Tampilkan postingan dengan label cerita cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita cinta. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 September 2012

Solo untuk kali kesekian.........

Dari balik kaca tembus pandang, puluhan ribu kaki dari permukaan air laut, dengan backsound suara pramugari yang mengumumkan pesawat akan segera mendarat di Bandara udara international Adi Sumarmo Surakarta, gw membelalakan mata menyaksikan keindahan lima puncak gunung berderet sangar. Dengan sapuan awan jingga hasil bias matahari senja yang perlahan namun pasti tergelincir keperaduannya, membuat kelimanya terlihat sangat memesona. Ahhh, sekali lagi gue diberi kesempatan menyaksikan lukisan hidup dari sang pemilik alam dipenghujung senja yang syahdu ini.

Ini mungkin kunjungan gue yang kesekian kalinya dikota ini, angin senja dengan sejuta kemisteriusan yang ditiupkan sang pemilik malam masih terasa sama, dingin menusuk. Terkadang lembut terkadang keras menampar wajah dan membuat asap rokok berjelaga didepan batang hidung gue, lalu sirna sekejap mata.

SOLO mungkin tidak seistimewa Jogja, tapi kota ini selalu punya cara sendiri memanggil gue untuk menyambanginya. Dan satu kata: KANGEN, menuntun gue kembali menginjakan kaki disini, kembali menghirup udaranya, dan kembali menanti dia menjemput gue di salah satu pintu masuk kota ini bernama air port.

Adalah kebiasaan gue yang sudah mendarah daging untuk tidak mempersiapkan semuanya dengan baik. Bukan gue pula namanya, kalau tidak grasak grusuk menjelang keberangkatan. Tapi mungkin sedang mujur saja, sehingga gue bisa mendapatkan tiket pesawat dengan harga murah saat gue reservasi kurang dari 10 jam keberangkatan gue,dan nasib baik pula yang membawa gue bisa duduk manis didasar kursi Damri, telat 1 menit saja, maka sebuah keniscayaan gue akan menggerutu sendiri di dalam kotak besi bernama taxi.

Hai kawan ini sedang musim mudik lebaran ied mubarak sekaligus liburan panjang, maka jangan menggerutu manakala tak bisa mendapati kamar hotel yang kosong minta diisi, jangan pula mengharapkan harga miring yang sesuai dengan isi kantong. Lelah memang sudah menggelayuti badan, maka beristirahatlah sejenak di kursi bioskop sambil menyaksikan film step up dipojokan dengan kacamata 3 dimensi bertengger diatas hidung, sembari merengkuh paksa jemari kekasih,dan berusaha menciptakan aura romantis yang pada akhirnya terjadi hanya sesaat.

Angin malam Solo berdesir-desir tertinggal oleh laju kuda besi yang kami tumpangi, menyusuri jalan utama kota Joko Wi ini demi sebuah tempat bernaung bernama hotel yang semua penuh terisi para pemudik yang tidak kebagian kamar di rumah mereka. Maka, ketika malam semakin larut, dan sekali lagi kemujuran sedang berkawan dengan gue, mari terima nasib, manakala berhasil menempati sebuah kamar dengan seprai bernoda kuning disana sini. Jorok sekali pasangan yang "menumpahkannya" bercecer di seprai putih kumal ini. Mari tidur sambil memeluk tubuh kekasih,hingga esok bisa bangun dan segera angkat kaki ke hotel yang lebih manusiawi.

Minggu, 03 Juni 2012

TRILOGY 1/2 Backpacker Part 3 : Jumpalitan-lah hati Gw di jogja

Jogja, trully Java for me, dan jogja selalu punya cara sendiri untuk menyambut wisatawan yang hadir disini. Seperti siang ini, Jogja seolah mengirimkan ucapan selamat datangnya pada gw dan onyet gw melalui teriknya sinar matahari yang membakar siang ini. "Welcome to Jogja wahai pejuang Cinta." Nyaris 8 jam berlalu.... Malam ini gw dan onyet memutuskan untuk menyusuri sepanjang jalan Malioboro menuju arah pasar Bringharjo yang berdekatan dengan benteng Vredenburg yang persis terletak di depan Istana Peristirahatan Presiden. Rasa lapar yang mengedor-gedor dinding lambung gw membuat gw tak begitu memperdulikan rayu-rayu para penarik becak yang selalu menawarkan jasanya untuk menghantarkan kami mengunjungi outlet penjulan kaos Dagadu. Gw: "makan di sana ajah yuk, Nyet." kata gw menunjuk satu lapak penjual makan di emperan pasar Bringharjo yang diikuti pandangan matanya yang segera disertai anggukan kecil tanda menyetujui ajakan gw. Hanya perlu beberapa menit bagi gw dan onyet untuk memilah milih panganan apa yang akan kami santap malam ini, sebelum akhirnya kami duduk berhadap-hadapan dengan beralaskan tikar anyaman. Dan selanjutnya, bisa ditebak. Kami berdua menjadi sasaran empuk para musisi jalanan untuk mengais rezeki. Keadaan itu pun gw pergunakan betul untuk sedikit membuat makan malam ini berkesan. Gw: "Nyet, tolong ambilin kursi plastik itu dong." Pintaku diikuti raut wajahnya yang kebinggungan. Gw: "Duduk, dan silahkan nyanyi buat kami" Musisi jalanan: "Lagu apa mas?" Gw: "Kahitna bisa?" Musisi jalanan: "Kahitna itu apa mas?" ujarnya polos. Gw: "Kahitna itu penjual sayur deket rumah gw" sahut gw disertai tawa. Musisi Jalanan: "Terus lagunya apa nih mas?" Gw: "Terserah loe aja dah." Maka, mengalunlah tiga lagu berturut-turut tanpa jeda : Pemilik Hati by Armada, Embat mata by D'bagindas, dan ditutup manis dengan sebuah lagu dari Armada Buka Hatimu. Gw bisa melihat dengan jelas wajah onyet memerah, ada senyum bahagia disana yang tak bisa lepas dari bibirnya yang terus menerus mengembang seperti bulan sabit yang memakasa untuk menjadi bulan purnama. Onyet: "Makasih buat surprisenya, saya suka kejutan yang dadakan dan gak direncanakan seperti ini." dan hanya gw sambut dengan rasa bahagia yang teramat sangat melalui sebuah senyum kecil. Onyet: "Pengamennya tau bener yah sama apa yang kamu rasain." ujarnya, lalu tawa kami pun membahana lalu hilang bersama keriuhan yang terjadi disepanjang Malioboro. Becak yang kami tumpangi menyusuri jalan remang menuju Alun-alun selatan diiringi celoteh pemilik becak yang terus-terusan bercerita dan kami iyakan dengan tawa kecil. Kawan, bahagia itu tak akan bisa terbeli dengan apapun. seperti malam ini. Lalu, dua beringin besar yang saling berhadapan di alun-alun selatan Jogja menyambut kami, suasana yang masih juga hirup pikuk dimalam yang selarut ini semakin indah dengan kehadiran sepeda2 yang berkerlap-kelip. Ambiance-nya malah seperti sedang berada di pasar malam ketibang di alun-alun sebuah Kraton dengan aura misteriusnya. Sempat kami berjalan kaki mengitari seputaran alun-alun ini dengan saling bercerita sebelum akhirnya kami memutuskan untuk duduk beralaskan rumput tak begitu jauh dari dua pohon beringin yang konon misterius itu. Banyak cerita yang terangkai dan terlontarkan begitu saja, hingga pada akhirnya satu kalimat terlontar dari bibirnya dan membuat gw terdiam seribu bahasa, seolah bulan jatuh tepat di atas kepala gw, seperti anak panah dilontarkan dan persis menancap di ulu hati gw. Onyet: "Kamu tahu dari awal aku sudah gak mau pacaran, kita berteman saja." ujarnya sambil menyalami tanganku yang sudah lemas tak bertulang. Diam..... Diam..... Diam..... dan terus Diam, tak satu katapun bisa terucap dari bibir gw, kelu, bibir gw seolah terpatri dengan paku berkarat, dan tak sanggup mengatakan satu baris katapun, hingga tangis gw benar-benar pecah di kamar hotel ketika jemarinya menyentuh punggung gw. Rasa nelangsa teramat dalam, seolah dibuang mentah-mentah setelah diterbangkan kelangit ketujuh. kedua tangan gw mengepal menahan rasa sakit yang teramat dalam. Inikah ujung dari semua hal yang gw perjuangkan beberapa waktu terakhir? Dunno....... "I have found the paradox, that if you love until it hurts, there can be no more hurt, only more love." (Quotes from Mother Theresa)

