Kamis, 29 Januari 2009

Nonggol bentar di Tipi.

Senin, 26 Januari 2009.
intip juga yang ini www.lemari-baju.blogspot.com

Kotak-kotak bungkus rokok Djarum Black masih berserakkan dilantai, abunya juga masih berceceran tertiup dari piring yang berubah fungsi menjadi asbak, sedangkan gue sedang tidur-tidur ayam di sofa empuk warna cokelat tua di rumah seorang sahabat gue. iler yang mengalir dengan syahdunya membasahi dan membentuk pulau abstrak di bantal kursi yang tentu saja bukan terbuat dari bulu angsa, melainkan bantal berisi busa yang gak empuk sama sekali. Tiba-tiba handphone butut gue berdering dengan najisnya, menyadarkan gue dari mimpi jorok gue.

Dari nomor tak gue kenal, tapi untuk menghargai orang yang telah dengan tidak tahu diri membangunkan gue dari tidur gue yang setengah sadar, gue jawab pula panggilan itu dengan gak nafsu sama sekali dan sesekali menggerutu sambil teriak-teriak. Persaingan industri telekomunikasi di Republik ini ternyata berdampak sinyal yang timbul tenggelam karena harga yang terlampau murah, dan mengorbankan kwalitas. walah jadi merancau...oke, back 2 topik!!! dan penelpon misterius itu ternyata Neni K****L, temen seperjuangan gue ketika dulu kita masih menjadi Bencong Casting.

neni: Masih sering nge MC ama presenter gak?
gue : Kalau Nge MC nya sekali-kali masih. tapi kalau presenternya dah nggak (alasannya cuma satu, gue gak punya muka bule dan gak ganteng sama sekali, jadi gak ada yang mau make gue sebagai presenter di TV).
neni: Besok ada casting di SCTV. ikutan yah. awas kalau nggak, gue mutilasi loe. KLIK!!!! pembicaraan terputus dengan sadisnya.
gue: ....????


Selasa, 27 Januari 2009, pukul 15.00 WIB.


Lantai 21 SCTV tower dinginnya nampol abis sore ini, membuat gue gemeteran najis. sementara sang sutradara tengah asyik mahsyuk nge-Bref kita semua yang bakal ikutan casting sore ini. nggak pake acara acting nangis dan teriak-teriak ala sinetron kacangan rupanya casting kali ini. dan setelah berhasil mendaparkan referensi karakter yang harus kita perankan, it's time 4 me...

Casting 1st session.

gue: "Dulu Negara kita pernah menjadi MACAN ASIA, dimana kebutuhan beras terpenuhi, kehidupan petani makmur sentosa. Negara ini pernah Gemah Ripah LOH Jinawi. Tapi itu dulu, dulu sekali. Dan sekarang Negara ini butuh sosok pemimpin yang bisa mengembalikan kejayaan Bangsa ini di masa lalu, hingga kebutuhan akan pangan bisa terpenuhi, petani bisa kembali hidup makmur, anak-anak usia sekolah bisa kembali kebangku sekolah dan mendapatkan pendidikan dengan layak. Saya Faizz dari partai GILINGAN PADI.

Casting 2nd session.

gue: Kembali dalam debat kandidat, bersama saya faizz. saat ini dunia tengah tercenggang oleh satu peristiwa terdasyat, peristiwa kemanusiaan yang terjadi di Palestina. dimana ribuan orang telah menjadi korban, tak terhitung lagi kerugian materil dan imateril yang diakibatkan oleh penyerangan biadab oleh tentara israel. Dan saat ini saya telah bersama dua tokoh besar di negeri ini, yang akan berbincang mengenai situasi ini dan peran serta kita warga Indonesia untuk bencana kemanusiaan di palestina.......

CUT!!!!!

Sudah hampir jam 9 malam ketika hp butut gue kembali berdering najis, memecah kedahsyatan suara gegap gempita musik house ala triping jaman megantropus erectus di warnet butut ini.

Neni: Hari kamis loe shooting yah di SCTV. tar jam, wardrobe dan lokasinya gue sms in. KLIK!!!!
gue: walah........*takjub bercampur haru, terimakasih buat kedua orang tua gue atas suportnya selama ini, terimakasih buat pacar-pacar yang sudah mencapakkan gue, terimakasih buat ibu kos gue yang bahenol dan ngebolehin gue telat terus bayar kos, terimakasih buat pemilik warteg di jakarta selatan yang bolehin gue ngutang* -T.A.K.J.U.B-

Kamis, 29 Januari 2009

shooting cuy, bentar lagi masuk tipi, caelahhh...!!!!!! studio yang top marco top, crew yang ramah dan jutek, tukang make up yang bahenol, figuran-figuran latah yang joroknya masya alloh, membuat suasana shooting yang dimulai jam 10 pagi dan baru kelar menjelang magrib, membuat semuanya jadi fun dan menyenangkan.

