahari yg menggigit, perahu kayu kami sudah melaju membelah lautan menuju Pulau Kayu Angin Genteng untuk snorkling. Perahu kami bukan satu2nya yg bersandar di dekat pulau gak berpenghuni ini. Ada beberapa kapal tengah parkir berderet sambil meliuk-liuk manja mengikuti irama air laut yg terus bergoyang. 
"Semua harus tanggung jawab sama property snorkling, menghilangkannya artinya sama dengan denda 300-400ribu per items yg raib." Begitu kira-kira pengumuman dari guide kami dari atas atap kapal. Sebuah sambutan kecil-kecilan dan lumrah yang telah menjadi template disemua travel tour yg ada. 


              Abaikan pose dua orng dibelakang gw. 

Gak butuh waktu lama untuk mencemplungkan diri, gugusan terumbu karang dgn ikan2 kecil lebih menggoda untuk dinikmati saat ini. Sebagai orang yg suka sangat dengan kehidupan bawah laut, phobia gw terhadap Hiu, Dan kedalaman adalah tiga hal yg sama sekali gak matching. Jadi perlu beberapa saat untuk gw menyesuaikan diri dengan keadaan yg cukup riuh di spot snorkling ini hingga benar-benar bisa hilir mudik menikmati pemandangan bawah laut dan pose underwater yg gak perlu diarahin lagi. I directly my self to doing my best pose, dont worry coach! Im the best for this. Hahaha....

Acara cemplung-cemplung berjamaah ini berakhir 2 jam kemudian. Bersamaan dgn naiknya teman perjalanan gw yang asal depok dengan muka meringis. 
"Kaki gw kena bulu babi." Dan berbuntut omelan panjang tak berkesudahan dari pacarnya sembari melihat gw ngegebukin tumit kekasih hatinya dgn botol air mineral berisi air laut. Guys ini pertolongan pertama mengatasi serangan si bulu babi. 
DO : pukul2 bagian yg terkena sengatan bulu babi. Pake bintang laut yg besar lebih afdol, kalau gak nemu pakai botol mineral berisi air pun jadilah! Cara ini akan membuat si bulu babi yg bersarang di dalam bagian tubuh akan hancur.
DONT: mencongkel si bulu babi dgn peniti atau jarum untuk dikeluarkan sesungguhnya akan membuat si bulu babi masuk lebih dalam. Dan kencingin bagian tubuh yg kena sengatan bulu babi merupakan hal konyol yg tidak gw sarankan. Iya kalau yg kena telapak kaki, lah kalau muka? Mau dikencingin juga? Hahahaha

Dari skala point 1-10, gw ngasih 8 point untuk aktivitas pertama ini, kekecewaan gw hanya pada rusaknya beberapa terumbu karang yg gw lihat, dari mulai penyok sampai bener-bener patah karena diinjak oleh snorkler yg kecentilan. Di laut aja loe centil bgt, gak kebayang gw  didarat kek apaan kelakuan loe. Dan yg parahnya, yg nginjek2 terumbu karangnya anak cowok, jadi yg centil yg cowok, jadi kalau ada cowok kecentilan sama dengan....?

To be continue......

Minggu, 01 Januari 2017

Pulau Harapan, Harapan baru di tahun 2K17

New year eve 2K17 kemana yah? 
Browsing sana browsing sini, kepo-in IG para traveler, baca-baca postingan orang di Blog. List ini, List itu, Dr rencana ke Belitong, atau ke Bandung, ehhh nyasarnya ke pulau Harapan di gugusan terluar Kepulauan Seribu. Tadinya kepengen ke pulau Pari tapi apa daya admin tour yg gw chat balesnya luamaaaaaaaaaaaaaaa, bisa 3-4hari kemudian!!! hopless jadinya. Dan didetik-detik terakhir di bales juga dan cuma kebagian trip ke pulau Harapan yang berlokasi 3jam perjalanan dr pelabuhan Kali Adem, Muara Angke. 

31 Des 2K16 jam 12.30 AM

Lagi syahdu menjahit, tetiba sms masuk dr nomor yang tak dikenal.
"Sampai saat ini saya blm terima DP, coba konfirmasi ke tour travelnya, bsk di cancel"
Lagi kerja sambil khayal-khayal tentang perjalanan di penghujung tahun tetiba dapet sms macam gitu ditengah malam buta, kontan bikin emosi. Hal pertama yg terlintas dibenak gw : Hasyemmmmm gw kena tipu tour travel abal-abal!!! 
Maka hal pertama yg gw lakuin adalah capture sms itu, kirim ke admin tournya: 
"Ini maksudnya apa ya? Gw kan udah transfer dr siang. Gimana ceritanya belum terima dan cancel trip gw tengah malam buta?!"