Sabtu, 02 Juni 2012

TRILOGY 1/2 Backpacker Part 2 : Romansa kecil di Kota Solo

Harusnya, begitu menginjakkan kaki disini, saat matahri baru saja lepas landas dan memancarkan semburat keemasannya, dan saat burung-burung baru saja mengepakkan sayap kecilnya untuk menari bersama angin pagi, gw langsung mendendangkan lagu "Stasiun Balapan". Tapi... Keinginan itu terpaksa akan terus bersarang di dinding tenggorokan gw saja, sampai saat lain tiba. Karena hari ini gw masuk ke kota asal Didi Kempot ini bukan dari Stasiun Solo Balapan, melainkan melalui pintu lain yang bernama Bandar Udara Adi Sumarmo. "Kamu dimana?" Begitu kira2 BlackBerry message yg gw kirim ke dia, sesaat setelah gw menghempaskan bokong gw di kursi kayu, tepat di depan sebuah kafe kopi di airport yang nyaris sunyi senyap ini. 60 detik berlalu, kemudian detik-detik berikutnya berganti dan berlalu pula. Lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....!!!!!!! "Masih dirumah. Baru bangun" Begitu sekiranya balasan BBM yg gw terima dr dia. Dan itu artinya gw masih harus menunggu lagi hingga 1 jam ke depan. Oh maigot! Kl saja kamu tahu betapa gw cukup gila dan sengsara melewatkan malam selama 9jam 54 menit di Bandara Soekarno Hatta demi bisa mengunjungimu pagi ini, mungkin kamu akan kasihan dengan datang setidaknya 5 menit lebih awal sebelum burung besi yg membawa gw dari Ibu Kota Negara ini dengan rasa takut teramat sangat karena terdoktrin pristiwa yg terjadi di lereng gunung salak beberapa minggu lalu. Entah berapa batang rokok putih yg sudah terbakar dan membuat mulut gw terus mengeluarkan asap mirip gerbong kereta jaman baheulan sampai akhirnya sebaris bbm terpampang dilayar ponsel pintar gw. "Keluar" Aiiissshhhh, rasa kesal karena sudah membuat gw harus menunggu se-jam lalu tergulung seketika manakala melihatmu bertengger di atas kuda besi kesayanganmu lengkap dengan sapaan "Hai". Pagi ini, ketika sinar keemasan sang pemilik siang telah berganti cahaya lembut keperakan, kita membelah kota solo dengan menunggang kuda besimu. Rindu yg nyaris tumpah ruah karena sudah tak tertampung terbayar dgn rasa bahagia yg seketika meluap dr dasar hati, membuat hangat sekujur tubuh yg sebenarnya telah kehabisan energi ini, karena lelah teramat sangat. Tp saat ini seperti ter-charge dengan sendirinya oleh molekul-molekul listrik yang kamu kirim ketika tubuh kita merapat tanpa jarak. Gw tidak perlu menyewa jasa guide untuk berkeliling solo, ada kamu yg setia menghantar ke tempat-tempat yg tidak pernah gw tau sebelumnya. Dr atas tunggangan kita hari ini pula special guide gw sedikit berceritra tentang Solo. Dan sebenarnya gw pun tak meresapi betul apa yg dia sampaikan, gw justru terlena dengan kebersamaan kita di atas kuda besi yg terus melaju hingga terparkir di halaman depan sebuah penginapan sederhana yg sebelumnya sempat gw telusuri di laman Om Gugle yg terkenal itu. Lumayan lah, gw bisa menempati kamar seharga 150rb per-malam dengan fasilitas yg lebih ok dr kamar kos gw. Sebuah ranjang empuk ber-per, Tv Imut yg tergeletak asal di atas meja kayu, Pendingin ruangan, kamar mandi lengkap dengan shower dan ember plastik. Sampai disini gw sensor! Biarlah yg terjadi dalam ruangan kecil ini cuman gw sama tembok kamar yg tau. Dan...... Siang menjelang sore, kembali kuda besimu keluar kandang, dan kembali menjamahi dasar aspal yg masih menampakan fatamorgana bekas teriknya matahari. Tapi sebaris kata yg kamu ucap semoga bukan fatamorgana untuk gw: Onyet: "Kok gak dipeluk?" Yang seketika membuat gw langsung melingkarkan tangan gw ke tubuhmu. Onyet: "Nah, kalau gini kan berasa punya pacar." Cesssssss, kalau saja gw tidak memelukmu saat ini, mungkin gw sudah terbang. Gw: "Aku deh yg bawa motornya" pintaku. Onyet: "Nda, aku ajah! Mau kemana kita? Gw: "Makan." Onyet: "Mau makan apa?" Gw : "Pecel" Onyet : "Ok." Jalan yg kita lalui berputar, dan kamu terus berceloteh, cukup heran mendapatimu bisa secerewet ini. Tidak seperti biasanya yg lebih memilih diam. Dan gw tetap saja tidak konsentrasi pada setiap kalimat yg kamu lontarkan yg menjelaskan ini itu. Gw lebih menikmati kebersamaan kita yg disirami terik pemilik siang. Panassssssss...... Tembang jawa, mengalun dr bale-bale Rumah Pecel yg rupanya kerap menjadi destinasi makan siang para pesohor negeri yg kebetulan atau mungkin memang sengaja datang ke Solo. Rupa-rupa makanan tersaji dalam kuali-kuali yg sungguh menggoyang lidah, gw kesetanan, seperti baru turun dari gunung, melahap semua yg bisa gw lahap. ini judulnya Pemadam Kelaparan, MURAH!!! Berdua dah hanya menghabiskan 53ribu rupiah saja. Entah sudah berapa lagu yg dilantunkan penyanyi diluar Rumah Pecel ini hingga gw dan dia melangkah pergi, kembali menunggang kuda besinya, kembali dibonceng, kembali memeluknya dr belakang, kembali memperkosa aspal menuju pasar klewer. Gw: "Kenapa namanya pasar Klewer?" Onyet : "Itu gara2 baju2 yg digantung para pedang dipasar itu terlihat klewer klewer, ngerti toh maksudnya?" Gw : "Hu-uh." Menyenangkan juga ditemani seorang pacar merangkap guide seperti dia, di pasar ini gw gak perlu bersusah2 memilih kios mana yang akan gw jadikan sebagai tempat melepas hasrat berburu batik. Dia tau betul kios mana yg harus gw masuki dan kios mana yang harus gw hindari. Dan setelah beberapa jam, setelah beberapa plastik hitam berisi batik gw beli, gw dan dia memutuskan angkat kaki dr sana, sebelum isi rekening gw benar2 terkuras habis di pasar itu. Jump to...... Malam tetaplah malam, tak ada yg berbeda, sama-sama gelap, sesekali bertabur bintang, atau disirami sinar bulan. Jadi gak penting malam senin, malam jumat, atau malam minggu. Tapi okelah, biar Liburan cinta (ya tuhan, istilah gw so alay) lebih berasa, kami berdua, gw dan onyet kembali memacu tunggangan kami, menjamahi dan menikmati saturday nite di kota solo. Diawali dengan makan malam di warung Bakso Alex yg termasyur di Solo, lalu menjelajahi area universitas 11 Maret yg luasnya audzubileh. Dan dia seperti layaknya tuan rumah yg baik, menjelaskan, menunjukkan sebagian kecil area tempatnya menimba ilmu. Hemmm....angin malam berdesir-desir berusaha menembus rajutan woll sweter army yg gw kenakan malam ini saat dia memacu tunggangannya menuju pusat kota. Ada keriaan disana kata dia, dan kami memutuskan menghabiskan malam disitu, PASAR MALAM. Kami berkencan di Pasar malam kawan, dengan Lengan gw yg terus bertengger dibahunya tanpa mau peduli mata-mata liar orang lain yang tak sengaja mungkin memperhatikan kami. Kami berbaur dengan pengunjung lain yg tumplek plek di area ini. Malam minggu ini langit memang tak bertabur bintang dan bercahaya bulan, hanya diterangi cahaya tak seberapa terang dr bilik2 pasar malam, tapi kami berdua tetap syahdu menikmati semangkuk kecil Wedang Ronde persis di depan alun2 Kraton Mangkunegaraan.
Makan siang di Rumah Pecel, waktunya pemadam kelaparan beraksi.
Cenil, jajan jaman bopcah.
Saturday nite dinner with Onyet di Bakso Alex yang termashyur di Solo
Entah mengapa gw lebih suka menyantap ini "Surabi" ketibang hamburger.
Berhubung gak begitu demen ama cokelet, jadi gw memilih toping pisang sajah
Pose dulu di simpang empat
pose ganteng di depan kraton Mangkunegaraan.
Menikmati semangkuk wedang ronde, depan alun-alun kraton bersama onyet. PS: Berhubung Onyet merangkap sebagai pacar, guide, photographer jadi sori-sori maap kalau photonya nda akan terpampang dalam postingan ini, hahahahahaha

Selasa, 29 Mei 2012

TRILOGY 1/2 Backpacker Part 1 : Menggembel di Airport

Dari benda pemantul bayangan yang terpatri kokoh di tembok kantor ini, gw bisa melihat dengan jelas wajah gue yang semakin kusut masai. Sambil membenahi posisi dress panjang di tubuh sintal client yang sedang gw fitting siang ini, sesekali pandangan gw beralih ke sana, mencari sedikit bias kebahagiaan. Rasa lelah yang teramat sangat karena tersunatnya waktu istirahat dengan memasang biji-biji payet 12 jam nonstop malam tadi demi bisa menyelesaikan semua pekerjaan gw hari ini, mungkin akan segera terbayar dengan rencana Backpacker-an yang sore ini akan gw jamahi juga. Pukul 4 sore, taxi putih yang gw tumpangi, susah payah mengurai kemacetan Jakarta demi bisa membawa gw selamat hingga ke Stasiun Gambir. Rasa was-was yang sesekali menghinggapi perasaan gw karena ketakutan tak mendapatkan tiket kereta yang akan mengangkut gw hingga merapat di stasiun Solo Balapan terbutki benar saat wajah kacau gw berdiri depan loket dengan ekspresi memelas manakala perempuan penjaga loket menyampaikan informasi itu dengan muka datar. Rasa was-was yang sejak tadi bergelayut dibenak gw seketika berganti rasa cemas tiada tara. Asap rokok yang terus mengebul dari mulut gw yang seketika menjelma bak lokomotif kereta, saling berpacu dengan adrenalin gw mencari cara agar bisa segera berangkat ke Solo hari ini juga. Calo tiket yang biasanyanya bisa menjelma layaknya superhero disaat-saat genting, rupanya senja itu tak dapat diandalkan. Maka pilihan terakhir adalah segera meluncur menuju Airport yang berkilo-kilo meter jaraknya dari Gambir. Nyaris 3 jam gw harus berkutat dengan macet parah yang membuat akses menuju Pintu Indonesia itu nyaris lumpuh total serta rasa geregetan pasca gagal mendapatkan selembar tiket kereta menuju kota asal Didi Kempot itu. DANNNNNNNNNNNNN........lagi-lagi gw gagal mendapatkan selembar tiket penerbangan pun malam ini. Bahkan rasa takut yang harus gw lawan karena pemberitaan kecelakaan joy fligth pesawat Sukoi yang terus menerus diberitakan setiap saat disemua statiun TV tak berguna pun malam ini. Betis gw yang rasanya sudah berkonde karena pegal hilir mudik meyambangi setiap loket airlines berkombinasi apik dengan rasa lapar yang teramat sangat membuat gw semakin lunglai. Rindu pada kekasih yang sudah terlanjur membuncah dan tumpah ruah dari dasar hati terpaksa pula harus ditangguhkan hingga esok hari. Selembar tiket penerbangan paling pertama subuh esok sudah gw gengam dan gw dekap bersama malam yang terus bergulir menyelimuti Bandara Soekarno Hatta. Yah kali ini gw kembali terinfeksi penyakit gila No 64: MENGGEMBEL DI AIRPORT.
Baju yang harus selesai dalam 12 jam
Tidur di Airport
Menunggu boarding dengan muka ngantuk dan belom mandi

Senin, 07 Mei 2012

Kamu buang aku

Baru saja ku hempaskan pantatku ke kursi Bar ketika dua baris kalimat aku terima dilayar ponselku. "We never meet again"..... "This is my life" Dua baris kalimat yang membuatku nelangsa seketika, seperti ada sebongkah gunung es yang dilemparkan tepat di jantungku, kemudian membekukan seluruh syaraf di tubuhku. Tak ada puting beliung tak ada petir tapi tubuhku bergetar Nelangsa! Kamu tau?! Segelas teh yang masih mengebulkan asap panas dari cangkir merah yang terhidang dihadapanku, aku teguk bulat-bulat, tak terasa panas melainkan dingin. Kemudian... Satu satu moment yang membuatku terlena lalu lalang dipelupuk mataku. ketika satu baris kalimat "Cintaku takkan berkurang dari hari kehari" terucap dari bibirmu, ketika kulingkarkan lenganku kepundakmu bersama lagu-lagu cinta Kahitna, ketika jemari kita saling genggam dengan erat, ketika tiba-tiba bibirmu mendarat mulus dibibirku, ketika kamu sandarkan kepalamu di pundakku kemudian kita tertidur bersama laju bus yang membelah jalan Ibu Kota, ketika kita berlari dan menghentikan langkah diantara gerobak-gerobak sampah yang terparkir di sisi jalan, ketika aku dan kamu saling berpelukan dengan damai, ketika kita melahap sepotong ayam bakar, ketika kita bercerita tentang banyak hal, ketika kamu membiarkan aku menyuapkan sepotong bebek panggang ke mulutmu, ketika kamu memutarkan lagu "pencuri Hati", ketika lagu Sisa Cinta kamu perdengarkan padaku, ketika kamu membuatku menangis dan aku tetap bertahan dengan keyakinanku. Dan hari ini...... Hari ini, kamu buang aku seperti sampah, setelah kamu membuatku melayang menembus langit ketujuh.