Jum'at. 30 Januari 2009

pagi-pagi buta, hape gue berdering najis lagi. kali ini hanya sms rupanya.

rena ( di Bontang, Kalimantan Timur) : gue nonton SCTV tadi pagi, kok ada loe di iklan promonya SCTV????? tapi good..good!!!!

sisiel (di Jakarta Selatan) : gue lihat iklan promo sctv tadi pagi, ada loe. najis loe ah!!!!! any way tajir dong loe. traktir dong.

WADUH!!!!!!!!!!!!!! honornya dah buat bayar utang tahu!!!!!!

fyi:
Iklannya tayang sebelum atau sesudah liputan 6 pagi, siang, petang, ama malam. lihat yah. dan siap-siap nangis darah, muntah kuning, dan diare selama sebulan menyesali tampang bloon gue yang nonggol disana. wakakakakakakakakaka

Rabu, 21 Januari 2009

Sunshine


Gue melihat photo wajahnya disebuah situs pertemanan. Saat itu tak ada rincian mengenai dirinya di situs pertemanan itu, hanya beberapa gambar dirinya dengan berbagai pose yang menyejukkan mata, yang pada akhirnya berbuah pujian kecil ketika chatting dengannya.

Gue : You are looking good.
Dia : Ah, kamu bisa aja.

Perbincangan yang teramat singkat memang, tak ada kesan sama sekali. Dan waktu terus bergulir, datangnya gak pernah terlalu cepat walau sedetikpun, dan ketika pergi pun tak pernah terlambat walau hitungan kedipan mata, matahari terbit dari timur dan hilang meninggalkan semburat lembayungnya di garis barat tak bertepi. pergantian masa yang constant. Seperti itupula nama itu terlupakan seiring waktu yang tak pernah bosan bergulir. Bukan karena tak punya arti kehadirannya, hingga tergerus oleh waktu. Namun perkenalan pertama tidak menimbulkan kesan apa-apa untuk mengingatnya.

Namun siapa boleh menolak, gue pun tak kuasa menampik hadirnya kembali. Dan kehadirannya pada moment yang tepat, ketika gue terjungkal entah kali keberapa, saat ketika luka hati gue menganga lebar. Dia hadir dengan segala keramahan, kebijakan petuah, full supporting. Kehadirannya sehangat sinar keperakkan matahari dipagi hari. SunShine, gue memanggilnya begitu.

Kehangatannya terus menyelubungi gue, pandangannya tentang beberapa hal memaksa gue berfikir realistis. Sunshine, tempat gue mengeluh. Tentang pekerjaan gue, tentang masalah remeh temeh. Dan gue tahu dia bosan, bosan dengan setiap celoteh gue yang tidak berkesudahan, tapi dia tetap ngedengerin gue, sesekali berkomentar dan sedikit berdebat. Dia serta merta menjadi tempat gue membagi banyak hal, walau terkadang dia tetap mencoba menjadi orang yang tidak mudah ditebak, menjadikan dirinya semacam labirin, but it dosen’t matter.

Kemudian gue pun mencoba menjadi pendengar yang baik. Gue ingin mendengar banyak cerita, banyak kisah dari diri dia yang masih tersembunyi di setiap blok labirin yang dia ciptakan. Ada semacam kemenangan tersediri ketika bisa membuat dia bercerita satu judul kehidupannya disetiap episode perbincangan kami. Bayangan semu sosoknya mulai tergambar di imagie gue dan perlahan tapi pasti molekul-molekul itu terbentuk menjadi partikel-partikel cinta dalam kerak hati gue. Sekuat tenaga gue paksa hati gue untuk tidak jatuh cinta, berkali-kali gue beri warning diri gue tentang siapa dia siapa gue, terlalu banyak hal yang membuat gue tidak mungkin bisa membuat dirinya bersama gue. Pada masa tertentu gue bagai pungguk rindukan bulan. Bagaikan udang diatas bakwan, namun apa daya, urusan cinta sama dengan urusan hati dan perasaan. Pertahanan gue pun tumbang, ambrol serata tanah.

Gue jatuh cinta pada orang yang wujud aslinya pun belum lagi gue lihat, yang hangat genggam tangannya belum lagi gue rasa, yang tatap matanya belum lagi gue telusuri, yang hangat peluknya belum lagi gue rasakan. Sekuat tenaga gue coba untuk bertahan, karena gue tahu ini juga akan berakhir dengan tragis. Tapi gue tetap jatuh cinta pada seseorang yang sesungguhnya semu.

Gue mencoba mencari posisi gue, posisi yang bisa membuat gue nyaman dan posisi yang membuat dia nyaman. Tema-tema seputar cinta, perasaan, dan sex bukan prioritas utama walau terkadang gue kerap kali nakal menyerempetnya ketika kami berbincang-bincang.

