Kamis, 26 September 2013

Mengejar Sunrise

Ini adalah salah satu destinasi jalan-jalan yang sudah gw idam-idamkan sejak lama, BROMO! Dan malam ini, ketika semua orang tengah bergelut dengan berbagai kejadian di alam mimpi, gw sedang bercengkrama dengan Mbah gugle. Membuka banyak laman dan hasil review beberapa penjelajah yg mengulas area wisata termahsyur ini.

Adalah @Deffa sang moderator Jalan2.com yg walau tengah terkapar karena gejala demam berdarah, tetap berbaik hati memberikan gw banyak info penting dan akurat untuk mencapai lokasi wisata Gunung Merapi yg masih aktif ini. Kolaborasi apik sang Momod dan Mbah Gugle, menjadikan rencana perjalanan ini nampak mudah dan itu perlu gw berikan sebuah apresiasi serupa ucapan TERIMA KASIH BANYAK!

Seperti pepatah kuno yang menyebutkan bahwa "Banyak jalan menuju Roma" maka itupun berlaku untuk tujuan perjalanan 1/2 backpacker gw kali ini. Ada banyak jalan menju BROMO kawan. Dan gw memilih jalur Jakarta-Surabaya-Probolinggo.

Tapiiiiiiiii.........

Walau jalur perjalanan sudah ditentukan dan walau banyak jalan menuju Bromo, tetep aja dong rencana perjalanan ini dibumbuhi rintangan yang bikin spaning.

Pertama :
Tiket pesawat Garuda Indonesia yg sudah gw reserv dengan harga miring, harus tercancel dengan naasnya. Itu karena sampai H-1 gw juga belom mendapatkan penginapan, mbak gw yang ikut ambil bagian dalam perjalanan ini tak membolehkan gw melakukan pembayaran tiket sebelum hotel yang masuk kriteria dia gw TEMUKAN!

Kedua:
Gw adalah tipe pelancong yg bisa tidur di Masjid sekalipun, tapi mbak gw punya kriteria khusus dan akhirnya gw harus menelpon semua penginapan yg ada di Bromo dan sekitarnya. Doi jatuh cinta dengan Java Banana resort yg merupakan hotel bintang 3 yg ada di area Bromo tapi apa daya harga sewa kamar yg semalam mencapai 4juta pun telah ludes diborong traveler lain. Dan setelah menelpon semua penginapan yg ada di kawasan bromo dan probolinggo dan setelah melewati fase ngotot-ngototan yg alot pilihan jatuh pada Hotel Tampiarto di Probolinggo yang berjarak -/+ 1jam perjalanan hingga parkiran Bromo.

Ketiga:
Hotel sudah dapet, waktunya reserv ulang tiket pesawat daaaaaaaaaaaaannnnn H- kurang dr 24 jam harga tiket berubah. Dan gw harus membayar tiket Garuda Indonesia 4jt 144rb untuk 4orang dan one way. Good!!!!!!

Empat:
Perjalanan ini bukan perjalanan biasa, karena gw juga akan melakukan sesi photoshoot dan dalam perjalanan dr Surabaya menuju Probolinggo gw baru menyadari ada kesalahan request model di salah satu Agency Model di Surabaya. Sehingga model yg sebelumnya gw minta dgn tinggi badan 178cm menjadi 168cm. Arghhhhhhhhhhh.

CUT!

Surabaya sedang bermandi sinar matahari, AC di dalam mobil yang berkapasitas 17 orang dan hanya terisi 5 orang ini bahkan tak kuasa menahan hawa panas di luar sana. Ditambah goyangan syurrrr dari penyanyi dangdut lokal yang terpampang nyatah di layar tv beberapa centi dari muka gw membuat hawa semakin panas. Belum lagi lagu dangdut yang sedang happening saat ini (Buka dikit joss!) tengah membahana dalam kotak besi bermesin ini membuat suasana hinggar binggar bersamaan dengan derai tawa kami saat mengomentari lagu yang tengah didendangkan.

Mari kita tidur sejenak..........

Mobil Elf yg gw sewa dan membawa rombongan kecil kami dr Surabaya, mendarat dengan sukses pukul 14 lebih sedikit di Hotel Tampiarto Probolinggo, beruntungnya hotel ini sudah gw reserv, tak terbayang kl harus on the spot, 1000 persen gw yakin benar-benar akan tidur di pelantaran Masjid selama 4D 3N. Probolinggo sedang padat pengunjung.

Lompat ke Hari selanjutnya yah.......