Selasa, 02 November 2010

Aku dan Kamu, Us!

Hari ini harusnya menjadi 7 bulan yang indah
seindah ketika kali pertama senyum itu aku temukan di depan vredeburg
seindah rona wajahmu ketika sunset di prambanan
dan sehangat pelukmu ketika tubuhmu dalam dekapku.

Tapi hari ini, menjadi 7 bulan yang begitu kelam
kehilangan dirimu menjadikan ragaku tak bernyawa.



------------tulisan dia ttg gw yg gw repost dari tumblrnya----------------
November, 1st
this is it!

Diam

Dan akhirnya sampai di sini. Taukah kamu 2 hari lagi genap 7 bulan?

Aku egois. Aku tau. Aku minta maaf. Aku belum bisa keluar dari keegoisanku ini. Aku tidak mau membuat kamu lebih sakit lagi. Semua karena aku.

Aku sangat berharap kamu bisa menemukan orang lain yang jauh lebih baik daripada aku. Aku terlalu buruk untuk kamu. Aku terlalu menyakitkan bagi kamu. Maaf.

Jika ada hal yang bisa menggantikan kata ‘maaf’ itu, dengan rela aku akan melakukannya.


May, 19

"you know, it’s not easy to have a good relationship.
but i don’t want it easy. easy doesn’t make you grow, easy doesn’t make you think. i thank God that i met you who made me think.
that’s why i love you.


May, 14
"rintik gerimis mengundang
kekasih di malam ini
kita menari dalam rindu yang indah
sepi kurasa hatiku
saat ini, oh sayangku
jika kau disini, aku tenang ..
miss you a lot, beib..


April, 15
and last night i cried for him


April, 11
happy birthday

for the past 28 years behind, i know you’ve learned a lot to live.

just want to say have a great live ahead. use all the experience you’ve got as a guidelines for your next step.

whatever you do, just remember there’s God see you and will show you His way.

and me, from here, can’t see you, can’t hug you, can’t kiss you..

but can always give you a support to be a greatest person.


April, 06
he deserve to be loved


April, 02-04
Starting from here


together we walk..

Senin, 01 November 2010

Nestapa diujung October


Pecah sudah bendungan airmataku, tumpah membasahi sela-sela hatiku yang kembali terkoyak malam ini.

Dulu, dulu...ketika aku tersungkur karena patah hati
dan merintih menahan sakit
kamu datang laksana dewa, mengumpulkan pecahan hatiku yang porak poranda, melekatkanya dengan cintamu lalu kamu serahkan padaku walau tak utuh.

Kamu angkat aku ke tempat yang tinggi dengan dawai-dawai asmara melenakan
Dan malam ini, kamu jebloskan aku dalam lidah api bersama kenestapaanku.



April 2nd, October 31th

Kamis, 04 Maret 2010

Lewat pantat lebih afdol!


KISAH (CINTA) YANG TELAH USAI HARI MINGGU KEMARIN!!!!!!!

Dokter :"Emang sakit apa?"
Gue : "Sakit gigi. Gusi bengkak. Pipi bengkak sebelah"
Dokter : "Wew, sexy dong!"
Gue : "Sexy pala loe bau menyan! Ky habis di gebok preman terminal neh!"
Dokter : "Pasti bolong giginya?!"
Gue : "Graham belakang, kiri kanan bolong."
Dokter : "Dasar kebo jorok! Banyak belatungnya tuh. Tambel gih!"
Gue : "Dimana?"
Dokter : "Tambal Ban terdekat."
Gue : "Pala loe onta betanduk."


Pesan moral: Orang sakit gigi bawaannya sensi, jd jangan salahkan ibu mengandung, salahkan bapak yg pake sarung!


Ramuan Si Dokter manjur juga, Asam mafenamat tuntas memberantas si nyeri gusi dan pipi yg tembeb sebelah *halah* walhasil dua hari kemudian gue sudah bisa nyanyi-nyanyi lg dikamar mandi dengan riang gembira.
Tapi..........
Begitu bangun pagi dihari ketiga setelah sakit gigi, tenggorokan gue rasanya perih banget. Berasa ada biji kedondong nyangkut di tenggorokan. Jadi emosi jiwa.

Dokter : "Gusinya dah gak bengkak lg?"
Gue : "Nggak."
Dokter : "Bageusssssss......."
Gue : "Bagus kentut loe bau naga besaung! Sakitnya lanjut, skrng radang tenggorokan."
Dokter : "Aku kirimin rokok satu container mau gak!"
Gue : "MAU BENER. aku terima dengan tangan terbuka"
Dokter : "Plakkkkkkkkkkkk.......~tampar pake konde~"

Untugnya di depan apartemen gue ada apotik kecil, jadi tinggal ngesot dikit semua ramuan dr Dokter Beruang Kutub *nama panggilan sayang* sudah ditangan.

1X24 jam kemudian......

Dokter Beruang Kutub : "Mas kamu dimana?"
Gue : "Dijalan."
Dokter Beruang Kutub : "Kamu jalan kaki yah? Mas kamu itu masih sakit, masih demam. Kemang-pondok indah kan jauh, jalan kaki mau berapa lama? Tar kamu bisa ping....*TIT~Pause mode on~

PS: Berung kutub ini kalau dah berkicau *emang beruang berkicau?* suka lupa diri, dasar beruang kutub berkonde!

~Beberapa jam dr 1 x 24 jam~

Gue: "Jadi demam :( "
Dokter Beruang Kutub Berkonde : "Besok jalan kaki lagi yah. Kalau perlu perginya juga jalan kaki!"
Gue : "Jangan berkicau lagi deh, aku beneran lemes bgt skrng."
Dokter Kutub Berkonde : "Coba ukur suhu kamu pakai thermometer deh."

Tanpa menunggu perintah kali kedua, segera gue mengamblaskan thermometer kaca berisi air raksa on my ASS HOLE *Bless.......membuat gue merem melek* wakakakakkkkkk.......

Dokter Beruang Kutub Berkonde: "Udah belom mas?"
Gue : "Baru dimasukin."
Dokter Beruang Kutub Berkonde : "Dimasukin? Bukannya diselipin? Emang dimasukin kemana?"
Gue : "Lobang pantat!" ~senyum nyengir~
Dokter Beruang Kutub Berkonde : "Bwakakakakakkkkkkkk.......ORANG GILA.....wakakakakakkkkkkkk"
Gue : X( *emostion murka*
Dokter Beruang Kutub Berkonde : "Lagian iseng! Ukur suhu tubuh cukup diketek kali mas. Memang sih kl ngukurnya dr *pintu belakang* itu hasilnya lebih akurat."
Gue : "Nah itu dia, biar afdol!"

Gue rasa sebelum jadi dokter, neh bocah berasal dari keluarga penjual obat. Bayangin aja, ramuannya ampuh semua ama gue. Radang tenggorokan gue bablas dalam dua hari. Sehingga gue bisa lagi berkencan dengan syahdunya dengan rokok mild gue.

Senin kemarin, waktu Jakarta sedang di guyur hujan lebat, sore sekitar pukul 15.30.......
Gue : "Mau ke lab mbak."
Mbak2 admin Rs : "Ada surat pengantar dari dokternya kan mas?"
Gue : "Gak ada."
Mbak2 admin Rs : "Harus ada mas."
Gue : ~mulai emosi jiwa~ "mbak saya cuma mau cek typus, gak perlu deh pakai surat pengantar dokter! Orang labnya juga taukan!"
Mbak2 admin Rs : ~mulai pasang tampang jutek~ "tapi disini harus pakai pengantar dokter."
Gue : "Pacar gue dokter!
Mbak2 admin Rs : ~MURKA~ "trus ngapain mas ke rumah sakit kalau gitu?"
Gue : "Mau cek darah di lab! Pacar gue dokter bukan petugas laboratorium! Ngerti?!"
~sambil ngeloyor pergi dengan se-anggun mungkin menuju lab di lantai 2~

Rabu ~magrib~

Gue meringkung ditempat tidur, sekujur tubuh gue gemeter gak kira, gigi gemeletuk beradu. Gue berasa dicemplungin dalam bak berisi es balok. Jaket tebel plus sarung dua lapis gak kunjung membuat gue merasa hangat. Kali ini gue bener2 ketakutan. Apartemen sedang kosong melompong, gak ada orang yg bisa diminta tolong. Ketika thermometer gue cabut dr my ass hole, 39.5 derajat celcius.
Saat itu dikepala cuma ada Dokter Beruang Kutub Berkonde, tangan gue gemeteran sejadi-jadinya, susah payah mencoba hubungin dia, berharap dia sedang gak ngurusin pasien.

Dokter Beruang Kutub Berkonde : "Kamu kenapa mas?" ~sangat panik~
Gue : "Aku kedinginan, sakit banget."
Dokter Beruang Kutub Berkonde : "Kamu demam tinggi, kamu meriang gitu. Ada paracetamol kan? Kunyah sekarang yah."
Gue : "Sakit bgt."
~mulai nangis, asli sakitnya luar biasa, gue gak main-main. Baru kali ini gue demam setinggi ini~
Paracetamol gue kunyah mentah-mentah, jangan tanya pahitnya! Audzubilah!
Gue : "Pahitttttttttttttttttttt........"
Dokter Beruang Kutub Berkonde : "Memang, pencet idung yah, biar gak berasa."
*ajaran sesat neh, wong berasa pahitnya dilidah, kenapa suruh pencet idung? Dimana hubungannya? Dan parahnya gue ikutin pula, dasar aneh! Kebo ketemu beruang bekonde klop deh! Sama-sama aneh*





Rabu, 21 Januari 2009

Sunshine


Gue melihat photo wajahnya disebuah situs pertemanan. Saat itu tak ada rincian mengenai dirinya di situs pertemanan itu, hanya beberapa gambar dirinya dengan berbagai pose yang menyejukkan mata, yang pada akhirnya berbuah pujian kecil ketika chatting dengannya.

Gue : You are looking good.
Dia : Ah, kamu bisa aja.

Perbincangan yang teramat singkat memang, tak ada kesan sama sekali. Dan waktu terus bergulir, datangnya gak pernah terlalu cepat walau sedetikpun, dan ketika pergi pun tak pernah terlambat walau hitungan kedipan mata, matahari terbit dari timur dan hilang meninggalkan semburat lembayungnya di garis barat tak bertepi. pergantian masa yang constant. Seperti itupula nama itu terlupakan seiring waktu yang tak pernah bosan bergulir. Bukan karena tak punya arti kehadirannya, hingga tergerus oleh waktu. Namun perkenalan pertama tidak menimbulkan kesan apa-apa untuk mengingatnya.