Hingga pada satu waktu……

Sunshine: aku bt, kenapa sih orang-orang dekat sama aku karena fisik aku (bukannya sombong loh!)
Gue: termasuk aku?
Sunshine: iya.
Gue: picik banget kalau kamu nilai aku seperti itu, jangan kamu pukul rata semua orang yang coba deket sama kamu karena hanya faktor fisik kamu.
Sunshine: tapi memang iya kan?
Gue:….???

Sejenak gue diam dalam bisu, menelusuri kata hati gue, mencoba menelisik kembali apakah gue coba mendekati dia karena fisiknya yang nyaris sempurna? Entahlah, gue aja bahkan belum pernah melihat sosok nyatanya, bagaimana gue bisa menyimpulkan gue deket dengan dia karena factor fisiknya. Bisa saja photo itu gambar orang lain yang dia pasang disitus pertemanan itu, sebagai bentuk campuflasenya karena dia jatuh pe-de dengan kondisi diri dia yang sebenarnya. Bisa saja!!! Namun gue tampik spekulasi itu jauh-jauh dari pikiran gue.

Sunshine: kok diem?
Gue: aku gak akan buat penyangkalan apa-apa, karena percuma. Aku mau berkoar-koar sambil jungkir balik pun, penilaian kamu ke aku tetap sama kan? Tetap, aku deket ke kamu karena fisik kamu. Dan bukan salah kami sepenuhnya juga kalau terus akhirnya kamu buat kesimpulan seperti itu, karena hal pertama yang dilihat orang memang performa kamu, bukan hati kamu, karena hati kamu gak nemplok dimuka kamu.

Silahkan buat kesimpulan sendiri, karena aku yakin kamu punya hati yang luas, untuk ngebedain siapa yang deket sama kamu karena tampang kamu, dan siapa yang deket sama kamu karena benar-benar tulus ingin deket sama kamu. Karena percuma punya fisik yang sempurna kalau kamu nggak punya hati.

Setelah per-Chattingan yang menguras emosi jiwa itu, gue bagai menemukan satu sisi gelap dalam diri Sunshine yang Selama ini tidak terpikirkan oleh gue. Arghhhhhhhhhhhhhh…….jadi pengen ngelamun jorok kalau kayak gini!!!!


Rasa rasanya aku telah keliru
memilih kamu sebagai kekasihku
cintamu palsu sayangmu semu
bermain dan permainkan aku

*seperti ular seperti ular
yang sangat berbisa, sangat berbisa
suka memangsa, suka memangsa
diriku tergigit cinta

reff
aku tertipu
aku terjebak muslihatmu
aku tertipu
aku terjebak muslihatmu

bisa bisa nya aku terkena
bisa bisa aku terlena
rupa-rupa nya kau berbahaya
rupa rupanya kau sama

back 2 *

(Ular berbisa, by hello band)

Labirin yang diciptakan Sunshine semakin rumit, semakin ruwet, semakin tak terjangkau olehku, semakin tak terpecahkaan olehku. Sosoknya yang semu semakin semu saja kini, bahkan nyaris hanya sebentuk fatamorgana. Asaku pupus sudah, menguap bersama dirinya yang membentuk fatamorgana lembayungnya dibatas cakrawala, disebuah tempat antah berantah yang tak mungkin gue jangkau. Pada akhirnya gue pun kembali terjungkal. Gue mengidap penyakit aneh nomor 100 kali ini, Pecundang Cinta. asap rokok Djarum Black slimz memenuhi rongga paru2 gue bersama rasa sesak akibat luka cinta. kuhembuskan pelan sisa asapnya ditemani lagu dewa yang menjadi soundtrack gue hari ini.


Aku tak mengerti, apa yang kurasa
rindu yang tak pernah begitu hebatnya
aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
meski kau takkan pernah tau

aku persembahkan hidupku untukmu
telah ku relakan, hatiku padamu
namun kau masih bisu, diam seribu bahasa
dan hati kecilku bicara

Reff :
baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan
kau buat remuk sluruh hatiku

semoga aku akan memahami sisi hatimu yang beku
semoga akan datang keajaiban hingga kaupun mau

aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
meski kau takkan pernah tau

(Pupus, by dewa 19)



Rabu, 14 Januari 2009

Radang tenggorokan = Meriang disco!!!!!

