Jumat, 30 November 2012

Persoalan BULU

Kenapa pria dengan bekas shave di bawah hidung, kemudian pipi hingga dagu dengan samar terbentuk seperti membingkai wajah dengan warna hijau kebiru-biruan terlihat jauh lebih seksi dan memesona ketibang pria baby face? Terlebih saat bekas cukuran itu mulai tumbuh, menjadikan si pria ini menjelma sebagai simbol pria dengan aura kelelakian yang sangat pekat.



Aaahhh, gw juga ingin terlihat seksi dan memesona! Tapi rasanya itu seperti pucuk merindukan bulan. Gw bahkan sempat terbujuk rayu-rayu setan abang penjual obat penumbuh rambut di pelataran mesjid. Minyak firdaus yang konon katanya ampuh bin mujarab membuat area-area botak ditubuh subur ditumbuhi rambut, nyatanya hanya pepesan kosong. Rahang gw tetap saja licin minus cambang, area sekitar bawah hidung hanya ditumbuhi bulu diujung bibir membuat gw tampak lebih mirip dengan ikan lele. Belum lagi ketek yang tadinya gw harapkan lebat ditumbuhi bulu agar bisa menjadi senjata ampuh menggoda "mangsa" gue ketika meloloskan baju dari tubuh gw nyatanya hanya ditumbuhi beberapa lembar bulu saja.

Satu2nya yang bisa membuat gue sedikit bernapas lega, adalah bulu-bulu itu kemudian rimbun tumbuh di area "TERLARANG" gw, dan ini semua berkat Minyak Firdaus yang tersohor itu.

Selasa, 20 November 2012

Jadi 2 keping

Gue mengayun tungkai kaki gue dengan kecepatan penuh. Ada semacam insting pembalap yang merasuki setiap sendi otot kaki yang membuat gue harus segera sampai ke rumah seorang kawan dalam hitungan detik.

Pintu kayu yang catnya sudah rontok sebagian, terkuak tak lama setelah ketokan terakhir gue bersamaan dengan suara berderit dari engsel berkarat yang menopangnya. Wajah yang menyembul dr dalam sumringah melihat gue berdiri di hadapannya lengkap dengan kantong plastik hitam yang gue genggam sedari tadi.

Gw: "Bonyok belum pada datang kan?" tanya gue melangkah masuk, disambut dengan cahaya temaram. Rupanya kawan ini sudah pula mempersiapkan kedatangan gue dengan menutup semua jendela.

Kawan : "Bentar lagi sih, buruan yuk"



Jantung gw mulai memompa dengan detak yang lebih cepat dari seharusnya. Mengalirkan darah segar kesemua sistem syaraf yg ada ditubuh sehingga menimbulkan berasaan berdesir. Birahi sudah menggelapkan akal sehat, perlahan tapi pasti jemari gw dan kawan ini menyelusup ke balik celana, menjamahi si dia yang berontak sejak mula. Jangan anggap kami tak gugup kawan, karena ekspresi itu tergambar samar di muka kami berdua. Itu pasti, tapi kami bisa melawannya dengan sensasi nikmat yang teramat sangat.

Dan ketika kami semakin menggelinjang.......

Seseorang: "Ndaa....Ndaa......."
Suara panggilan dari luar kontan membuat kami berdua panik seketika.
Yang punya rumah datang tiba-tiba.

Lenyap seketika raut bergairah dr wajah kami, berganti panik tiada tara. Droppppp shayyyyyy!!!!!!! Kami kocar kacir. Tangan kawan gw hanya mampu menekan tombol switch off pada remote control TV dan CD playernya, sementara gw langsung ambil langkah seribu ketika daun pintu terbuka lebar dengan jendolan besar tak bersahabat di sela-sela selangkangan gw.

Dirumah, beberapa saat kemudian....

"Tokkk........tokkkkk......."
Suara tangan beradu dengan pintu kayu rumah gw meninggalkan bunyi gaduh. Takut-takut tangan gue meraih ganggang pintu, dan seketika itu wajah garang bapak kawan gue terpampang disana lengkap dengan kepingan CD yang sudah terbelah dua.

Bokap kawan : "Ini bu, masa fei ngajak anak saya nonton film porno" katanya menyerahkan kepingan CD Bandung Lautan Asmara ke tangan nyokap gw.

Mateeeeeee malihhhhhhhhhhhhh.

Senin, 12 November 2012

Cukup 10ribu sajah



Sedikit flash back ke dua tahun lalu, rasanya tak seorang pun yang kenal dengan CRAZY NO PLAY kecuali, gue, mantan pacar gue, donatur gue, dan teman blogger yang tagline Crazy No Play-nya gw rampok untuk kemudian gw beri kehormatan menjadi fashion line gue.