Namun siapa boleh menolak, gue pun tak kuasa menampik hadirnya kembali. Dan kehadirannya pada moment yang tepat, ketika gue terjungkal entah kali keberapa, saat ketika luka hati gue menganga lebar. Dia hadir dengan segala keramahan, kebijakan petuah, full supporting. Kehadirannya sehangat sinar keperakkan matahari dipagi hari. SunShine, gue memanggilnya begitu.

Kehangatannya terus menyelubungi gue, pandangannya tentang beberapa hal memaksa gue berfikir realistis. Sunshine, tempat gue mengeluh. Tentang pekerjaan gue, tentang masalah remeh temeh. Dan gue tahu dia bosan, bosan dengan setiap celoteh gue yang tidak berkesudahan, tapi dia tetap ngedengerin gue, sesekali berkomentar dan sedikit berdebat. Dia serta merta menjadi tempat gue membagi banyak hal, walau terkadang dia tetap mencoba menjadi orang yang tidak mudah ditebak, menjadikan dirinya semacam labirin, but it dosen’t matter.

Kemudian gue pun mencoba menjadi pendengar yang baik. Gue ingin mendengar banyak cerita, banyak kisah dari diri dia yang masih tersembunyi di setiap blok labirin yang dia ciptakan. Ada semacam kemenangan tersediri ketika bisa membuat dia bercerita satu judul kehidupannya disetiap episode perbincangan kami. Bayangan semu sosoknya mulai tergambar di imagie gue dan perlahan tapi pasti molekul-molekul itu terbentuk menjadi partikel-partikel cinta dalam kerak hati gue. Sekuat tenaga gue paksa hati gue untuk tidak jatuh cinta, berkali-kali gue beri warning diri gue tentang siapa dia siapa gue, terlalu banyak hal yang membuat gue tidak mungkin bisa membuat dirinya bersama gue. Pada masa tertentu gue bagai pungguk rindukan bulan. Bagaikan udang diatas bakwan, namun apa daya, urusan cinta sama dengan urusan hati dan perasaan. Pertahanan gue pun tumbang, ambrol serata tanah.

Gue jatuh cinta pada orang yang wujud aslinya pun belum lagi gue lihat, yang hangat genggam tangannya belum lagi gue rasa, yang tatap matanya belum lagi gue telusuri, yang hangat peluknya belum lagi gue rasakan. Sekuat tenaga gue coba untuk bertahan, karena gue tahu ini juga akan berakhir dengan tragis. Tapi gue tetap jatuh cinta pada seseorang yang sesungguhnya semu.

Gue mencoba mencari posisi gue, posisi yang bisa membuat gue nyaman dan posisi yang membuat dia nyaman. Tema-tema seputar cinta, perasaan, dan sex bukan prioritas utama walau terkadang gue kerap kali nakal menyerempetnya ketika kami berbincang-bincang.

Hingga pada satu waktu……

Sunshine: aku bt, kenapa sih orang-orang dekat sama aku karena fisik aku (bukannya sombong loh!)
Gue: termasuk aku?
Sunshine: iya.
Gue: picik banget kalau kamu nilai aku seperti itu, jangan kamu pukul rata semua orang yang coba deket sama kamu karena hanya faktor fisik kamu.
Sunshine: tapi memang iya kan?
Gue:….???

Sejenak gue diam dalam bisu, menelusuri kata hati gue, mencoba menelisik kembali apakah gue coba mendekati dia karena fisiknya yang nyaris sempurna? Entahlah, gue aja bahkan belum pernah melihat sosok nyatanya, bagaimana gue bisa menyimpulkan gue deket dengan dia karena factor fisiknya. Bisa saja photo itu gambar orang lain yang dia pasang disitus pertemanan itu, sebagai bentuk campuflasenya karena dia jatuh pe-de dengan kondisi diri dia yang sebenarnya. Bisa saja!!! Namun gue tampik spekulasi itu jauh-jauh dari pikiran gue.

Sunshine: kok diem?
Gue: aku gak akan buat penyangkalan apa-apa, karena percuma. Aku mau berkoar-koar sambil jungkir balik pun, penilaian kamu ke aku tetap sama kan? Tetap, aku deket ke kamu karena fisik kamu. Dan bukan salah kami sepenuhnya juga kalau terus akhirnya kamu buat kesimpulan seperti itu, karena hal pertama yang dilihat orang memang performa kamu, bukan hati kamu, karena hati kamu gak nemplok dimuka kamu.

Silahkan buat kesimpulan sendiri, karena aku yakin kamu punya hati yang luas, untuk ngebedain siapa yang deket sama kamu karena tampang kamu, dan siapa yang deket sama kamu karena benar-benar tulus ingin deket sama kamu. Karena percuma punya fisik yang sempurna kalau kamu nggak punya hati.

Setelah per-Chattingan yang menguras emosi jiwa itu, gue bagai menemukan satu sisi gelap dalam diri Sunshine yang Selama ini tidak terpikirkan oleh gue. Arghhhhhhhhhhhhhh…….jadi pengen ngelamun jorok kalau kayak gini!!!!


Rasa rasanya aku telah keliru
memilih kamu sebagai kekasihku
cintamu palsu sayangmu semu
bermain dan permainkan aku

*seperti ular seperti ular
yang sangat berbisa, sangat berbisa
suka memangsa, suka memangsa
diriku tergigit cinta

reff
aku tertipu
aku terjebak muslihatmu
aku tertipu
aku terjebak muslihatmu

bisa bisa nya aku terkena
bisa bisa aku terlena
rupa-rupa nya kau berbahaya
rupa rupanya kau sama

back 2 *

(Ular berbisa, by hello band)

Labirin yang diciptakan Sunshine semakin rumit, semakin ruwet, semakin tak terjangkau olehku, semakin tak terpecahkaan olehku. Sosoknya yang semu semakin semu saja kini, bahkan nyaris hanya sebentuk fatamorgana. Asaku pupus sudah, menguap bersama dirinya yang membentuk fatamorgana lembayungnya dibatas cakrawala, disebuah tempat antah berantah yang tak mungkin gue jangkau. Pada akhirnya gue pun kembali terjungkal. Gue mengidap penyakit aneh nomor 100 kali ini, Pecundang Cinta. asap rokok Djarum Black slimz memenuhi rongga paru2 gue bersama rasa sesak akibat luka cinta. kuhembuskan pelan sisa asapnya ditemani lagu dewa yang menjadi soundtrack gue hari ini.


Aku tak mengerti, apa yang kurasa
rindu yang tak pernah begitu hebatnya
aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
meski kau takkan pernah tau

aku persembahkan hidupku untukmu
telah ku relakan, hatiku padamu
namun kau masih bisu, diam seribu bahasa
dan hati kecilku bicara

Reff :
baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan
kau buat remuk sluruh hatiku

semoga aku akan memahami sisi hatimu yang beku
semoga akan datang keajaiban hingga kaupun mau

aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
meski kau takkan pernah tau

(Pupus, by dewa 19)



Minggu, 11 Januari 2009

Apakah sebuah kebetulan?

Hari ini syndrome malas gue kumat. malas pergi kemana-mana, malas ngapa-ngapain, malas bicara sama orang, malas telpon, malas sms an, malas gosok gigi, malas cuci muka, malas ganti kolor, dan tidak lupa malas mandi.
seharian, gue cuma guling-guling gak jelas di kamar gue yang bau apek, lusuh dan berantakkan. semua kemalasan ini akibat tak satupun janji ketemu sama temen-temen gue yang terlaksana, dan itu mempengaruhi mood gue hingga malam.

Jam 19 lebih dikit, setelah nonton termehek-mehek di Trans Tv, gue ambil hape gue yang berdering najis, temen gue sms:
temen gue: jangan bilang loe lagi di Plaza Semanggi.
gue: nggak, gue di kamar dan gak niat kemana-mana.

Setelah itu gue ke kamar mandi, mandi seadanya sambil nyanyi-nyanyi gak jelas

Perasaan ini apa namanya
ku takut untuk menyebut apa namanya
bukan karena ku takut salah

tetapi ku takut benar apa yang kurasa
pedih yang menghujam di sanubariku

hancurkan keyakinan yang menjadi kekuatanku
aku jatuh lagi

sekali lagi jatuh
untuk sekian kali namun kali ini ku galau…

Galau, By Titi DJ

Gak kurang dari lima menit, gue sudah berubah costume. Jeans hitam, kaos hitam, jaket cokelat Esprit pemberian temen gue, underwear abu-abu, gelang bambu cokelat kehitaman, jam tangan puma hitam, kaos kaki dua warna (hitam dan putih) sepatu kets ijo favorite gue. semua onderdil yang sama yang gue pakai dihari selasa, dihari gue pertama kali menatap mata itu.

Nyaris tanpa macet malam ini, dan beberapa puluh menit kemudian gue sudah melaju bersama Busway setelah sebelumnya nangkring di metromini 611.
gue terus mengikuti arah kaki gue melangkah tanpa memikirkan apa-apa. blank....

Dan......
tepat 20.30 gue sudah berada di sky dinning, 10th floor, The Plaza semanggi.
seperti biasa, tempat ini gak pernah sepi, semua tempat duduk nyaris penuh, penuh dengan pasangan-pasangan yang entah sedang ddimabok duren atau sedang di mabok cinta. Tapi gue beruntung menemukan meja nomor 23 kosong melompong, meja ini adalah meja yang ditempati si pemilik mata itu ketika kali pertama bertatapan najis di selasa sore itu.

Sebatang rokok Djarum Black Slimz gue sulut, asapnya segera memenuhi rongga paru-paru gue, aktivitas gila yang sudah gue tinggalkan sejak hampir delapan bulan lalu, tapi malam ini, entahlah gue ingin sekali meyulutnya, menghisapnya hingga asapnya memenuhi rongga paru-paru gue, kemudian menghembuskan asapnya pelan.

Tak sengaja kutangkap sosok itu, sosok lelaki gendut plontos yang duduk tidak jauh di depan gue, tepatnya disebelah meja yang gue tempati di selasa sore itu. lelaki itu begitu lekat diingatan gue, dan dia adalah salah seorang diantara rombongan si Makhluk manis itu. kemudian dua orang berikutnya yang juga gue kenali dan gue yakin makhluk manis itu juga ada disana. gue sedikit membetulkan posisi, nyaris setengah berdiri, dan gue mendapati pemilik tatapan nakal itu, tepat duduk membelakangi gue.

Reflek gue memanggil waitress yang berdiri tidak jauh dari tempat duduk gue.
gue: mbak, order.