Arghhhhhhhhhhhh..........cuaca yang gak jelas belakangan ini benar-benar buat gue emosi jiwa. bentar-bentar panas, sedetik kemudian ujan deres, gak lama kemudian panas lagi. Dan ini berakibat sama kondisi badan gue yang tidak bersahabat minggu ini, ditambah dengan pola makan yang emang sejak jaman jahiliyah gak pernah bener, makan dimana ajah, termasuk warung remang-remang (mau makan atau mau ngapain neh? dasar mesum!!!), pola tidur yang gak jelas (mirip kalong) secara gue insomnia akut, plus aksi gila gue untuk mencari si pemilik tatapan maha dahsyat itu di Plaza semanggi yang membuat gue jadi pengen banget ngisep tembakau lagi, entah berapa batang Djarum Black Slimz yang hangus meninggalkan puntungnya yang tergolek tak berdaya di dasar asbak olehku malam minggu kemarin dan alhasil sudah dari hari minggu malam gue terserang RADANG TENGGOROKAN, yang berimbas pada suhu badan gue yang mendadak naik menjadi 38.5 derajat celcius. suhu badan boleh ajah kaya suhu oven, tapi gue berasa kedinginan banget (baca= Meriang disco).

Ini pula yang ngebuat gue jadi mendekam tak bergairah sejak selasa di kamar gue yang kotornya dah ngalahin kandang kuda. Semua kerjaan berantakkan, jadwal ketemuan sama client semua tertunda yang berakibat gue terancam jatuh semakin miskin bulan ini.

Dan kalau lagi nggak enak body begini, mood gue jelek banget, feel lonely. seperti semalem, meriang disco gue kumat lagi, cardigan dilapisin sweeter rajut plus pakai sarung 3 lapis di tambah sehelai seprai, gak juga bisa meredam kedinginan gue. suhu badan gue hampir 39 derajat celcius, tapi gue berasa kedinginan, dingin sedingin dinginnya, berasa di cemplungin dalam lautan es sejuta kubik, tapi gue keringetan, belum lagi perut gue perih banget. maag gue ikut-ikutan kumat. dan malam itu sudah pukul 01.00 dini hari. artinya temen-temen apartement gue dah terbuai di alam mimpi masing-masing, saling berlomba membuat pulau baru diatas bantal empuk bulu angsa dengan tetesan air liur mereka (baca=Ngiler). Salah gue adalah nggak pernah punya stock obat di kamar gue, penyakit nomor 10 neh, gak nyadar diri kalau penyakitan.

Gue menyempatkan diri sms ke temen gue yang kalong juga, kali ajah belum tidur jam segini,
gue: dok, dah tidur belum? gue demam lagi nih, boleh tolong cariin paracetamol ke apotik?

U know what, sampai pagi pun, sms gue gak dibales. sedih banget rasanya. Disaat-saat seperti ini, gue jadi mikir enak banget kalau di rumah, ada nyokap yang bisa ngurusin, ada nyokap yang perhatiin, ada nyokap yang akan terus maksa untuk minum obat dan ke dokter. tanpa sadar gue nangis, bulir-bulir airmata gue berdesakkan di sudut mata gue, dan akhirnya jatuh, mengalir dan bermuara dibantal gue yang bau apek. Sepanjang malan gue cuma Istigfar sama allah, karena cuma Dia yang bisa temenin gue malam ini, ikut ngerasain kedinginan gue, dan ngasih gue kehangatan. cuma Dia satu-satunya yang gak pernah ninggalin gue, walau gue sering banget ninggalin Dia, cuma Dia teman yang berteman sama gue bukan karena apa yang gue punya, karena Dia jauh lebih memiliki. gue gak tahu pasti jam berapa gue benar-benar terlelap malam tadi.

FYI: postingan gue tentang pencariian gue dengan si pemilik mata itu akan gue lanjutkan setelah gue fit lagi.

Minggu, 11 Januari 2009

Apakah sebuah kebetulan?

Hari ini syndrome malas gue kumat. malas pergi kemana-mana, malas ngapa-ngapain, malas bicara sama orang, malas telpon, malas sms an, malas gosok gigi, malas cuci muka, malas ganti kolor, dan tidak lupa malas mandi.
seharian, gue cuma guling-guling gak jelas di kamar gue yang bau apek, lusuh dan berantakkan. semua kemalasan ini akibat tak satupun janji ketemu sama temen-temen gue yang terlaksana, dan itu mempengaruhi mood gue hingga malam.

Jam 19 lebih dikit, setelah nonton termehek-mehek di Trans Tv, gue ambil hape gue yang berdering najis, temen gue sms:
temen gue: jangan bilang loe lagi di Plaza Semanggi.
gue: nggak, gue di kamar dan gak niat kemana-mana.

Setelah itu gue ke kamar mandi, mandi seadanya sambil nyanyi-nyanyi gak jelas

Perasaan ini apa namanya
ku takut untuk menyebut apa namanya
bukan karena ku takut salah

tetapi ku takut benar apa yang kurasa
pedih yang menghujam di sanubariku

hancurkan keyakinan yang menjadi kekuatanku
aku jatuh lagi

sekali lagi jatuh
untuk sekian kali namun kali ini ku galau…

Galau, By Titi DJ

Gak kurang dari lima menit, gue sudah berubah costume. Jeans hitam, kaos hitam, jaket cokelat Esprit pemberian temen gue, underwear abu-abu, gelang bambu cokelat kehitaman, jam tangan puma hitam, kaos kaki dua warna (hitam dan putih) sepatu kets ijo favorite gue. semua onderdil yang sama yang gue pakai dihari selasa, dihari gue pertama kali menatap mata itu.