Well, ini sudah menginjak bulan ke 30 sejak layar Crazy No Play terkembang, dengan segala permasalahan yang membuat gue uring-uringan sendiri, dengan segala pencapaian yang membuat gue bisa melebarkan senyum sumrigah. Tak mudah membuat brand ini dikenal dan dipercaya banyak orang, perlu banyak waktu untuk meyakinkan dan membuktikan bahwa karya-karya yang gue telurkan juga layak diberi penghargaan dan sebentuk apresiasi. Dari waktu ke waktu gue terus belajar dan mengolah berbagai ilmu yang gue dapatkan dan gue colong dari sana sini untuk kemudian meramunya menjadi satu bentuk formula yang pada akhirnya membuat orang ngeh bahwa itu Crazy No Play.

So, menginjak bulan ke 36 beberapa bulan lagi, sebuah mimpi besar ingin sekali gue wujudkan dengan menghadirkan deretan koleksi teranyar ke hadapan public. Sebuah gelaran MINI FASHION SHOW tunggal ME, FRIENDS AND THE CITY. Sebuah Fashion show bukan hanya menjadi mimpi bagi seorang saya yang notabene masih terbilang "anak bau kencur" di industri mode Tanah Air, tapi gue percaya mimpi lah yang membuat seseorang akan terus hidup. Dan gue berkeinginan membuat my dreams come true, dengan sokongan finansial from all of you guys! Cukup sisihkan sisa uang jajan kalian Minimal IDR. 10.000 saja maka kalian sudah bisa menjadi donatur/sponsor di pagelaran CRAZY NO PLAY.

Jangan sungkan untuk mewabahkan postingan ini ke semua social media kalian, segala bentuk promo including SPAM dan HOAX tidak diharamkan kali ini.
BCA account untuk donasi : 7310644433 an Faisal
Cc in info kalian ke @CNPshow

Kamis, 25 Oktober 2012

Ciyus Miapah?


Gw pernah baca artikel disatu online magazine yang memberitakan secara luas kepada khalayak banyak bahwa : Ricky Martin akan operasi implant pantat untuk mempertahankan predikatnya sebagai pria dengan PANTAT TER-SEXY di dunia.

Lalu, gw mencoba mengenang sebuah peristiwa silam, ketika status gw masih tercatat sebagai siswa dengan seragam biru putih 15 tahun lalu.

Siang itu, Matahari sedang bergelora memancarkan sinarnya, membuat Brisk yang menempel pada permukaan rambut gw yang tertata apik model belah tengah meleleh bercampur keringat, lalu mengalir ke pelipis dalam rupa cairan putih mirip warna susu. Langkah gw oromatis melaju, melewati dua anak kelas satu yang sedang berteduh dibawah pohon Akasia rindang di halaman sekolah.
Anak kelas satu : Kak Feiiiiiiiii......situ cowok kan? Kok pantatnya montok banget yah? Harusnya saat itu gw jawab : Ciyus, Miapah?

Rabu, 17 Oktober 2012

Bim Salabim Abrakadabra

Erie : "Darling, ada PR nih buat kamu. Dress yg buat november schedulenya berubah."
Gw: "Diundur?"
Erie: "Dimajuin, Oktober 13."
Gw: "2 minggu lagi?"
Erie: "Iya darling."
Gw: "MODYARRRRRRRRR, then Pingsan."












Artist :Erie Suzan
Event: Amazing Dangdut MNC TV, Oct 13th
Dress by Crazy No Play
Photograph by Irfan 085692115339

Kamis, 27 September 2012

Kita ketemu cantik

twitt gw: "Karena ngefans, saya mau loh buatin baju buat kamu, for sure"

Sepenggal twitter ini sebenarnya sudah yang kali kesekian yang gw kirimkan ke account micro blogging milik penyanyi yang membuat gw tergila-gila sejak jaman gw masih jadi kuli cuap-cuap di sebuah radio dangdut.
Daaaaaaaan gak pernah dibalas saudara-saudara! how about this time?

Menjelang buka puasa, disebuah kafe

Persis di hadapannya, dikursi empuk berwarna merah, gue hempaskan pantat gue yang sedikit panas akibat kelamaan duduk di atas jok motor memperkosa macetnya Jakarta. Rasanya jantung gw mau lepas seketika. Perempuan berkulit exotic ini duduk dihadapan gw dengan outfit casualnya. Atasan kaos warna hitam dengan skiny jeans warna dark blue, lengkap dengan stilito hijau gelap, minus make up, hanya sapuan eyeliner, membuatnya jauh dari kesan penyanyi dangdut papan atas.

Managernya yg unyu: 'Jadi, setelah dia baca twitter loe, dia cari tau loe di google, dan baca semua postingan loe di online diary loe. Dan ngotot pengen ketemu sama loe."

Gw: PLONGA PLONGO.....

Si Penyanyi: "Karena kamu gokil darling, bocor, cablak, i love your blog, i love your design, dan aku ngerasa kaya dah dapet ikatan bathin, so, here we go."