Pukul 6.30, dan gw baru saja melewatkan 2 jam untuk melukis wajah model yg akan gw siksa hari ini di tengah gurun pasir. Waktu yang sudah gw tentukan bergeser 2 jam. Alhasil rombongan photoshoot gw baru beranjak dari hotel tak berbintang ini pukul 7 pagi setelah menandaskan sepiring nasi goreng di restoran hotel.

Hanya hening yang menemani satu jam perjalanan kami dari Probolinggo kota menuju Bromo. Gw hanya mendesah kagum mana kala mobil kami membelah jalan berkelok dengan jurang curam disisi kiri kanan kami. Melihat pedesaan dengan landscape berbingkai pengunungan ini membuat mata gw nyaris lompat dari cangkangnya. Batang-batang pohon pinus ditambah perkebunan sayur mayur dikemiringan bukit yang nyaris mendekati 90 derajat benar-benar membuat suasananya seperti lukisan, lukisan hidup 3 dimensi.

Sejenak kita tinggalkan pedesaan indah ini, kami sudah sampai di pelataran parkir. Dimana jeep berderet-deret parkir di tepi jalan.
Setelah bernegosiasi cukup alot gw sepakat membayar sewa jeep 900rb untuk sesi photo seharian ini. Dan setelah itu semua mata amang-amang ini beralih ke sosok model berbalut kebaya putih berkilauan tertimpa sinar matahari. Wajah bulenya yang telah bertopeng make up tebal memang menggiurkan teman. Jadi sebelum irama siul-siul genit ini semakin mengganas, mari segera meluncur dengan Jeep hitam ini menuju lokasi pemotretan.

Prediksi gw meleset, photoshoot dengan 3 outfit ini selesai dipukul 12 siang di 3 lokasi berbeda: Pasir berbisik, bukit teletubbies dan sekitar gunung Bromo. Masih ada sisa waktu 5 jam sesungguhnya. Tapi team gw sudah tak bertenaga nampaknya. Sinar matahari terik ditambah hawa dingin, dan sapuan badai pasir membuat kami urung menjelajah siang ini. Belum lagi wajah kami sudah compang camping karena pasir yg menempel di wajah dan rambut bak sapu ijuk, jadi mari segera angkat kaki dan mencari kedai makanan untuk isi perut.

Hari ketiga.........

Setengah 3 pagi team hore ini beranjak kembali menuju kawasan Bromo. Ini hari bebas, waktunya berpetualang dan mari Mengejar Sunrise di puncak Pananjakan. Pagi-pagi buta ditempat ini berbading terbalik dengan pagi2 buta di Probolinggo kota. Disini, dijalan sempit ini, deru jeep bersahut-sahutan, dari atas pegunungan gw seperti melihat lampu-lampu sorot mobil jeep bak ular raksasa panjang yg merayap ingin memeluk Pananjakan.

Hawa dingin 6 derajat celcius menggempur kami habis-habisan. Badan gw yang penuh lemak ini ditambah jaket 3 lapis plus kupluk dan sarung tangan tak juga sanggup menghalau angin pengunungan yang masuk dari celah2 jaket rajut gw. Celana harem batik tipis yg gw kenakan membuat angin makin leluasa masuk dan otomatis membuat "sesuatu" dalam balutan underwear gw mengkerut. Hahahahahaaa........

Manusia tumpah ruah disini. Jeep kami terpaksa parkir di 2 km sebelum puncak karena jalan sempit berliku-liku ini sudah menjadi lautan manusia, tak sanggup dilalui mobil. Pilihannya adalah melanjutkan perjalanan ke puncak dengan ojek atau jalan kaki.

Gw boleh dong memilih jalan kaki? bukan karena gak punya duit untuk bayar ojek yg hanya 10ribu, tapi karena gw penasaran menantang diri gw sendiri. Entah karena kelewat gembira atau karena pecicilan, gw melangkahkan kaki gw dengan cepat meninggalakan photographer gw beberapa meter di belakang sana, dan akhirnya gw pun ngos-ngosan sendiri. Jantung gw seperti lari ditempat, kepala pening tapi gw tetap melangkah tanpa mengindahkan tawaran tukang ojek yg terus terusan menawarin gw duduk diboncengannya.

Gak lama kok, cuma sekitar 20menit, dan ketika kaki memijak di puncak Pananjakan yang penuh sesak dengan manusia, gw disambut sinar matahari yang pecah merona di batas cakrawala dan itu hanya bisa dilukiskan dengan satu dua patan kata : SUBHANALLAH, TUHAN ini INDAH SEKALI. Terimakasih ya Allah sudah memberikan saya kesempatan melihat kesempurnaan kuasa-Mu dari salah satu puncak terbaik Indonesia : Pananjakan Bromo.