Nyaris tanpa macet malam ini, dan beberapa puluh menit kemudian gue sudah melaju bersama Busway setelah sebelumnya nangkring di metromini 611.
gue terus mengikuti arah kaki gue melangkah tanpa memikirkan apa-apa. blank....

Dan......
tepat 20.30 gue sudah berada di sky dinning, 10th floor, The Plaza semanggi.
seperti biasa, tempat ini gak pernah sepi, semua tempat duduk nyaris penuh, penuh dengan pasangan-pasangan yang entah sedang ddimabok duren atau sedang di mabok cinta. Tapi gue beruntung menemukan meja nomor 23 kosong melompong, meja ini adalah meja yang ditempati si pemilik mata itu ketika kali pertama bertatapan najis di selasa sore itu.

Sebatang rokok Djarum Black Slimz gue sulut, asapnya segera memenuhi rongga paru-paru gue, aktivitas gila yang sudah gue tinggalkan sejak hampir delapan bulan lalu, tapi malam ini, entahlah gue ingin sekali meyulutnya, menghisapnya hingga asapnya memenuhi rongga paru-paru gue, kemudian menghembuskan asapnya pelan.

Tak sengaja kutangkap sosok itu, sosok lelaki gendut plontos yang duduk tidak jauh di depan gue, tepatnya disebelah meja yang gue tempati di selasa sore itu. lelaki itu begitu lekat diingatan gue, dan dia adalah salah seorang diantara rombongan si Makhluk manis itu. kemudian dua orang berikutnya yang juga gue kenali dan gue yakin makhluk manis itu juga ada disana. gue sedikit membetulkan posisi, nyaris setengah berdiri, dan gue mendapati pemilik tatapan nakal itu, tepat duduk membelakangi gue.

Reflek gue memanggil waitress yang berdiri tidak jauh dari tempat duduk gue.
gue: mbak, order.

Konsentrasi gue bubar jalan, tangan gue gemetar, perasaaan gue kacau. tak perduli menu apa yang gue pesan, sambil sesekali melirik ke araah rombongan itu, takut kalau-kalau mereka beranjak pergi.
gue: mbak minta satu kertas lagi dong.

kemudian serentetan kalimat aneh gue tulis disana, tanpa berfikir, hanya mengikuti kata hati gue.

"SUDAH 4 HARI BERTURUT-TURUT SAYA MENUNGGU KAMU DI TEMPAT INI"

gue: mbak tolong kasih kertas ini ke orang yang berbaju coklat itu. tapi jangan bilang dari saya dan jangan tunjukkan saya duduk dimana.
mbak waitress: tar kalau dia tanya?
gue: bilang dari seseorang.

Gue nggak tahu darimana keberanian itu, melakukan aksi gila yang bisa saja memancing kericuhan di tempat ini, but i don't care!. Gue hisap rokok gue dalam-dalam, dalam sekali, menghebuskannya cepat. kemudian mengalihkan pandangan gue ke sudut lain.

Reaksinya seperti yang gue harapkan, si makhluk manis pemilik mata itu berputar mencari gue, tapi gue gak peduli. Gue gak mau tindakan gue memancing reaksi berlebihan. Terlebih si kepala plontos itu tiba-tiba berdiri dan ikut bereaksi. gue terus menunggu reaksi apalagi selanjutnya.
satu-satu spekulasi bermunculan dan berputar-putar dikepala gue bersama pening yang diakibatkan zat nikotin berlebihan yang mulai bereaksi di dalam tubuh gue. sedetik sempat gue berfikir laki-laki gendut plontos itu pacar si makhluk manis itu, terlihat dari wajahnya yang schok. sempat gue lihat dia mentap penuh tanya ke arah gue, but i don't care. Gue masih sibuk mengatur perasaan gue yang berlebihan. Gue menunggu laki-laki plontos itu menghampiri gue lalu melayangkan satu bogem mentah ke wajah gue tanpa ba-bi-bu karena pacarnya gue godaiin. Tapi setelah sekian detik menunggu, si plontos gendut itu tak juga menghampiri gue.
Pandangan gue nanar, sedikit berputar, lantai tempat gue berpijak gue rasakan sedikit bergetar, bergetar seperti hati gue yang gak jelas maknanya.
lama gue tak bergeming, hanya sesekali curi-curi pandang dan akhirnya pandangan kami bertemu sepersekian detik, dia menyadari kehadiran gue, dan gue yakin dia sangat tahu, gue lah pengirim pesan najis itu.

Nasi bistik daging mentega plus segelas teh manis panas berubah jadi tawar, sesuap demi sesuap, tapi tak kunjung meredam segala rasa yang melanda hati gue.