Gw: MASIH PLANGA PLONGO, dan kali ini muka gw pasti makin absrud.

And she is, ERIE SUZAN saudara-saudara sebagsa dan setanh air. saya ketemu dengan dia, owwwwwwwwwww, matekkkkkkkkkkk. Gw mengelinjang dan orgasme seketika.

Sabtu, 01 September 2012

Solo untuk kali kesekian.........

Dari balik kaca tembus pandang, puluhan ribu kaki dari permukaan air laut, dengan backsound suara pramugari yang mengumumkan pesawat akan segera mendarat di Bandara udara international Adi Sumarmo Surakarta, gw membelalakan mata menyaksikan keindahan lima puncak gunung berderet sangar. Dengan sapuan awan jingga hasil bias matahari senja yang perlahan namun pasti tergelincir keperaduannya, membuat kelimanya terlihat sangat memesona. Ahhh, sekali lagi gue diberi kesempatan menyaksikan lukisan hidup dari sang pemilik alam dipenghujung senja yang syahdu ini.

Ini mungkin kunjungan gue yang kesekian kalinya dikota ini, angin senja dengan sejuta kemisteriusan yang ditiupkan sang pemilik malam masih terasa sama, dingin menusuk. Terkadang lembut terkadang keras menampar wajah dan membuat asap rokok berjelaga didepan batang hidung gue, lalu sirna sekejap mata.

SOLO mungkin tidak seistimewa Jogja, tapi kota ini selalu punya cara sendiri memanggil gue untuk menyambanginya. Dan satu kata: KANGEN, menuntun gue kembali menginjakan kaki disini, kembali menghirup udaranya, dan kembali menanti dia menjemput gue di salah satu pintu masuk kota ini bernama air port.

Adalah kebiasaan gue yang sudah mendarah daging untuk tidak mempersiapkan semuanya dengan baik. Bukan gue pula namanya, kalau tidak grasak grusuk menjelang keberangkatan. Tapi mungkin sedang mujur saja, sehingga gue bisa mendapatkan tiket pesawat dengan harga murah saat gue reservasi kurang dari 10 jam keberangkatan gue,dan nasib baik pula yang membawa gue bisa duduk manis didasar kursi Damri, telat 1 menit saja, maka sebuah keniscayaan gue akan menggerutu sendiri di dalam kotak besi bernama taxi.

Hai kawan ini sedang musim mudik lebaran ied mubarak sekaligus liburan panjang, maka jangan menggerutu manakala tak bisa mendapati kamar hotel yang kosong minta diisi, jangan pula mengharapkan harga miring yang sesuai dengan isi kantong. Lelah memang sudah menggelayuti badan, maka beristirahatlah sejenak di kursi bioskop sambil menyaksikan film step up dipojokan dengan kacamata 3 dimensi bertengger diatas hidung, sembari merengkuh paksa jemari kekasih,dan berusaha menciptakan aura romantis yang pada akhirnya terjadi hanya sesaat.

Angin malam Solo berdesir-desir tertinggal oleh laju kuda besi yang kami tumpangi, menyusuri jalan utama kota Joko Wi ini demi sebuah tempat bernaung bernama hotel yang semua penuh terisi para pemudik yang tidak kebagian kamar di rumah mereka. Maka, ketika malam semakin larut, dan sekali lagi kemujuran sedang berkawan dengan gue, mari terima nasib, manakala berhasil menempati sebuah kamar dengan seprai bernoda kuning disana sini. Jorok sekali pasangan yang "menumpahkannya" bercecer di seprai putih kumal ini. Mari tidur sambil memeluk tubuh kekasih,hingga esok bisa bangun dan segera angkat kaki ke hotel yang lebih manusiawi.

