Selasa, 29 Mei 2012

TRILOGY 1/2 Backpacker Part 1 : Menggembel di Airport

Dari benda pemantul bayangan yang terpatri kokoh di tembok kantor ini, gw bisa melihat dengan jelas wajah gue yang semakin kusut masai. Sambil membenahi posisi dress panjang di tubuh sintal client yang sedang gw fitting siang ini, sesekali pandangan gw beralih ke sana, mencari sedikit bias kebahagiaan. Rasa lelah yang teramat sangat karena tersunatnya waktu istirahat dengan memasang biji-biji payet 12 jam nonstop malam tadi demi bisa menyelesaikan semua pekerjaan gw hari ini, mungkin akan segera terbayar dengan rencana Backpacker-an yang sore ini akan gw jamahi juga. Pukul 4 sore, taxi putih yang gw tumpangi, susah payah mengurai kemacetan Jakarta demi bisa membawa gw selamat hingga ke Stasiun Gambir. Rasa was-was yang sesekali menghinggapi perasaan gw karena ketakutan tak mendapatkan tiket kereta yang akan mengangkut gw hingga merapat di stasiun Solo Balapan terbutki benar saat wajah kacau gw berdiri depan loket dengan ekspresi memelas manakala perempuan penjaga loket menyampaikan informasi itu dengan muka datar. Rasa was-was yang sejak tadi bergelayut dibenak gw seketika berganti rasa cemas tiada tara. Asap rokok yang terus mengebul dari mulut gw yang seketika menjelma bak lokomotif kereta, saling berpacu dengan adrenalin gw mencari cara agar bisa segera berangkat ke Solo hari ini juga. Calo tiket yang biasanyanya bisa menjelma layaknya superhero disaat-saat genting, rupanya senja itu tak dapat diandalkan. Maka pilihan terakhir adalah segera meluncur menuju Airport yang berkilo-kilo meter jaraknya dari Gambir. Nyaris 3 jam gw harus berkutat dengan macet parah yang membuat akses menuju Pintu Indonesia itu nyaris lumpuh total serta rasa geregetan pasca gagal mendapatkan selembar tiket kereta menuju kota asal Didi Kempot itu. DANNNNNNNNNNNNN........lagi-lagi gw gagal mendapatkan selembar tiket penerbangan pun malam ini. Bahkan rasa takut yang harus gw lawan karena pemberitaan kecelakaan joy fligth pesawat Sukoi yang terus menerus diberitakan setiap saat disemua statiun TV tak berguna pun malam ini. Betis gw yang rasanya sudah berkonde karena pegal hilir mudik meyambangi setiap loket airlines berkombinasi apik dengan rasa lapar yang teramat sangat membuat gw semakin lunglai. Rindu pada kekasih yang sudah terlanjur membuncah dan tumpah ruah dari dasar hati terpaksa pula harus ditangguhkan hingga esok hari. Selembar tiket penerbangan paling pertama subuh esok sudah gw gengam dan gw dekap bersama malam yang terus bergulir menyelimuti Bandara Soekarno Hatta. Yah kali ini gw kembali terinfeksi penyakit gila No 64: MENGGEMBEL DI AIRPORT.
Baju yang harus selesai dalam 12 jam
Tidur di Airport
Menunggu boarding dengan muka ngantuk dan belom mandi