Konsentrasi gue bubar jalan, tangan gue gemetar, perasaaan gue kacau. tak perduli menu apa yang gue pesan, sambil sesekali melirik ke araah rombongan itu, takut kalau-kalau mereka beranjak pergi.
gue: mbak minta satu kertas lagi dong.

kemudian serentetan kalimat aneh gue tulis disana, tanpa berfikir, hanya mengikuti kata hati gue.

"SUDAH 4 HARI BERTURUT-TURUT SAYA MENUNGGU KAMU DI TEMPAT INI"

gue: mbak tolong kasih kertas ini ke orang yang berbaju coklat itu. tapi jangan bilang dari saya dan jangan tunjukkan saya duduk dimana.
mbak waitress: tar kalau dia tanya?
gue: bilang dari seseorang.

Gue nggak tahu darimana keberanian itu, melakukan aksi gila yang bisa saja memancing kericuhan di tempat ini, but i don't care!. Gue hisap rokok gue dalam-dalam, dalam sekali, menghebuskannya cepat. kemudian mengalihkan pandangan gue ke sudut lain.

Reaksinya seperti yang gue harapkan, si makhluk manis pemilik mata itu berputar mencari gue, tapi gue gak peduli. Gue gak mau tindakan gue memancing reaksi berlebihan. Terlebih si kepala plontos itu tiba-tiba berdiri dan ikut bereaksi. gue terus menunggu reaksi apalagi selanjutnya.
satu-satu spekulasi bermunculan dan berputar-putar dikepala gue bersama pening yang diakibatkan zat nikotin berlebihan yang mulai bereaksi di dalam tubuh gue. sedetik sempat gue berfikir laki-laki gendut plontos itu pacar si makhluk manis itu, terlihat dari wajahnya yang schok. sempat gue lihat dia mentap penuh tanya ke arah gue, but i don't care. Gue masih sibuk mengatur perasaan gue yang berlebihan. Gue menunggu laki-laki plontos itu menghampiri gue lalu melayangkan satu bogem mentah ke wajah gue tanpa ba-bi-bu karena pacarnya gue godaiin. Tapi setelah sekian detik menunggu, si plontos gendut itu tak juga menghampiri gue.
Pandangan gue nanar, sedikit berputar, lantai tempat gue berpijak gue rasakan sedikit bergetar, bergetar seperti hati gue yang gak jelas maknanya.
lama gue tak bergeming, hanya sesekali curi-curi pandang dan akhirnya pandangan kami bertemu sepersekian detik, dia menyadari kehadiran gue, dan gue yakin dia sangat tahu, gue lah pengirim pesan najis itu.

Nasi bistik daging mentega plus segelas teh manis panas berubah jadi tawar, sesuap demi sesuap, tapi tak kunjung meredam segala rasa yang melanda hati gue.

Malam kian larut, di atas sana bulan telah bulat utuh sempurna membiaskan cahaya putih walau malam ini berselubung awan, angin bertiup sepoi, dinginnya menembus sweeter yang gue kenakan malam ini, tapi hati gue masih seperti tadi, Galau......

Bukan tanpa alasan gue tidak menuliskan nama, nomor telpon dan email di secarik kertas tadi. ada reaksi lain yang ingin gue dapatkan dari dia, tapi hingga dia beranjak dari tempat duduknya dipukul 22 hampir 23 malam ini, tak kudapatkan reaksi itu. mungkin bukan malam ini, mungkin hari-hari dan malam-malam setelah ini, atau justru tidak sama sekali. Entahlah.

To be continue......

Kamis, 08 Januari 2009

Gatot Subroto...!!!!!

Sebaiknya baca postingan sebelumnya, baru baca postingan yang ini, soalnya postingan ini kelanjutan postingan sebelumnya dan berikutnya. biar ngeh!!!!
berasa ada yang mau baca ajah, hehehehehehehehe....
=============================================
Langit udah hitam, bulan tak kunjung menampakkan diri. langit Jakarta diselimuti awan gelap malam ini. Di bawah sana, dari ketinggian lantai 10 Sky Dinning plaza semangi, gue bisa melihat kemacetan panjang di jalan Gatot Subroto. Cafe' ini juga sudah mulai penuh sesak oleh manusia-manusia metropolitan dengan berbagai macam ekspresi. Dari muke senang, muke kusut, muke sumringah serta tidak ketinggalan muke mesum gue, hehehehehehhe....

Eniwei, ini hari kedua pencarian gue secara beruntun, pencariaan untuk menemukan Si Makhluk Manis pemilik tatapan maha dahsyat yang sudah merobek-robek sudut-sudut hati gue dengan perasaaan yang sulit gue artikan dengan rentetan-rentetan kosakata.

Dibalut sepoi angin malam yang mulai menusuk tulang belulang gue hingga membelai lembut relung jiwa, gue sapu bersih setiap sudut tempat ini dengan mata jeli, gue cari dengan seksama "Mata Itu..."

Perasaan kalut, gue rasakan menjalar disetiap aliran darah dalam nadi gue, kemudian menguap hampa bersama asap rokok yang terhembus nakal dari bibir dua wanita lucu di depan gue. Semua berbarengan dengan konsentrasi gue yang pecah berkeping-keping, antara terus mencari-cari keberadaan sosok itu dengan lagi-lagi menyapukan pandangan gue ke semua area cafe yang remang-remang ini, atau berpaling ke tuts-tuts dan layar monitor laptop di depan gue, atau mengikuti nafsu birahi gue untuk melahap rakus sepiring nasi bistik daging sapi mentega serta segelas teh manis panas di depan gue.

Daripada semakin kalut maka gue lakuin semua hal itu dalam masa yang bersamaan, sembari memasukkan sesendok besar remah-remah makan ke dalam sebuah suapan besar mulut gue, mata gue jelalatan memandangi setiap orang yang sibuk denganberbagai aktifitas mereka, serta jari-jari tangan gue yang tidak berhenti menari-nari nakal diatas tuts-tusts berwarna nyaris abu-abu ini. semua gue lakuin secara konstan dalam hitungan menit.
And than detik berikutnya, kekacauan di cafe ini sedikit mengusik gue. Tiba-tiba kristal-kristal bening nan lembut mulai berjatuhan dari langit yang semakin hitam, membelai nakal setiap manusia yang duduk santai di cafe terbuka ini. Secepat kilat gue masukkan laptop gue ke dalam back pack gue dan menggangkat piring gue yang masih berisi setengah porsi makanan gue. Sempat gue berdiri tertegun mencari bangku kosong, tapi semua penuh. Manusia-manusia ini berjubel, bertumpuk , berdesakkan menghindari rinai hujan. Beruntung perempuan-perempuan subur yang menempati meja di depan gue yang sedang berdiri mempersilahkan gue duduk dan bergabung bersama mereka.

Dengan biadab segera gue habiskan setengah porsi makanan yang masih tersisa di piring berbentuk nyaris setengah lingkaran itu dengan ornamen gambar dua orang berwarna ungu, yang mengingatkan gue pada patung-patung karya suku Asmat di Irian Jaya. Hilang sudah selera makan gue, menguap, raib entah kemana. Makanan ini sekarang gak lebih dari sekedar butir-butiran nasi putih dengan sayur capcay dan irisan tipis daging sapi kehitaman karena kebanyakan kecap tanpa rasa yang masuk berdesakkan melalui kerongkongan gue dan menggelepar tak berdaya dalam lambung gue.

Ditengah hiruk pikuk manusia disekitar gue dengan berbagai topik-topik, gue mencoba memejamkan mata sepersekian detik, mengumpulkan puzle-puzle wajah si makhluk manis pemilik sorot mata itu dalam benak gue, karena hanya itu yang gue punya. No have more information, gak tahu nama, gak tahu dia tinggal dimana, kerja atau kuliah dimana, gak tahu...BLANK. Gue cuma punya sorot mata itu dan sedikit gambaran samar wajahnya yang sudah mulai memudar dalam benak gue, dan gak akan gue biarkan menguap juga bersama ketidakbisaan gue menemukan jejaknya.

Teringat jelas makian dan cemoh teman-teman gue untuk aksi gila ini.
teman gue: dasar sinting.
gue: emang sinting.
teman gue: aneh.
gue: emang.
teman gue:........?

Atau...
temen gue yang lain: cari yang pasti-pasti ajah kenapa? masa loe mau ke plaza semangi tiap hari.
gue: why not!!! i'll do it.
temen gue yang lain: Sableng, orang gila.
gue: emang.
teman gue yang lain:.......?

Entah sudah berapa lama gue disini, di tempat ini. Fuiihhhh.....satu-satu orang hilir mudik di depan gue, tapi tak kutemukan sosok itu diatara mereka. Gue jadi mengutuki diri gue sendiri. bego banget sih gue, tolol banget sih gue.
Kenapa sekarang baru bermunculan ide-ide tolol itu di kepala gue. Kenapa tidak saat kali pertama kita tatap-tatapan hari itu, kenapa gue gak manggil waitres cafe ini, memesankan segelas jus strawbery dan menyelipkan secarik kartu nama atau coret-coretan deretan nomor telpon gue untuknya, atau nekad menghampirinya dengan resiko ditendang teman-temannya hingga gue mencelat dari lantai 10, dan kenapa juga gue nggak mengikuti ajakannya ketika secara sengaja (gue yakin banget!!!!) dia menyenggol halus lengan gue di lift hari itu. duh betapa dungunya gue.

Dan sekarang gue merasa jauh lebih dungu, karena secara sengaja datang dua hari berturut-turut ke cafe ini dengan harapan dia juga akan datang mencari gue. Merasa bodoh karena telah memikirkan tatapan itu dengan segenap hati, perasaan dan jiwa raga. memikirkan orang itu siang dan malam, padahal belum tentu dia mikirin gue.
Lebayyyyyyyyyyyyy...banget itu makian yang terlontar dari teman gue yang tahu aksi tolol gue ini.

Tapi gue gak akan nyerah, gue gak akan mundur, soalnya sayang banget dan sia-sia ajah lembaran demi lembaran rupiah yang udah gue keluarin cuma untuk nongkrongin tuh bocah di cafe ini saban hari. Emang gue punya pohon duit, atau punya duit tidak berseri?!. Gue akan tetap cari pemilik mata itu dengan ada dan tidaknya informasi memadai. Gue akan pakai feeling gue yang sebenernya belum tentu juga bener, terbukti hari ini pencarian gue berakhir GATOT SUBROTO. loh?????
GAgal TOTal Sudah Usaha Buat caRi Orang yang punya maTa menOhok itu........

Rabu, 07 Januari 2009

Mata itu....

Fuiiihhhh....akhirnya nyampe juga di kamar gue yang lusuh dan bau apek. Jam di pergelangan tangan gue tepat menunjukkan pukul 22.00 malam, gak lebih, gak kurang.

Hati gue masih ser-seran, disko dangdut. belum berhenti hingga jemari-jemari gue ini menari lincah diatas keyboard laptop gue. tatapan mata itu masih juga menari-nari di pelupuk mata gue, menohok ulu hati gue hingga meyetubuhi relung-relung hati gue. membuat darah gue berdesir hebat hingga sesak dada ini.