uang receh dan sahur

Hawa dingin makin terasa menjadi-jadi subuh ini manakala gw memasuki mini market yg seolah menjelma menjadi lemari es besar. Tapi gw juga merasa bahwa efek dingin bukan hanya semata-mata karena suhu ruangan yg berada beberapa derajat celcius dari suhu normal, tapi bisa jadi karena efek mandi jam 3 subuh.----------------Sebotol air mineral ukuran "banci" (besar kagak, kecil kagak), sebotol sambel, dan sekotak minuman berenergi sudah gw genggam erat-erat ketika tiba dimeja kasir, menyerahkan belanjaan gw untuk dikalkulasi.----------Kasir : "23ribu" katanya, yg gw sambut senyum kecil, kecil saja, sambil menyerahkan kartu ATM gw.-------------Gw: "Tuker duit dong" ujar gw sembari mengeluarkan segepok uang logam 500 perak dari kantok sweeter rajut gw.------------------Gw: "Semacam tukang parkir gw yak" cepat gw keluarkan statment itu sebelum kata-kata itu keluar dari mulut kasir berwajah pucat karena kurang tidurr *gw rasa begitu*.--------------Gw: "itu receh kembalian yg gw kumpulin, masih banyak noh di kos, masih mau?"--------------Kasir: "Cukup mas, ini aja" kata dia menyerahkan selembar uang dua puluh ribu rupiah yang sudah kumal karena sering berpindah tangan.------------Gw: "tengkyu yak." Sahut gw pendek, lalu melangkah pergi.----------Disebuah warung tenda pecel ayam... ----------Penjual pecel ayam: "Sahur cah bagus?"------------------Gw : "Ayam pak, nasinya dua, bungkus." Sahut gw cepat, karena masih keki dipanggil "bagus" padahal jelas-jelas nama gw Fei.-----------------Sebatang rokok yg gw sulut dan gw nikmati tinggal beberapa mili saja dari putungnya mana kala bapak pemilik pecel ayam menyerahkan makanan yg gw pesan.------------------Penjual pecel ayam: "13rb cah bagus."------------------Tak ada satu kata pun yg keluar dr mulut gw selain menyerahkan selembar uang 20ribu-an hasil nukar receh logam di mini market tadi.---------------Lega, akhirnya subuh ini gw bisa sahur dengan syahdu. Terima kasih uang receh logamku tercinta.you are my super hero in this morning.

Minggu, 22 Juli 2012

Pengumpul tanda tangan

Gw sedang menikmati asap hasil pembakaran cacahan daun tembakau bercampur nikotin dengan syahdu sebagai desserts gue, setelah menikmati semangkuk kolak pisang pada buka puasa petang ini, mana kala telepon genggam gue meraung-raung. Bapak: "Kok dijawab panggilannya?" Gue : "Yah kan bapak telpon." Bapak :"Berarti kamu nggak sholat terawih" Seketika mata gue beralih pada jam yang tertempel kokoh di tembok persis dihadapan gue. Gue : "Masih kerja pak, izin dulu yah." jawab gue takut-takut. Bapak : "Bagus! Kerja aja terus, sholatnya tinggalin." Jiaaaaahhhhh, asap rokok yang sedang gue nikmatin pun berasa anyep seketika. Diomelin dah gue. Dan ketika kejadian itu gue ceritakan pada seseorang yang jaraknya ratusan kilometer dari tempat gue duduk saat ini pun berbalas sebaris bbm "i adore your dady" Hayahhhh, kompakan bener sih ngomelin gue. Omelan bokap barusan, terpaksa mengingatkan gue pada masa kanak-kanak dulu, ketika saat Ramadhan tiba, gue adalah salah satu orang yang paling bersemangat di rumah. Semangat menjelah dari satu masjid ke masjid lain menjelang sholat Isya, demi bisa mengisi kolom-kolom tanda tangan buku tugas selama Ramadhan, demi sebuah tanda tangan ustadz yang menjadi penceramah setelah sholat tarawih, dan demi angka 10 pada buku tugas Ramadhan. Ahhhhhh, tiba-tiba gue merindukan saat-saat itu. Selamat menunaikan Ibadah Puasa.

Sabtu, 16 Juni 2012

Semut Merah Semut Hitam

Siang ini gw sedang diperkosa teriknya sinar matahari Jakarta yang sudah bercampur polusi. Luntur sudah wangi sabun mandi yang melekat dipermukaan kulit gw dan berganti dengan aroma keringat yang cukup aduhai.Adalah hal yang paling menjengkelkan ketika harus berlama2 berhenti di traffict ligth. Ingin rasanya memerintah si Bapak Tua pemilik ojek segera tancap gas dan berlalu dari sana. Swear, sinar matahari keperakan yang memayungi bumi siang ini sungguh sangat tidak bersahat, ingin rasanya memiliki remote control ajaib agar bisa meredupkan sinarnya yang membakar kulit. Sembari menunggu detik-detik perpindahan lampu merah ke hijau, gw sengaja menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatan gw dan membaca jelas-jelas iklan di billboard raksasa yang terpampang dengan jumawanya di seberang sanaDRAMA MUSIKAL "SEMUT MERAH SEMUT HITAM" karya TITIEK PUSPAAaaaaaaahhhhhhhh, gw harus nonton, HARUS!!!!!