Malam kian larut, di atas sana bulan telah bulat utuh sempurna membiaskan cahaya putih walau malam ini berselubung awan, angin bertiup sepoi, dinginnya menembus sweeter yang gue kenakan malam ini, tapi hati gue masih seperti tadi, Galau......

Bukan tanpa alasan gue tidak menuliskan nama, nomor telpon dan email di secarik kertas tadi. ada reaksi lain yang ingin gue dapatkan dari dia, tapi hingga dia beranjak dari tempat duduknya dipukul 22 hampir 23 malam ini, tak kudapatkan reaksi itu. mungkin bukan malam ini, mungkin hari-hari dan malam-malam setelah ini, atau justru tidak sama sekali. Entahlah.

To be continue......

Jumat, 09 Januari 2009

Awards

Banner Penghargaan dari temen-temen Blogger buat Blog Gue.
Thanks a lot guys!


Dari Benny


Dari Aul's Home



Dari Aul's Home



Dari Nyanyan

Dari Dv


Dari ReBorn

Dari The Benz

Dari Prof


dari Oedil




dari Jeng Sri



dari Dhe



dari Priandhani



dari Dee



dari Ella



dari chikal











dari dinda



Kamis, 08 Januari 2009

Gatot Subroto...!!!!!

Sebaiknya baca postingan sebelumnya, baru baca postingan yang ini, soalnya postingan ini kelanjutan postingan sebelumnya dan berikutnya. biar ngeh!!!!
berasa ada yang mau baca ajah, hehehehehehehehe....
=============================================
Langit udah hitam, bulan tak kunjung menampakkan diri. langit Jakarta diselimuti awan gelap malam ini. Di bawah sana, dari ketinggian lantai 10 Sky Dinning plaza semangi, gue bisa melihat kemacetan panjang di jalan Gatot Subroto. Cafe' ini juga sudah mulai penuh sesak oleh manusia-manusia metropolitan dengan berbagai macam ekspresi. Dari muke senang, muke kusut, muke sumringah serta tidak ketinggalan muke mesum gue, hehehehehehhe....

Eniwei, ini hari kedua pencarian gue secara beruntun, pencariaan untuk menemukan Si Makhluk Manis pemilik tatapan maha dahsyat yang sudah merobek-robek sudut-sudut hati gue dengan perasaaan yang sulit gue artikan dengan rentetan-rentetan kosakata.

Dibalut sepoi angin malam yang mulai menusuk tulang belulang gue hingga membelai lembut relung jiwa, gue sapu bersih setiap sudut tempat ini dengan mata jeli, gue cari dengan seksama "Mata Itu..."

Perasaan kalut, gue rasakan menjalar disetiap aliran darah dalam nadi gue, kemudian menguap hampa bersama asap rokok yang terhembus nakal dari bibir dua wanita lucu di depan gue. Semua berbarengan dengan konsentrasi gue yang pecah berkeping-keping, antara terus mencari-cari keberadaan sosok itu dengan lagi-lagi menyapukan pandangan gue ke semua area cafe yang remang-remang ini, atau berpaling ke tuts-tuts dan layar monitor laptop di depan gue, atau mengikuti nafsu birahi gue untuk melahap rakus sepiring nasi bistik daging sapi mentega serta segelas teh manis panas di depan gue.

Daripada semakin kalut maka gue lakuin semua hal itu dalam masa yang bersamaan, sembari memasukkan sesendok besar remah-remah makan ke dalam sebuah suapan besar mulut gue, mata gue jelalatan memandangi setiap orang yang sibuk denganberbagai aktifitas mereka, serta jari-jari tangan gue yang tidak berhenti menari-nari nakal diatas tuts-tusts berwarna nyaris abu-abu ini. semua gue lakuin secara konstan dalam hitungan menit.
And than detik berikutnya, kekacauan di cafe ini sedikit mengusik gue. Tiba-tiba kristal-kristal bening nan lembut mulai berjatuhan dari langit yang semakin hitam, membelai nakal setiap manusia yang duduk santai di cafe terbuka ini. Secepat kilat gue masukkan laptop gue ke dalam back pack gue dan menggangkat piring gue yang masih berisi setengah porsi makanan gue. Sempat gue berdiri tertegun mencari bangku kosong, tapi semua penuh. Manusia-manusia ini berjubel, bertumpuk , berdesakkan menghindari rinai hujan. Beruntung perempuan-perempuan subur yang menempati meja di depan gue yang sedang berdiri mempersilahkan gue duduk dan bergabung bersama mereka.