Jangan-jangan bengek gue kumat lagi????? jiaaahhhhh......

Sore tadi gue meeting sama orang produksi gue di sky dinning plaza semanggi, sementara menunggu orang produksi gue dateng, gue membenarkan posisi gue, mencari-cari posisi enak hingga bisa dengan leluasa memandangi setiap gerak gerik orang-orang yang hilir mudik kaya setrikaan. sore ini, matahari masih malu-malu menyirami bumi ini dengan sinar peraknya yang mulai melembayung (gile puitis banget yah gue? efek bengek yang kumat neh).

Dihadapan gue duduk segerombolan muda mudi (berasa dengerin opening siaran dr radio tahun 70-an yah) yang diantaranya gue temui makhluk manis. gue sempet-sempetin curi pandang ke arahnya, tapi dia lempeng-lempeng ajah. hingga gue alihkan pandangan gue ke daftar menu di depan gue.

Awak produksi gue yang leletnya audzubillah min dzalik, baru menampakkan batang kemaluannya, waduh salah maksud gue batang hidungnya tepat jam lima, telat satu jam (besok-besok gue pasang jam dinding di jidatnya biar gak telat lagi).
nasi ayam cah jamur gue kunyah tanpa ampun, sembari menerangkan bentuk, bahan, jumlah hingga harga backpack yang akan kita buat prototypenya. dan secara tidak sengaja gue menangkap tatapan mata itu (kita sebut dia si makhluk halus, eh salah! maksud gue si makhluk manis), hanya sepersekian detik, tapi mampu membuat bulu kuduk, bulu ketek, bulu kaki, hingga bulu titit merinding disko. tatapan itu begitu tajam, gue nikmati sepersekian detik hingga hati gue jadi ser-serrr enak.
sejak saat itu konsentrasi gue buyar, tatapan mata itu benar-benar mengkerangkeng pikiran gue (jangan-jangan gue kena hipnotis? emang kalau di hipnotis rasanya ser-seran najis yah?). hingga sepiring nasi ayam cah jamur ludes, segelas jus mellon amblas, sebotol air mineral gue reguk mampus.

Meeting gue kelar tepat setelah adzan magrib berkumandang, awak produksi gue beserta istri dan anaknya pamit pulang (meeting atau piknik yah ini?), tapi gue tetep duduk manis di tempat gue. entah kekuatan apa yang mampu membuat gue tidak bergeming dr tempat ini, mata gue gak bisa berpaling dr pemilik tatapan itu, para pramusaji yang sibuk meletakkan lilin-lilin dalam gelas ke setiap meja pengunjung tidak juga mampu mengusik kami yang sedang beradu tatap. sesekali gue alihkan tatapan gue ke rimba gedung pencakar langit, sekedar menghindari tatapan mata nakal dan najis teman-teman si makhluk manis yang mulai tampak mengawasi tingkah aneh kami.
keberanian gue menguap entah kemana, ide-ide gue untuk memulai perkenalan lenyap seketika.
tatapan dan senyum itu telah benar-benar memikat gue.
jam digital gue menunjukkan pukul 19.30 ketika si makhluk manis beserta rombongan sirkusnya beranjak dari sana, gue pun beranjak, mengekor mereka hingga di lift. berdiri berdampingan dengan pemilik tatapan itu, hanya tertaut beberapa centimeter, tapi gue lunglai, tak sanggup berkata-kata, tak sanggup sekedar menyapa dan mengulurkan tangak, gue hanya berdiri membisu, sementara kartu nama yang sudah gue siapkan tak kunjung bisa gue berikan. mampus gue bener-bener terkena penyakit gila nomor 13, fall in love in first sigth.
ketika si makhluk manis itu keluar lift di lantai 3A dan secara sengaja menyenggol halus gue sebagaai pertanda mengajak untuk bergabung, gue masih diam layaknya gunung es, tak juga mengikutinya justru terus meluncur hingga lantai dasar. bodoh, stupid, bego, kampret, setan alas, gue maki diri gue ketika tersadar telah melewatkan kesempatan emas untuk bisa kenal dengan pemilik tatapan itu.
dari lantai dasar gue cari lift terdekat dan menyusul si makhluk manis ke lantai 3A, gue telusiri setiap liku dan pojok foodcourt berharap bisa menemukan pemilik tatapan itu, tapi hingga khatam setiap lantai plaza semanggi gue telusuri tak juga kutemukan si makhluk pemilik tatapan itu, entah sudah kali keberapa gue susuri setiap inchi plaza semanggi bersama penyesalan atas kebodohan gue, yang gue tahu gak kurang 1 1/2 jam gue mondar mandir dalam mal super gede ini. hawa dingin dalam mall ini udah gak ngepek, gue malah keringetan mondar-mandir sendiri tanpa tujuan. gue cape gue memutuskan untuk balik ke apartement gue bersama getar-getar aneh dalam hati gue karena tatapan itu. gue akan terus cari dia, besok gue akan kembali......

soundtracknya pas banget rasanya..

Sinar Matamu by Titi Dj

Kudapati
Kekaguman
Dalam dua matamu
Kurasakan
Bagai bicara
Tentang sebuah pesona
Itu yang pertama
Waktu kumelihat
Kehadiranmu
Itu yang membawa
Kau dalam ingatan
Tentang cinta

Sinar matamu itu
Menggodaku
Membuatku untuk berlagu
Sinar matamu itu
Menggairahkan
Membangkitkan
Sebuah kata suka
Ku mencoba
Memahami
Apa arti semua ini ..

Senin, 10 November 2008

Laraku Sempurna Dihari Minggu Sore.

Ini hari minggu terberat yang pernah gue lewati,
weekend yang buat gue guling-guling gak jelas, karena NELANGSA, i really broken heart. gue yang sudah terlahir sebagai laki-laki mellow kali ini benar-benar k.o telak oleh cinta.

Minggu pagi-pagi buta, which is baru jam 00.00 lebih dikit perut gue menggelinjang najis, menggelinjang yang gak buat horney sama sekali, karena rasanya asam lambung gue mulai naik. gue laper, habis nyuci tengah malam buta. so warung sunda 24 jam deket kos gue adalah my first destinitation.
Sepiring nasi putih, ikan bandeng goreng, dan semangkuk mie instant rebus jadi menu pagi-pagi buta ini. gue hanya butuh lima menit untuk meng-amblaskan semua makanan tidak bergisi itu hingga nyungsep didasar lambung gue.

Kalau biasanya setelah makan bawaannya ngantuk edan, gue sebaliknya. mata gue malah full baterai. maka T.Net menjadi my second destination, so here i'm.
dengan sisa-sisa deposit yang gue punya, gue mulai mengembara, mengobok-obok hingga menjamah dunia tak berdimensi ini. hingga curhatan-curhatan gak penting gue dengan W terjadi dan dengan kondisi tidak siap sama sekali, gue di buat K.O dengan TELAK (baca postingan gue K.O. TELAK) gue benar-benar ancur saat itu, orang yang gue anggep temen ternyata mengambil keuntungan pribadi dari gue, menggorek-korek informasi dari gue. intinya gue bener2 jadi makhluk tuhan paling bodoh saat itu. untunglah B teman chatting gue, dengan sabar nemenin gue chatting sampai pagi dengan segala petuah-petuah ajaibnya yang mampu buat gue merasa gak sendirian saat gue terpuruk kejurang kesedihan.

B: Is, kamu sebaiknya balik dan tidur, jangan menyiksa diri kayak gini. nanti kamu bisa drop."

Dengan sisa-sisa tenaga gue yang sudah terkuras habis oleh kesedihan gue melangkah gontai menuju apartemen gue yang cuma 200 m dari tempat itu tapi sekarang berasa jauhhhhhhhhhhhh.........banget. mata gue yang tinggal segaris gue paksa untuk terus terbuka hingga sampai di apartement. hampir jam 6 pagi ketika gue sampai di kamar gue, tapi pikiran gue masih melayang kemana-mana, boro-boro tidur, gue malah ke kamar mandi dan nyuci baju-baju serta kancut-kancut gue. jam 9 pagi gue benar-benar sudah tak bertenaga. emosi gue sudah gue tumpahkan seluruhnya pada kancut-kancut tak berdosa gue. gue sudah benar-benar tidak bertenaga, hitam......gelap.......gue tidur. lelah itu membuat gue tak mampu menguntai mimpi saat itu.

Gue terjaga diangka 15.00 lebih dikit, tapi bukannya merasa baikkan, badan gue malah semakin lemes dan gue sadari gue DEMAM. jyanggggg......krikkkkk.....perasaan gue semakin kalut, gue tiba-tiba teringat J, rasanya ada sesuatu, sesuatu yang juga gue tidak mengerti yang membuat gue akhirnya meraih ponsel dan kirim sms.

gue: Mas ngerasa kehilangan kamu beberapa hari ini. ada apa?

sedetik....dua detik....tiga detik.....

J: Hah? masa sih? gak ada apa-apa. mas sudah makan? tar sakit loh.

kalimat-kalimat itu dah gak mempan lagi sama gue, tidak terjawab rasanya sebentuk tanya dihati gue, feeling terlalu kuat untuk bo'ong.

gue: Apa ada orang lain? yang sudah menggantikan posisi mas di hati kamu?

bisu, silent, mute, gak ada suara, hening, entah kemana suara berisik ponsel gue yang tiba-tiba tak bersuara. gue capek nunggu, hati gue semakin gamang. ibu jari gue udah mulai menjelajahi keyped ponsel gue dan mencari nomor telpon J.

hgdzhdfsdtyfuw mnsdzjzgdvuy gstwsmnzvzghcxdyslf sm bdzyvxuzbkd nsk.kdhsgsjshvddvgdvhdsmv;xighvsdr sz..........

pecah sudah pertahanan gue, meledak, hancur berkeping-keping. tagis gue gak lagi sesengguk, tapi kini meraung, meraung kesakitan. lara gue sempurna hari ini, diminggu sore. gue gak perduli what they thinking about me, ketika mereka denger suara amuk tangis gue yang pecah tumpah ruah dikamar mandi, gue gak peduli! I don't Care!!!!! gue menagis, menangis sejadi-jadinya, meraung sekeras kerasnya. hati gue benar-benar sakit, sakit sesakit sakitnya, dan cuma gue yang bisa rasain. gue gak peduli suara J yang mencoba menenangkan gue dari balik speker phone yang jaraknya ribuan mill di belahan kalimantan sana. gue benar-benar merasakan sakitnya, rasanya ada sejuta jarum panas yang menyengat tubuh gue, air mata udah bercampur dengan air liur dan air ingus, tapi gue gak peduli, gue terus meraung hingga lelah........
hubugan gue dan J berakhir disaat gue benar-benar merasa butuh suport luar biasa dari dia, disaat gue merasa sangat takut kehilangan dia, disaat gue benar-benar merasa sayang sama dia.

"SELALU ADA HARGA UNTUK SESUATU, dan gue SUDAH MEMBAYARNYA HARI INI".