THEN.......Im lucky guy, pucuk dicinta ulam pun tiba. Selembar undangan first show drama musikal SEMUT MERAH SEMUT HITAM, mampir ditangan, lengkap dengan selembar kamus bahasa semut.Cima citang di dunia semut.....(bahasa semut)Mut....muttt...mutt



Jadi ceritanya.......
Drama musikal ini menyorot tentang dunia asmara dari dua anak semut yang berasal dari dua kerajaan berbeda. Ditengah persiapan pernikahan, cinta pangeran semut hitam dan putri semut merah harus diuji oleh peperangan antara kedua kerajaan tersebut. Sebuah cerita sederhana tentang dunia persemutan yang dibungkus oleh eyang Titiek Puspa dengan sangat apiknya, soooooooooooo.... entertaining, dr tatanan panggung, ligthing, aktor / aktris yang mumpuni, puluhan penari kolosal, costume warna warni hasil karya Ivan Gunawan dan Musa Widyatmoko, benar-benar memanjakan mata. Joke-joke nakal dan bahasa alay yang disisipkan membuat pertunjukan ini lebih kekinian dan segar walau kita digiring untuk memasuki dunia khayal dengan rasa sangat Indonesia karena sisipan kebudayaan Indonesia didalamnya.Pengen lihat lagu dangdut dan Camelia Malik menggoyang panggung dengan jaipongannya dan berkolaborasi dengan sangat cantiknya dalam sebuah pagelaran drama musikal? Cuma ada di lakonan SEMUT MERAH SEMUT HITAM.Dengan durasi nyaris 3,5 jam dan dilakonkan dalam dua babak, ada bagian-bagian sebenernya yang terasa sangat lambat temponya, tapi over all nda menyesal lah gw berjuang menodong undangan gratis dr seorang kolega.Cimacici "Reza" cipaw. Atta la liyu dehhhhhhhhhh. Cilpuk ah, terus atta cifum meh (bahasa semut)Sedikit bocoran bahasa semut:
Cima citang : selamat datang
Mut...mut...mut : salam sayang
Cimacici : terima kasih.
Cipaw : cakep (untuk laki-laki)
Atta la liyu : aku cinta kamu.
Cilpuk : peluk.
Cifum : cium
Meh : deh

















Selasa, 12 Juni 2012

Ketahuan

Dari balik tembok gw bisa mendengar gemericik air yang tumpah ruah menyapu Lantai semen yang sedikit berlumut. Semakin lama, semakin Ramai, sehingga iramanya tak lagi Berturan, setidak beraturannya detak jantung gw saat ini. Pikiran-pikiran liar segera berkecamuk disyaraf otak gw, meminta gw segera menuntaskan rasa penasaran yang sedang berkecamuk dalam hati gw. Sejenak gw Berdiri mematung, memikirkan cara jitu agar aksi nakal gw tak terlihat banyak orang. Triiiinnggg....... Memang, Setan selalu berpihak pada para pendosa dengan memberikan ide cemerlang. Tangan gw segera Maraih sarung bermotif kotak yang sejak tadi gw cantolkan pada paku berkarat yang tertanam Sebagian di tembok berlumut dihadapan gw. Dengan berjingkat gw bentangkan sarung kotak-kotak gw menutupi lubang besar yang menganga, tepat di atas pintu Kayu lapuk yang warnanya Sudah memudar dimakan waktu. Kemudian, Hanya dalam hitungan detik, kaki-kaki gw sudah berjingkat-jingkat dibibir bak mandi. Kamar mandi umum berbilik dua ini memang tidak sepenuhnya tertutup, sehingga memudahkan gw melakukan aksi nakal gw sore ini. Dan begitu kepala gw menyembul perlahan dibatas tembok, Maka terpampang jelaslah makhluk Indah itu di bawah sana. Sedang mengibaskan rambutnya yang baru saja dijamani segayung air. Wowwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww....mata gw terbelalak, lengkap dengan degub jantung yang semakin tak tentu ritmenya. Tubuh telanjang itu Indah setiap centi-nya. Mengkilap oleh lumuran air. Pemandangan indah itu kontan saja membuat salah satu bagian tubuh gw "berontak". Suara seseorang: "Woiiiiiiii........! Ngapain kamu." Kencang sekali suara itu, sehingga memaksa gw menolehkan kepala, oh.....lala, rupanya sarung kotak-kotak gw sudah raib entah kemana, Dan terlihat jelas pula oleh gw, di luar sana, bapak gw sedang bertolak pingang sambil mendelik ke arah gw. Gw : "Mau Pinjam gayung."