Dengan biadab segera gue habiskan setengah porsi makanan yang masih tersisa di piring berbentuk nyaris setengah lingkaran itu dengan ornamen gambar dua orang berwarna ungu, yang mengingatkan gue pada patung-patung karya suku Asmat di Irian Jaya. Hilang sudah selera makan gue, menguap, raib entah kemana. Makanan ini sekarang gak lebih dari sekedar butir-butiran nasi putih dengan sayur capcay dan irisan tipis daging sapi kehitaman karena kebanyakan kecap tanpa rasa yang masuk berdesakkan melalui kerongkongan gue dan menggelepar tak berdaya dalam lambung gue.

Ditengah hiruk pikuk manusia disekitar gue dengan berbagai topik-topik, gue mencoba memejamkan mata sepersekian detik, mengumpulkan puzle-puzle wajah si makhluk manis pemilik sorot mata itu dalam benak gue, karena hanya itu yang gue punya. No have more information, gak tahu nama, gak tahu dia tinggal dimana, kerja atau kuliah dimana, gak tahu...BLANK. Gue cuma punya sorot mata itu dan sedikit gambaran samar wajahnya yang sudah mulai memudar dalam benak gue, dan gak akan gue biarkan menguap juga bersama ketidakbisaan gue menemukan jejaknya.

Teringat jelas makian dan cemoh teman-teman gue untuk aksi gila ini.
teman gue: dasar sinting.
gue: emang sinting.
teman gue: aneh.
gue: emang.
teman gue:........?

Atau...
temen gue yang lain: cari yang pasti-pasti ajah kenapa? masa loe mau ke plaza semangi tiap hari.
gue: why not!!! i'll do it.
temen gue yang lain: Sableng, orang gila.
gue: emang.
teman gue yang lain:.......?

Entah sudah berapa lama gue disini, di tempat ini. Fuiihhhh.....satu-satu orang hilir mudik di depan gue, tapi tak kutemukan sosok itu diatara mereka. Gue jadi mengutuki diri gue sendiri. bego banget sih gue, tolol banget sih gue.
Kenapa sekarang baru bermunculan ide-ide tolol itu di kepala gue. Kenapa tidak saat kali pertama kita tatap-tatapan hari itu, kenapa gue gak manggil waitres cafe ini, memesankan segelas jus strawbery dan menyelipkan secarik kartu nama atau coret-coretan deretan nomor telpon gue untuknya, atau nekad menghampirinya dengan resiko ditendang teman-temannya hingga gue mencelat dari lantai 10, dan kenapa juga gue nggak mengikuti ajakannya ketika secara sengaja (gue yakin banget!!!!) dia menyenggol halus lengan gue di lift hari itu. duh betapa dungunya gue.

Dan sekarang gue merasa jauh lebih dungu, karena secara sengaja datang dua hari berturut-turut ke cafe ini dengan harapan dia juga akan datang mencari gue. Merasa bodoh karena telah memikirkan tatapan itu dengan segenap hati, perasaan dan jiwa raga. memikirkan orang itu siang dan malam, padahal belum tentu dia mikirin gue.
Lebayyyyyyyyyyyyy...banget itu makian yang terlontar dari teman gue yang tahu aksi tolol gue ini.

Tapi gue gak akan nyerah, gue gak akan mundur, soalnya sayang banget dan sia-sia ajah lembaran demi lembaran rupiah yang udah gue keluarin cuma untuk nongkrongin tuh bocah di cafe ini saban hari. Emang gue punya pohon duit, atau punya duit tidak berseri?!. Gue akan tetap cari pemilik mata itu dengan ada dan tidaknya informasi memadai. Gue akan pakai feeling gue yang sebenernya belum tentu juga bener, terbukti hari ini pencarian gue berakhir GATOT SUBROTO. loh?????
GAgal TOTal Sudah Usaha Buat caRi Orang yang punya maTa menOhok itu........

Rabu, 07 Januari 2009

Mata itu....

Fuiiihhhh....akhirnya nyampe juga di kamar gue yang lusuh dan bau apek. Jam di pergelangan tangan gue tepat menunjukkan pukul 22.00 malam, gak lebih, gak kurang.

Hati gue masih ser-seran, disko dangdut. belum berhenti hingga jemari-jemari gue ini menari lincah diatas keyboard laptop gue. tatapan mata itu masih juga menari-nari di pelupuk mata gue, menohok ulu hati gue hingga meyetubuhi relung-relung hati gue. membuat darah gue berdesir hebat hingga sesak dada ini.

Jangan-jangan bengek gue kumat lagi????? jiaaahhhhh......

Sore tadi gue meeting sama orang produksi gue di sky dinning plaza semanggi, sementara menunggu orang produksi gue dateng, gue membenarkan posisi gue, mencari-cari posisi enak hingga bisa dengan leluasa memandangi setiap gerak gerik orang-orang yang hilir mudik kaya setrikaan. sore ini, matahari masih malu-malu menyirami bumi ini dengan sinar peraknya yang mulai melembayung (gile puitis banget yah gue? efek bengek yang kumat neh).