"Dalam hidup aku belajar bagaimana mencintai, bagaimana tersenyum, bagaimana cara bahagia, bagaimana jadi kuat, bagaimana kerja keras. tapi aku tidak belajar bagaimana cara MELUPAKANMU"

itu satu dari sekian banyak sms romantis yang setiap pagi gue terima dari J, mungkin bagi sebagian orang, itu cuma rangkaian kalimat tak berarti, tapi buat gue itu lebih dari sekedar kata, kata dimana gue merasa dimiliki dan disayangi orang yang juga gue sayang.

tapi sejak hari ini, ketika LARA GUE SEMPURNA DIMINGGU SORE, gak akan pernah lagi ada sms-sms cinta setiap pagi seperti itu dari J.

"Terima kasih J karena sudah pernah singgah dihati aku walau itu cuma sebentar, terima kasih atas hari-hari indah yang sudah pernah kita rajut bersama, terima kasih atas segala perhatian yang pernah kamu beri, terima kasih karena pernah menjadi penyembuh luka ku walau hari ini harus kau buat aku semakin terluka, terima kasih sudah buat aku terpuruk semakin dalam dengan membuat LARAKU SEMAKIN SEMPURNA DI MINGGU SORE INI. satu hal yang perlau kamu tahu, AKU TERLALU SAYANG SAMA KAMU hingga begitu sulit melepaskan kamu......bahagialah atas ini, karena ini kamu yang milih.

malamnya aku hanya bisa cerita dengan TORINO..untuk sekedar berbagi kesedihan.

Torino: Gue baru tahu hari ini, kalau laki-laki juga bisa mellow, selama ini semua laki-laki gue anggap bajingan.

Minggu, 09 November 2008

K.O. telak.

Sekarang jam 4.35 subuh, gue masih duduk sendirian di T.Net yang tadinya dingin, sekarang gue mendadak seperti berada di dalam panci lengkap dengan air mendidih 1000 derajat celcius.
1/2 jam yang lalu jantung gue dah gak karu-karuan, badan gemeteran, lidah kelu, suhu badan gue mendadak naik, pusing, mual (jangan-jangan hamil lagi gue?). Ternyata gue benar-benar profil lelaki aneh yang sangat LEBAY.

Gimana gak mabok gini,
udah hampir dua minggu ini gue curhat abisssss.....ama seseorang yang berinisial "W", orang yang gue kenal lewat chating. Dari beberapa kali chatting, gue ngerasa orang ini perhatian banget, care banget, sampe akhirnya keadaan ini memaksa gue untuk cerita masalah gue dari A sampai Z mengenai sosok R, dengan sabar dia dengerin semua ocehan gak penting gue. gue jadi merasa gak sendirian, gue merasa punya temen yang mau peduli dengan sedikit masalah yang gue hadapi. maka chating-chating berikutnya pun penuh dengan curhat-curhat gak penting dari gue.

Hingga subuh ini, ketika gue kembali masuk angin dengan sukses, setelah nyuci hampir dua bak baju-baju serta selusin kancut gue yang kotornya amit-amit, gue memutuskan untuk melarikan diri ke warnet langganan gue.

Sempet chat sama R, lalu temen gue B dan W.
dan seperti biasa R menanggapi gue dingin-dingin aja, sedingin es balok. setelah kita sedikit ribut beberapa hari lalu, komunikasi kita emang rada berantakkan. maka jadilah W sebagai superhero yang siap bantuiin gue dengan segala petuah-petuahnya. gue bagai sapi yang idungnya dicucuk, semua gue ceritain, termasuk meng coppy-paste obrolan-obrolan gue dengan R. hingga terjadilah perchattingan ini:

gue: kamu suka baca gak?
W: Suka, kenapa?
gue: aku nulis cerita aku sama R di blog ku.
W: blog kamu apa.

gue berilah alamat blog ini.

W: aku lagi baca blog kamu, sama R. kita teleconfrence
gue: oke, jangan lupa kasih comment yah.

sedetik....dua detik....tiga detik....
gue dah gusar ajah nunggu meraka baca sampai selesai cerita "DIA BILANG AKU LEBAY"
dan gak lama kemudian.

W: R sudah tinggalin komentar disana.
gue: oke, aku baca dulu yah.
W: aku juga sudah kasih komentar.

perasaan gue nano-nano baca koment mereka.
berikut komentnya....
R:
mmm,,,coba diliat lagi kutipan dr ref lagunya???mang itu persis kya gitu y??kyanya ak g pnah kasih cinta yang apa???g ngerti...

W:
good.....setelah aku baca jadi pengen kaya"R" yang bisa kamu sayang...

Dengan bersusah payah aku coba menjelaskan makna syair di reff itu pada R agar dia semakin tidak salah mengerti, tidak hanya R, W pun aku beri penjelasan sejelas-jelasnya. Buat mereka mengerti bahwa lagu itu hanya pelengkap dari cerita yang gak punya maksud apa-apa.
tahukah dikau apa tanggapan W selanjutnya?

W: jelas aja dia gak cinta sama kamu.
gue: Kenapa?
W: karena dia cintanya sama aku.
gue: maksudnya?
W: R, pacar aku...

MAMPUS.......!!!!!!!!!!!! TUJUH TURUNAN.
bagai ada palu godam segede bagong bunting sembilan bulan menghantam kepala gue, hati gue hancur sehancur hancurnya, kecewa sekecewa kecewanya, terluka seterluka terlukanya. malu semalu malunya, kesel sekesel keselnya, betapa naifnya gue selama ini, bodohnya gue, tololnya gue, sampai gak menyadari skenario HEBAT yang disusun W, dia aktor hebat!!!!!!! pantes dapet award, karena mampu berakting sok polos didepan gue. berhasil membuat gue cerita semua sama dia, berhasil korek semua informasi, berhasil mengetahui semua percakapan gue sama R.
dan dia berhasil membuat gue K.O TELAK!!!!!!!!! subuh ini. terima kasih banyak W.

Kamis, 06 November 2008

Kata dia gue LEBAY.....

Udah subuh, jam di Hape butut gue udah nunjukin jam 3.56 pagi, dan gue baru kelar mandi (bukan mandi junub yah) sodara-sodara.

Dan sekarang gue lagi nguap-nguap gak jelas, persisi ikan buntal kesurupan. Yups! Syndrome aneh gue lagi kumat hari ini. Pekerjaan gue yang gue anggap pekerjaan paling menyenangkan di dunia berasa pekerjaan paling memuakkan sekarang, memang semua pekerjaan punya resiko. Dan gue paling benci do something underpresure. Suck!!!!

Oke, kita runut satu demi satu kejadiannya, hingga bisa menemukan jawaban hubungan antara ke Be Te an gue, mandi jam 3, 56 pagi, hingga nguap-nguap gak jelas.

From the beginning……
At the first time, gue ketemu sama tukang jahit langganan gue yang akan bantuin nyelesaiin design gue menjadi prototype project pembuatan uniform yang lagi gue garap. Dimana setelah gue menjelaskan semua detail yang gue mau dan nunjukin satu-satu bahan yang udah gue beli di tanah abang. And than, gue harus cetak ulang semua design yang sudah gue buat di foto studio deket apartement gue, tapi naasnya gue harus nunggu sampai jam 4 which is itu 1, 5 jam lagi. Dan itu memuakkan, see! Jadi daripada lumutan di photo studio, gue ama assisten penjahit gue langsung cabut ke T. Net, warnet langganan gue untuk ngeprint semua design gue.
Dan, printernya rusak saudara! NGEPET, KUCING GARONG!!!! KUNYUK, MONYET BUNTING, DODOL GARUT, SAMBEL TERASI!!!! Emosi jiwa gue jadinya. Maka Jadilah gue berchating-chating ria dengan muka gak bener (emang pernah bener muka gue? Rasanya gak!) sambil nungguin operatornya benerin tuh printer yang udah harusnya dikilo-in di jalan Surabaya dan dikasih lebel “Barang Antik”.
Begitu toolbar yahoo Messager kebuka, gue mendapakan pesan dari “R” kita sebut aja gitu. Yang intinya….

R: Aku mikirin “J”

Itu instant message yang belum sempet gue baca kemarin, karena terlalu emosi dikatain LEBAY oleh R yang membuat gue sign off seketika.

“J” itu pacar gue, kita 2 bulan jadian tanggal 5 November nanti. You know what? J itu baru 15 tahun kelas 2 SMA yang artinya bisa aja gue dituding dan dituduh PEDHOPILIA. Gue kenal J di Bontang waktu gue mudik lebaran September kemarin. Dari perkenalan yang tidak sengaja, iseng-iseng gue nembak dia untuk jadi pacar gue dan kita jadian hari itu juga. Edan!!!!!!!! Alhasil 3 minggu mudik sama sekali tidak membosankan, karena nyaris setiap hari kita pacaran dan memadukasih, yang ujung-ujungnya dari iseng jadi cinta beneran. Alamak Jan!!!!!!!

Balik lagi ke R.
Gue kenal R lewat chatting, umurnya baru 19 tahun, kuliah disalah satu universitas top di Jakarta. Suaranya yang merdu membuat gue makin meriang disko, renyah bener. Baru pertama kali chatting dengan dia ampe jari-jari gue keriting membuat gue merasa nyaman dengan dia, nyaman karena gue diterima dengan baik olehnya. Dan buat gue itu sudah cukup menjadi alasan kalau gue jatuh cinta sama dia. dikamus gue gak ada istilah Pe De Ka Te, suka yaah pacaran, toh pacaran itu kan untuk saling kenal. So, buat apa PDKT?

Mungkin gue laki-laki paling malang di dunia, karena R ternyata udah punya pacar. Itu membuatku terluka seterluka lukannya dan untuk bagian ini sepertinya lagu berikut pas jadi soundtracknya.

Anggur merah
yang s’lalu memabukkan diriku ku anggap belum seberapaaaaaaa……..aaaaaa
Dahsyatnya…….
Bila dibandingkaan dengan senyumanmuuuuuu…..uuuuuu
Membuat aku lesu darah…….

Ahhh……Kelamaan, Langsung ke reff ajah.

Untuk apa kau berikan aku cinta yang kalut….
Sementara dirimu, telah engkau berikaaaaa…aaaaa.aaaaaannnnn
Pada yang lain
Sungguh teganya…teganya….teganya….teganya…….

Intinya, gue gak peduli dengan statusnya yang udah punya pacar. Pokoknya yang dia tahu, gue sayang sama dia. Itulah kemudian yang menjadikan masalahnya jadi rumit.

Gue: “aku sayang sama kamu”.
R: “aku tahu. Tapi aku gak bisa terima semuanya”.
Gue: “kenapa?”
R: “ada J, is! dia lebih pantes dapetkan itu. Dan aku hanya bisa terima sayang dan perhatian itu dari pacarku”.
Gue: “dia punya tempat lain dihatiku. Dan aku sayang sama dia. Aku hanya ingin berbagi perhatian dengan kamu”.
R: “Berbagi perhatian?”