31 Desember 2K16, 5 AM

Mata masih sepet, gak pake acara mandi, cuma gosok gigi, cuci muka, ganti baju sampai 2 kali sambil patut diri depan cermin gede di kamar. Gak ada cerita pergi liburan gak kece. Teutep kudu dress up! Jeans belel Esprit yg udah gw potong pendek dan robek-robekin sana sini, Kemeja garis-garis berpotongan kerah shanghai, outer dari fashion brand temen gw: Cultura, sneakers Adidas kesayangan, leater bagpack yang juga lokal brand kepunyaan kawan seperjuangan gw nun jauh di Solo, dan gak lupa order GrabCar dr Iphone kesayangan yg sudah sangat uzur (dimana orang udah nenteng iphone 7, gw masih setia pake iphone 4s bukan apa-apa iphone 7 mahalnya bukan kepalang). Perjalanan dgn mas sopir yang gak berenti ngoceh pagi-pagi buta ini ditempuh hanya 25menit saja dr Pondok Pinang menuju Muara Angke di Utara Jakarta, hal yg sangat mustahil dan gak masuk akal jika perjalanan ini gak disaat musim libur saat ini. Tapiiiiiii, sesampainya dipintu masuk pelabuhan kesenangan perjalanan singkat pagi ini buyar. STUCK dan mengular, memaksa gw turun dan segera panggil ojek menuju pelabuhan. Dan diantara kegelisan takut telat ngumpul di Dermaga tetiba pesan singkat gw terima, dr yang punya tour travel: 
"Maaf mas, admin saya salah transfer. Bla...bla...bla. Berangkat aja, udah beres kok soal pembayaran. Nanti dipelabuhan ketemu si Anu, nomernya +8 sekian sekian atau ke si Anu, nomernya +8 sekian-sekian"

Pesan itu cuma gw read, nalar gw tertuju pada akses menuju pelabuhan dr lokasi pelelangan ikan berupa sehamparan lumpur yang tergenang air berwarna hitam lengkap dengan aroma yg bikin pusing. Alamakkkkkkkkkk apakabar sneaker yg baru gw laudry 2hari lalu, dan ini putih saudara! 

Sementara diujung sana, beberapa puluh meter dr tmpt gw berdiri manusia-manusia yg akan menyebrang ke berbagai pulau di gugusan kepulauan seribu nampak mengular diatas beton pembatas parit. Oh Tuhan, begini amat yaaaaak. Kepanikan bertambah karena sudah pukul 06.15 gw masih berdiri di pelelangan ikan, harus menempuh jalan yg gak mengasyikan menuju dermaga plus orang travel yg susah di hubungin. 

LENGKAP SUDAH!!!
Maki-maki orang pagi-pagi buta gini DOSA gak?! 




Setelah menghabiskan waktu nyaris 2jam mengantri di atas tembok selebar 20cm dengan ocehan-ocehan orang didepan dan dibelakang yg gak henti menggerutu karena betis kesemutan dan tamparan sinar matahari pagi yg cukup bikin lepek bener-bener bikin gw snewen pol-polan. Bertemu dengan si Anu yg merupakan suruhan tour travel dan bertanggung jawab menangani keberangkatan gw pagi ini cukup bikin lega untuk sesaat, karena setelah melewati gerombolan orang yg berjubel-jubel di loket pemeriksaan tiket akhirnya gw sampai di bibir dermaga, dengan penampakan dua buah kapal cukup besar yang tampak sesak oleh manusia yg saling senggol dan himpit, berserakan hingga ke ujung kapal. Oh Tuhan, dikapal inilah nyawa gw dan ratusan orang di dalam dan di atasnya dipertaruhkan!!!!
                     Sudah lepek


31 Desember 12.30 PM 

3,5 jam perjalanan didalam kapal yg penuh manusia, begitu keluar dari lambung Kapal dan menginjakkan kaki di dermaga Pulau Harapan gw bisa yakin 1000% kalau saat itu penampakan gw gak lebih dari seperti sepotong ikan sarden berbumbu keringat dan lepek. Sekujur tubuh terasa lunglai, panas, dan kelaparan. 
"Mas langsung hubungin orang Tournya aja ya, bilang sudah di sampai."

Gilakkkk, hari ini gw dititipin sama orang yg gak gw kenal. Dan harus nyari orang yg bertanggung jawab dgn tour akhir tahun yg juga gak jelas penampakannya. Satu hal yg gw bisa maklumin melihat ribuan orang yg lalu lalang di pulau ini, penanggung jawab tour ini juga pasti lagi kalang kabut ngurusin manusia sebanyak ini. Oke proses perjalanan dr pagi-pagi buta hingga tengah hari bolong yg terik ini gw maafkan! IKHLAS LAHIR BATHIN. Bukankah kenikmatan dari sebuah liburan adalah prosesnya?! Begitu kata Nicholas Saputera di film Ada Apa Dengan Cinta 2. 

Tapi yg gak bisa gw maafkan adalah: bagimana bisa orang-orang pemerintahan negeri ini nge-SET infrastruktur dan fasilitas publik semacam ini? Pelabuhan penyebrangan orang untuk wisata disatuin sama pasar pelelangan ikan? Dimana nalarnya ya? 
Bu Menteri kelautan yang saya Hormati, tolong yg jadi perhatian jgn cuma pengeboman dan penenggelam kapal nelayan asing pencuri ikan saja. Hal semacam ini JUGA PENTING diperhatikan dan dirombak habis-habisan! Pemasukan dr wisata bahari kita  NOMINALnya juga gak kalah besar dibanding sama harga ikan loh buk. 

bersambung.......