Senin, 21 Mei 2012

Galau di Toilet

Posisi gw mulai gak tenang, jaket cordorai cokelat muda yang gw padankan dengan kemeja cokelat tua bermotif garis dan jeans cokelat kopi serta boots mulai membuat gw gerah sendiri. Dihadapan gw, sepotong steak dengan harga setengah juta rupiah ditambah sekerat rainbow cake hasil karya seorang chef yang katanya jebolan sebuah program masak-masak di tivi belom lagi gw tandaskan kedalam perut gw dan membuat gw sedikit enggan beranjak dari kursi kayu mahoni yang gw duduki siang ini. Tapi semakin lama, semakin gw tahan, semakin tak nyaman posisi duduk gw, seperti ada bisul di pantat yang mau pecah, duhhhhh dilema. Kenapa saat-saat seperti ini datang tidak pada moment yang tepat. keringat sebesar biji jagung mulai keluar dari pori-pori kulit jidat gw yang menandakan gw harus segera bangkit dari duduk gw, atau sesuatu yang tidak menggenakkan akan terjadi di cafe yang sedang happening ini. Tergesa gw beranjak dari meja gw, menuju pojok lain cafe minimalis ini. sebuah ruangan yang juga minimalis dengan cermin yang tertempel hampir disemua bagian dindingnya sehingga memberikan efek bangunan yang luas. beruntunglah hanya gw seorang diri dalam ruangan yang tak sebera besar ini, jika tidak entah kemana akan gw taruh muka gw ini ketika dengan sekonyong-konyongnya gw berlari ke arah kaca besar yang gw sangka masih lorong yang akan membawa gw ke sudut paling pojok. Gw terhantuk kaca kawan, dan meninggalkan suara "BUKKKKK" yang cukup keras. Seorang diri.... Yah....gw seorang diri duduk disana, nyaris beberapa lama mengeluarkan dan membuang semua yang harus dibuang dan membuat gw galau mampus beberapa menit lalu. Jemari gw mulai meraba-raba sesuatu, mencari-cari tuasnya. astagahhhh kemana dia? biasanya dia ada di sisi sebelah kanan, tapi ini kenapa gak ada? tangan kiri gw pun secara reflek ikut mencari di sisi kiri, tapi gw benar-benar tak menemukannya! Kali ini gw bukan lagi galau melainkan panik! Anjrittttttt, kemana keran toiletnya astagahhhhh moso gw gak cebok sih, arggggggghhhhhhhh Arsitek guoblok mana sih yang bangun cafe ini? loe kata disini Eropa, Amerika apah? bikin toilet gak ada keran airnya. moso gw harus cebok pakai tisu

Senin, 07 Mei 2012

Kamu buang aku

Baru saja ku hempaskan pantatku ke kursi Bar ketika dua baris kalimat aku terima dilayar ponselku. "We never meet again"..... "This is my life" Dua baris kalimat yang membuatku nelangsa seketika, seperti ada sebongkah gunung es yang dilemparkan tepat di jantungku, kemudian membekukan seluruh syaraf di tubuhku. Tak ada puting beliung tak ada petir tapi tubuhku bergetar Nelangsa! Kamu tau?! Segelas teh yang masih mengebulkan asap panas dari cangkir merah yang terhidang dihadapanku, aku teguk bulat-bulat, tak terasa panas melainkan dingin. Kemudian... Satu satu moment yang membuatku terlena lalu lalang dipelupuk mataku. ketika satu baris kalimat "Cintaku takkan berkurang dari hari kehari" terucap dari bibirmu, ketika kulingkarkan lenganku kepundakmu bersama lagu-lagu cinta Kahitna, ketika jemari kita saling genggam dengan erat, ketika tiba-tiba bibirmu mendarat mulus dibibirku, ketika kamu sandarkan kepalamu di pundakku kemudian kita tertidur bersama laju bus yang membelah jalan Ibu Kota, ketika kita berlari dan menghentikan langkah diantara gerobak-gerobak sampah yang terparkir di sisi jalan, ketika aku dan kamu saling berpelukan dengan damai, ketika kita melahap sepotong ayam bakar, ketika kita bercerita tentang banyak hal, ketika kamu membiarkan aku menyuapkan sepotong bebek panggang ke mulutmu, ketika kamu memutarkan lagu "pencuri Hati", ketika lagu Sisa Cinta kamu perdengarkan padaku, ketika kamu membuatku menangis dan aku tetap bertahan dengan keyakinanku. Dan hari ini...... Hari ini, kamu buang aku seperti sampah, setelah kamu membuatku melayang menembus langit ketujuh.