Mampus, salah ngomong gue. Muka gue semakin acak kadut. Karena salah ngomong barusan gue terancam gagal meyakinkan dia kalau gue benar-benar sayang sama dia. Gue memaksa memutar keras otak gue yang udah overload.

Gue: “memberi perhatian ke kamu tepatnya”.
R: “perimbangkan perasaan J, jangan sia-siakan dia karena aku”.
Gue: “aku gak pernah sia-siakaan dia. Kamu dan dia memiliki porsi masing-masing”.
R: “kurangi porsi saya”.
Gue: “butuh waktu untuk itu, aku gak bisa bohong sama perasaanku. Itu jauh lebih menyakitkan. Dan ini bukan perselingkuhan. Karena kita masing-masing memiliki orang yang kita cintai.”
R: “jadi apa namanya?”
Gue gak siap dengan pertanyaan itu, salah ngomong sekali lagi bisa-bisa gue disantet atau bahkan jadi korban mutilasi.
Gue: “aku juga gak tahu”.

Kata-kata itu menghiasi layar monitor computer didepan gue. Kalimat itu tidak mencerminkan penjelasan apapun kecuali hanya sebentuk pembelaan terhadap diri sendiri.

Gue: “perhaatian yang aku berikan tidak berlebihan. Aku hanya mempertanyakan kesehatan kamu, apa kamu sakit atau tidak setelah ujan-ujanan nganterin aku malam itu dan aku benar-benar khawatir. Tapi kamu bilang aku LEBAY. Aku kecewa denger itu”.
R: “aku gak bisa ngomong apa-apa lagi”.
Gue: “aku hanya minta setitik dari luasnya hati kamu, dengan membiarkan aku memberikan perhatianku ke kamu. Karena aku gak mungkin minta lebih. Aku cukup ngerti kondisinya. Terlalu mengerti malah, hingga aku gak berani minta lebih dari itu”.
R: “Tapi aku gak bisa”.
Gue: “kenapa? Karena J? karena Pacar kamu?”
R: “yah, karena mereka”.
Gue: “tapi ini bukan perselingkuhan. Kita gak punya hubungan apa-apa”.
R: “KAMU EGOIS”.

Deggg…….dua kata itu pendek tapi dalem. Gue bagai digampar Mike Tyson, ditonjok Hollyfield dan dicakar-cakar Olga Syahputera (loh?).
Seketika Gue kehabisan akal untuk meyakinkan dia, pendiriannya terlalu kuat. Peryataan-pernyataan yang gue lontarkan, gue rasa pun lebih mengarah pada jalur “pemaksaan” ketimbang penjelasan betapa gue sayang sama dia.
Alhasil chatting yang sempat tertunda sesaat karena gue harus back to work, ketemu tukang jahit gue lagi untuk bikin deal, and than get my lunch secara saat itu udah jam setengah 4 lewat dan gue belum makan apa-apa sejak pagi. Chatting berlanjut lagi setelahnya dan berakhir di pukul 11 malam.

Banyak hal yang membuat gue ngelamun sambil jalan dari T.Net sampai tiba dikamar gue yang lebih mirip kandang babi karena gak pernah gue bersihkan sejak gue tinggal mudik hampir dua bulan lalu. Baju-baju gue, DVD-DVD gue ampe kancut gue bertebaran dilantai yang penuh debu.
Perkataan-perkataan R yang cukup tajam membuat gue benar-benar terpojok, dan aksi ngelamun gue terus berlanjut sampai gue jongkok dengan posisi yang nggak nyaman sama sekali di atas toilet gue yang berkerak.
Gue limbung, binggung, putus asa, perut pusing, pala melilit, muntah kuning, mencret (kayaknya gue benar-benar LEBAY)

Jam 12 teng selepas menghabiskan 15 menit di dalam toilet gue yang mulai lumutan karena gak pernah disikat, dan ditemani lagu i want dance nya michale buble, gue mulai mengumpulkan DVD-DVD, baju-baju, underwear yang bertebaran dilantai. Menggeser lemari gue ke pojok kamar, menggeser tempat tidur gue, nyapu, ngepel lantai kamar gue yang udah berdebu banget, menyortir buku-buku dan kertas-kertas naskah pementasan gue beberapa tahun lalu, hingga menghasilkan 3 plastik besar sampah tak berguna. Oh god gue bahkan gak sadar selama hampir dua tahun di apartemen ini gue hidup bersama sampah.

Kamar yang tadinya bau kotoran babi sudah menebarkan aroma cairan Lavender, lebih manusiawi lah intinya. So, inilah alasan kenapa gue mandi jam 3, 56 pagi. Cinta tak bersegi bisa membuat orang aneh semakin aneh, hingga beres-beres kamar jam 12 malem. Fucking shit!!!!!!!

Senin, 25 Agustus 2008

Awas!!!! Syndrom "Gampang Jatuh Cinta" membuat GILA.

Belakangan ini muncul satu syndrome baru yang mengacak-acak kehidupan gue yang sebenarnya sudah acak kadut. Syndrome aneh yang bikin pala botak gue makin mumet dan semakin gak bisa diajak berfikir logis dan realistis lagi.

Jadi, sejak kasus gue jatuh cinta dengan “Makhluk aneh nomor 1” asal Surabaya, yang berbuah cinta jarak jauh yang gue jabanin, dari pertemuan tidak disengaja ketika chatting di warnet favorite gue. Cinta ajaib yang buat rekening gue kembang kempes karena isi pulsa via M-Banking yang tidak terkendali, cinta ajaib yang berhasil buat gue nangis bombay bak adegan-adegan di film-film india, cinta ajaib yang sudah menghancurleburkan perasaan gue, cinta ajaib yang membuat gue sedih tak berujung, cinta ajaib yang memaksa gue mencari jejak langkahnya dari Surabaya hingga Jombang (jangan-jangan neh makhluk aneh ikut dimutilasi Ryan!), cinta aneh yang membuat gue mengirim setumpuk e-mail dan segepok komentar tak berkesudahan di friendsternya, cinta aneh yang membuat hati gue remuk redam bak kambing kebakaran jenggot mana kala mendapati komentar berikut di salah satu profil sohib di friendsternya:

Makhluk Aneh nomor 1: “Kak Nino, kangen banget neh”

Cinta aneh yang membuat gue benar-benar kelihatan tolol dan bego karena gak tahu lagi cara apa yang harus gue lakukan untuk mendapatkan penjelasan, cinta aneh yang akhirnya berujung dengan kesia-siaan karena gue ditinggalin gitu aja tanpa penjelasan dan kejelasan status dan gue bener-bener hampir sinting dibuatnya. Cinta longdistance yang kita jabanin selama kurang lebih satu bulan terlalu banyak meninggalkan kenangan indah yang gak bisa begitu aja lenyap dari isi kepala gue. Termasuk lagu I love you beybe nya The Cangcuters yang bisa membuat gue mendadak ke hypermart untuk beli obat hypertensi, kepala cenut-cenut, perut melilit genit, air mata beranak pinak, manakala tidak sengaja kuping ini mendengar lagu itu. Cinta aneh yang membuat gue mempermalukan diri sendiri, seperti kata-kata Jhony Iskandar dalam lagunya:

Aku bukan pengemis cintaaaaaaaaaa……aaaaaaaaaaa
Yang harus selalu mengalah…..
Bila diputuskan cintaaaa…..aaa….
Dari sang kekasih……..


Kemudian kisah cinta gue yang paling NGGAK!!! banget dengan “Makhluk Aneh nomor 2” asal Malang yang hanya sanggup bertahan 42 jam 04 menit. Cerita cinta yang berhasil membuat gue ngewek mewek najis di warnet, dan semua itu terjadi karena perkara tiga kata “JARAK RIBUAN MIL”

Dua kisah itulah yang membuat syndrome ini berkembang biak dengan suburnya disetiap bilik-bilik cinta dihati gue. Syndrome ini gue beri nama: “Syndrome gampang jatuh cinta”
Bagaimana gak hampir gila, tadinya gue pikir setelah hancur lebur dalam waktu yang nyaris bersamaan, gue gak akan lagi jatuh cinta sembarangan. Tapi nyatanya pertemuan gue dengan “Makhluk Ajaib nomor 3” di Ratu Plaza saat gue rehat sejenak dari kejenuhan atas underpreasure event pamerannya DepDikNas yang gue garap beberapa hari lalu (tepatnya 20 Agustus 2008) membawa gue lagi-lagi terperangkap dalam aroma cinta pada pandangan pertama.
Kala itu kata-kata Elvis Preasley-Nya Indonesia *A.Rafiq* langsung tergiang-ngiang di kuping gue dengan syahdu.

Pandangan pertama awal aku berjumpa…..
Pandangan pertama awal aku berjumpa…..
Seolah-olah hanya impian yang berlalu…
Sungguh tak kusangka dan rasa tak percaya…


Makan malam dihari pertama dan diakhiri dengan rencana nonton Wall-E di Senayan City yang berakhir gatot karena kita telat 45 menit. Pertemuan singkat di Coffe Bean senayan city dihari kedua dan berujung acara makan malam dengan menu soto ceker di Gandaria. Kegiatan di hari ketiga yang sama persisi di hari kedua, membuat gue semakin terlena dan menaruh harapan lebih pada Makhluk aneh nomor 3 ini. Tapi nyatanya dia orang yang berbeda, entah dia sengaja menjalankan scene demi scene scenario percintaannya, memasang perangkap cinta dalam wajah ujian pendekatan agar tidak terkesan sebagai “Makhluk gampangan” yang mudah terbuai rayuan gombal murahan dari curut got kaya gue atau mungkin dia memang tidak ada perasaan apapun ke gue. Halah…gue makin mumet! Yang jelas ini semacam teka-teki silang yang mungkin harus gue mainkan bukan dalam waktu itungan detik seperti yang sudah-sudah. Statementnya yang to the point:

Makhluk aneh nomor 3: “Saya lebih suka semuanya mengalir natural.”
Gue: “……….”

Membuat gue sedikit menurunkan kadar harapan yang sudah terlanjur membumbung tinggi. Gue paksakan untuk gak sms dan telpon dia, nyatanya hanya sepersekian detik warning itu tergiang-ngiang diotak gue yang hanya sebesar otak ikan lele ini. Karena berikutnya sms berbumbu asmara dengan menggunakan bahasa kerinduan yang mendalam gue pastikan sudah berdesak-desakkan di inbox handphonenya.

Sedetik…….dua detik……tiga detik…..
Semenit……dua menit…..tiga menit…….
Sejam…..dua jam…….tiga jam…….
Hingga 2 x 24 jam…..


Gak ada reaksi apa-apa. Tetap dingin, membuat penasaran hati gue yang mulai kembang kempis.
Warning “Siap-siap kecewa, patah hati dan nangis Bombay” sudah menari-nari di kepala gue. Kalau kebo aja gak mau jatuh dalam lubang yang sama karena gak mau dibilang kebo tolol. Entah julukan apa yang pantas buat gue yang lebih tolol dari kebo dan suka MAIN HATI?