Minggu, 03 Juni 2012

TRILOGY 1/2 Backpacker Part 3 : Jumpalitan-lah hati Gw di jogja

Jogja, trully Java for me, dan jogja selalu punya cara sendiri untuk menyambut wisatawan yang hadir disini. Seperti siang ini, Jogja seolah mengirimkan ucapan selamat datangnya pada gw dan onyet gw melalui teriknya sinar matahari yang membakar siang ini. "Welcome to Jogja wahai pejuang Cinta." Nyaris 8 jam berlalu.... Malam ini gw dan onyet memutuskan untuk menyusuri sepanjang jalan Malioboro menuju arah pasar Bringharjo yang berdekatan dengan benteng Vredenburg yang persis terletak di depan Istana Peristirahatan Presiden. Rasa lapar yang mengedor-gedor dinding lambung gw membuat gw tak begitu memperdulikan rayu-rayu para penarik becak yang selalu menawarkan jasanya untuk menghantarkan kami mengunjungi outlet penjulan kaos Dagadu. Gw: "makan di sana ajah yuk, Nyet." kata gw menunjuk satu lapak penjual makan di emperan pasar Bringharjo yang diikuti pandangan matanya yang segera disertai anggukan kecil tanda menyetujui ajakan gw. Hanya perlu beberapa menit bagi gw dan onyet untuk memilah milih panganan apa yang akan kami santap malam ini, sebelum akhirnya kami duduk berhadap-hadapan dengan beralaskan tikar anyaman. Dan selanjutnya, bisa ditebak. Kami berdua menjadi sasaran empuk para musisi jalanan untuk mengais rezeki. Keadaan itu pun gw pergunakan betul untuk sedikit membuat makan malam ini berkesan. Gw: "Nyet, tolong ambilin kursi plastik itu dong." Pintaku diikuti raut wajahnya yang kebinggungan. Gw: "Duduk, dan silahkan nyanyi buat kami" Musisi jalanan: "Lagu apa mas?" Gw: "Kahitna bisa?" Musisi jalanan: "Kahitna itu apa mas?" ujarnya polos. Gw: "Kahitna itu penjual sayur deket rumah gw" sahut gw disertai tawa. Musisi Jalanan: "Terus lagunya apa nih mas?" Gw: "Terserah loe aja dah." Maka, mengalunlah tiga lagu berturut-turut tanpa jeda : Pemilik Hati by Armada, Embat mata by D'bagindas, dan ditutup manis dengan sebuah lagu dari Armada Buka Hatimu. Gw bisa melihat dengan jelas wajah onyet memerah, ada senyum bahagia disana yang tak bisa lepas dari bibirnya yang terus menerus mengembang seperti bulan sabit yang memakasa untuk menjadi bulan purnama. Onyet: "Makasih buat surprisenya, saya suka kejutan yang dadakan dan gak direncanakan seperti ini." dan hanya gw sambut dengan rasa bahagia yang teramat sangat melalui sebuah senyum kecil. Onyet: "Pengamennya tau bener yah sama apa yang kamu rasain." ujarnya, lalu tawa kami pun membahana lalu hilang bersama keriuhan yang terjadi disepanjang Malioboro. Becak yang kami tumpangi menyusuri jalan remang menuju Alun-alun selatan diiringi celoteh pemilik becak yang terus-terusan bercerita dan kami iyakan dengan tawa kecil. Kawan, bahagia itu tak akan bisa terbeli dengan apapun. seperti malam ini. Lalu, dua beringin besar yang saling berhadapan di alun-alun selatan Jogja menyambut kami, suasana yang masih juga hirup pikuk dimalam yang selarut ini semakin indah dengan kehadiran sepeda2 yang berkerlap-kelip. Ambiance-nya malah seperti sedang berada di pasar malam ketibang di alun-alun sebuah Kraton dengan aura misteriusnya. Sempat kami berjalan kaki mengitari seputaran alun-alun ini dengan saling bercerita sebelum akhirnya kami memutuskan untuk duduk beralaskan rumput tak begitu jauh dari dua pohon beringin yang konon misterius itu. Banyak cerita yang terangkai dan terlontarkan begitu saja, hingga pada akhirnya satu kalimat terlontar dari bibirnya dan membuat gw terdiam seribu bahasa, seolah bulan jatuh tepat di atas kepala gw, seperti anak panah dilontarkan dan persis menancap di ulu hati gw. Onyet: "Kamu tahu dari awal aku sudah gak mau pacaran, kita berteman saja." ujarnya sambil menyalami tanganku yang sudah lemas tak bertulang. Diam..... Diam..... Diam..... dan terus Diam, tak satu katapun bisa terucap dari bibir gw, kelu, bibir gw seolah terpatri dengan paku berkarat, dan tak sanggup mengatakan satu baris katapun, hingga tangis gw benar-benar pecah di kamar hotel ketika jemarinya menyentuh punggung gw. Rasa nelangsa teramat dalam, seolah dibuang mentah-mentah setelah diterbangkan kelangit ketujuh. kedua tangan gw mengepal menahan rasa sakit yang teramat dalam. Inikah ujung dari semua hal yang gw perjuangkan beberapa waktu terakhir? Dunno....... "I have found the paradox, that if you love until it hurts, there can be no more hurt, only more love." (Quotes from Mother Theresa)