Dihadapan gue duduk segerombolan muda mudi (berasa dengerin opening siaran dr radio tahun 70-an yah) yang diantaranya gue temui makhluk manis. gue sempet-sempetin curi pandang ke arahnya, tapi dia lempeng-lempeng ajah. hingga gue alihkan pandangan gue ke daftar menu di depan gue.

Awak produksi gue yang leletnya audzubillah min dzalik, baru menampakkan batang kemaluannya, waduh salah maksud gue batang hidungnya tepat jam lima, telat satu jam (besok-besok gue pasang jam dinding di jidatnya biar gak telat lagi).
nasi ayam cah jamur gue kunyah tanpa ampun, sembari menerangkan bentuk, bahan, jumlah hingga harga backpack yang akan kita buat prototypenya. dan secara tidak sengaja gue menangkap tatapan mata itu (kita sebut dia si makhluk halus, eh salah! maksud gue si makhluk manis), hanya sepersekian detik, tapi mampu membuat bulu kuduk, bulu ketek, bulu kaki, hingga bulu titit merinding disko. tatapan itu begitu tajam, gue nikmati sepersekian detik hingga hati gue jadi ser-serrr enak.
sejak saat itu konsentrasi gue buyar, tatapan mata itu benar-benar mengkerangkeng pikiran gue (jangan-jangan gue kena hipnotis? emang kalau di hipnotis rasanya ser-seran najis yah?). hingga sepiring nasi ayam cah jamur ludes, segelas jus mellon amblas, sebotol air mineral gue reguk mampus.

Meeting gue kelar tepat setelah adzan magrib berkumandang, awak produksi gue beserta istri dan anaknya pamit pulang (meeting atau piknik yah ini?), tapi gue tetep duduk manis di tempat gue. entah kekuatan apa yang mampu membuat gue tidak bergeming dr tempat ini, mata gue gak bisa berpaling dr pemilik tatapan itu, para pramusaji yang sibuk meletakkan lilin-lilin dalam gelas ke setiap meja pengunjung tidak juga mampu mengusik kami yang sedang beradu tatap. sesekali gue alihkan tatapan gue ke rimba gedung pencakar langit, sekedar menghindari tatapan mata nakal dan najis teman-teman si makhluk manis yang mulai tampak mengawasi tingkah aneh kami.
keberanian gue menguap entah kemana, ide-ide gue untuk memulai perkenalan lenyap seketika.
tatapan dan senyum itu telah benar-benar memikat gue.
jam digital gue menunjukkan pukul 19.30 ketika si makhluk manis beserta rombongan sirkusnya beranjak dari sana, gue pun beranjak, mengekor mereka hingga di lift. berdiri berdampingan dengan pemilik tatapan itu, hanya tertaut beberapa centimeter, tapi gue lunglai, tak sanggup berkata-kata, tak sanggup sekedar menyapa dan mengulurkan tangak, gue hanya berdiri membisu, sementara kartu nama yang sudah gue siapkan tak kunjung bisa gue berikan. mampus gue bener-bener terkena penyakit gila nomor 13, fall in love in first sigth.
ketika si makhluk manis itu keluar lift di lantai 3A dan secara sengaja menyenggol halus gue sebagaai pertanda mengajak untuk bergabung, gue masih diam layaknya gunung es, tak juga mengikutinya justru terus meluncur hingga lantai dasar. bodoh, stupid, bego, kampret, setan alas, gue maki diri gue ketika tersadar telah melewatkan kesempatan emas untuk bisa kenal dengan pemilik tatapan itu.
dari lantai dasar gue cari lift terdekat dan menyusul si makhluk manis ke lantai 3A, gue telusiri setiap liku dan pojok foodcourt berharap bisa menemukan pemilik tatapan itu, tapi hingga khatam setiap lantai plaza semanggi gue telusuri tak juga kutemukan si makhluk pemilik tatapan itu, entah sudah kali keberapa gue susuri setiap inchi plaza semanggi bersama penyesalan atas kebodohan gue, yang gue tahu gak kurang 1 1/2 jam gue mondar mandir dalam mal super gede ini. hawa dingin dalam mall ini udah gak ngepek, gue malah keringetan mondar-mandir sendiri tanpa tujuan. gue cape gue memutuskan untuk balik ke apartement gue bersama getar-getar aneh dalam hati gue karena tatapan itu. gue akan terus cari dia, besok gue akan kembali......

soundtracknya pas banget rasanya..

Sinar Matamu by Titi Dj

Kudapati
Kekaguman
Dalam dua matamu
Kurasakan
Bagai bicara
Tentang sebuah pesona
Itu yang pertama
Waktu kumelihat
Kehadiranmu
Itu yang membawa
Kau dalam ingatan
Tentang cinta

Sinar matamu itu
Menggodaku
Membuatku untuk berlagu
Sinar matamu itu
Menggairahkan
Membangkitkan
Sebuah kata suka
Ku mencoba
Memahami
Apa arti semua ini ..