Sabtu, 02 Juni 2012

TRILOGY 1/2 Backpacker Part 2 : Romansa kecil di Kota Solo

Harusnya, begitu menginjakkan kaki disini, saat matahri baru saja lepas landas dan memancarkan semburat keemasannya, dan saat burung-burung baru saja mengepakkan sayap kecilnya untuk menari bersama angin pagi, gw langsung mendendangkan lagu "Stasiun Balapan". Tapi... Keinginan itu terpaksa akan terus bersarang di dinding tenggorokan gw saja, sampai saat lain tiba. Karena hari ini gw masuk ke kota asal Didi Kempot ini bukan dari Stasiun Solo Balapan, melainkan melalui pintu lain yang bernama Bandar Udara Adi Sumarmo. "Kamu dimana?" Begitu kira2 BlackBerry message yg gw kirim ke dia, sesaat setelah gw menghempaskan bokong gw di kursi kayu, tepat di depan sebuah kafe kopi di airport yang nyaris sunyi senyap ini. 60 detik berlalu, kemudian detik-detik berikutnya berganti dan berlalu pula. Lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....!!!!!!! "Masih dirumah. Baru bangun" Begitu sekiranya balasan BBM yg gw terima dr dia. Dan itu artinya gw masih harus menunggu lagi hingga 1 jam ke depan. Oh maigot! Kl saja kamu tahu betapa gw cukup gila dan sengsara melewatkan malam selama 9jam 54 menit di Bandara Soekarno Hatta demi bisa mengunjungimu pagi ini, mungkin kamu akan kasihan dengan datang setidaknya 5 menit lebih awal sebelum burung besi yg membawa gw dari Ibu Kota Negara ini dengan rasa takut teramat sangat karena terdoktrin pristiwa yg terjadi di lereng gunung salak beberapa minggu lalu. Entah berapa batang rokok putih yg sudah terbakar dan membuat mulut gw terus mengeluarkan asap mirip gerbong kereta jaman baheulan sampai akhirnya sebaris bbm terpampang dilayar ponsel pintar gw. "Keluar" Aiiissshhhh, rasa kesal karena sudah membuat gw harus menunggu se-jam lalu tergulung seketika manakala melihatmu bertengger di atas kuda besi kesayanganmu lengkap dengan sapaan "Hai". Pagi ini, ketika sinar keemasan sang pemilik siang telah berganti cahaya lembut keperakan, kita membelah kota solo dengan menunggang kuda besimu. Rindu yg nyaris tumpah ruah karena sudah tak tertampung terbayar dgn rasa bahagia yg seketika meluap dr dasar hati, membuat hangat sekujur tubuh yg sebenarnya telah kehabisan energi ini, karena lelah teramat sangat. Tp saat ini seperti ter-charge dengan sendirinya oleh molekul-molekul listrik yang kamu kirim ketika tubuh kita merapat tanpa jarak. Gw tidak perlu menyewa jasa guide untuk berkeliling solo, ada kamu yg setia menghantar ke tempat-tempat yg tidak pernah gw tau sebelumnya. Dr atas tunggangan kita hari ini pula special guide gw sedikit berceritra tentang Solo. Dan sebenarnya gw pun tak meresapi betul apa yg dia sampaikan, gw justru terlena dengan kebersamaan kita di atas kuda besi yg terus melaju hingga terparkir di halaman depan sebuah penginapan sederhana yg sebelumnya sempat gw telusuri di laman Om Gugle yg terkenal itu. Lumayan lah, gw bisa menempati kamar seharga 150rb per-malam dengan fasilitas yg lebih ok dr kamar kos gw. Sebuah ranjang empuk ber-per, Tv Imut yg tergeletak asal di atas meja kayu, Pendingin ruangan, kamar mandi lengkap dengan shower dan ember plastik. Sampai disini gw sensor! Biarlah yg terjadi dalam ruangan kecil ini cuman gw sama tembok kamar yg tau. Dan...... Siang menjelang sore, kembali kuda besimu keluar kandang, dan kembali menjamahi dasar aspal yg masih menampakan fatamorgana bekas teriknya matahari. Tapi sebaris kata yg kamu ucap semoga bukan fatamorgana untuk gw: Onyet: "Kok gak dipeluk?" Yang seketika membuat gw langsung melingkarkan tangan gw ke tubuhmu. Onyet: "Nah, kalau gini kan berasa punya pacar." Cesssssss, kalau saja gw tidak memelukmu saat ini, mungkin gw sudah terbang. Gw: "Aku deh yg bawa motornya" pintaku. Onyet: "Nda, aku ajah! Mau kemana kita? Gw: "Makan." Onyet: "Mau makan apa?" Gw : "Pecel" Onyet : "Ok." Jalan yg kita lalui berputar, dan kamu terus berceloteh, cukup heran mendapatimu bisa secerewet ini. Tidak seperti biasanya yg lebih memilih diam. Dan gw tetap saja tidak konsentrasi pada setiap kalimat yg kamu lontarkan yg menjelaskan ini itu. Gw lebih menikmati kebersamaan kita yg disirami terik pemilik siang. Panassssssss...... Tembang jawa, mengalun dr bale-bale Rumah Pecel yg rupanya kerap menjadi destinasi makan siang para pesohor negeri yg kebetulan atau mungkin memang sengaja datang ke Solo. Rupa-rupa makanan tersaji dalam kuali-kuali yg sungguh menggoyang lidah, gw kesetanan, seperti baru turun dari gunung, melahap semua yg bisa gw lahap. ini judulnya Pemadam Kelaparan, MURAH!!! Berdua dah hanya menghabiskan 53ribu rupiah saja. Entah sudah berapa lagu yg dilantunkan penyanyi diluar Rumah Pecel ini hingga gw dan dia melangkah pergi, kembali menunggang kuda besinya, kembali dibonceng, kembali memeluknya dr belakang, kembali memperkosa aspal menuju pasar klewer. Gw: "Kenapa namanya pasar Klewer?" Onyet : "Itu gara2 baju2 yg digantung para pedang dipasar itu terlihat klewer klewer, ngerti toh maksudnya?" Gw : "Hu-uh." Menyenangkan juga ditemani seorang pacar merangkap guide seperti dia, di pasar ini gw gak perlu bersusah2 memilih kios mana yang akan gw jadikan sebagai tempat melepas hasrat berburu batik. Dia tau betul kios mana yg harus gw masuki dan kios mana yang harus gw hindari. Dan setelah beberapa jam, setelah beberapa plastik hitam berisi batik gw beli, gw dan dia memutuskan angkat kaki dr sana, sebelum isi rekening gw benar2 terkuras habis di pasar itu. Jump to...... Malam tetaplah malam, tak ada yg berbeda, sama-sama gelap, sesekali bertabur bintang, atau disirami sinar bulan. Jadi gak penting malam senin, malam jumat, atau malam minggu. Tapi okelah, biar Liburan cinta (ya tuhan, istilah gw so alay) lebih berasa, kami berdua, gw dan onyet kembali memacu tunggangan kami, menjamahi dan menikmati saturday nite di kota solo. Diawali dengan makan malam di warung Bakso Alex yg termasyur di Solo, lalu menjelajahi area universitas 11 Maret yg luasnya audzubileh. Dan dia seperti layaknya tuan rumah yg baik, menjelaskan, menunjukkan sebagian kecil area tempatnya menimba ilmu. Hemmm....angin malam berdesir-desir berusaha menembus rajutan woll sweter army yg gw kenakan malam ini saat dia memacu tunggangannya menuju pusat kota. Ada keriaan disana kata dia, dan kami memutuskan menghabiskan malam disitu, PASAR MALAM. Kami berkencan di Pasar malam kawan, dengan Lengan gw yg terus bertengger dibahunya tanpa mau peduli mata-mata liar orang lain yang tak sengaja mungkin memperhatikan kami. Kami berbaur dengan pengunjung lain yg tumplek plek di area ini. Malam minggu ini langit memang tak bertabur bintang dan bercahaya bulan, hanya diterangi cahaya tak seberapa terang dr bilik2 pasar malam, tapi kami berdua tetap syahdu menikmati semangkuk kecil Wedang Ronde persis di depan alun2 Kraton Mangkunegaraan.
Makan siang di Rumah Pecel, waktunya pemadam kelaparan beraksi.
Cenil, jajan jaman bopcah.
Saturday nite dinner with Onyet di Bakso Alex yang termashyur di Solo
Entah mengapa gw lebih suka menyantap ini "Surabi" ketibang hamburger.
Berhubung gak begitu demen ama cokelet, jadi gw memilih toping pisang sajah
Pose dulu di simpang empat
pose ganteng di depan kraton Mangkunegaraan.
Menikmati semangkuk wedang ronde, depan alun-alun kraton bersama onyet. PS: Berhubung Onyet merangkap sebagai pacar, guide, photographer jadi sori-sori maap kalau photonya nda akan terpampang dalam postingan ini, hahahahahaha

Selasa, 29 Mei 2012

TRILOGY 1/2 Backpacker Part 1 : Menggembel di Airport

Dari benda pemantul bayangan yang terpatri kokoh di tembok kantor ini, gw bisa melihat dengan jelas wajah gue yang semakin kusut masai. Sambil membenahi posisi dress panjang di tubuh sintal client yang sedang gw fitting siang ini, sesekali pandangan gw beralih ke sana, mencari sedikit bias kebahagiaan. Rasa lelah yang teramat sangat karena tersunatnya waktu istirahat dengan memasang biji-biji payet 12 jam nonstop malam tadi demi bisa menyelesaikan semua pekerjaan gw hari ini, mungkin akan segera terbayar dengan rencana Backpacker-an yang sore ini akan gw jamahi juga. Pukul 4 sore, taxi putih yang gw tumpangi, susah payah mengurai kemacetan Jakarta demi bisa membawa gw selamat hingga ke Stasiun Gambir. Rasa was-was yang sesekali menghinggapi perasaan gw karena ketakutan tak mendapatkan tiket kereta yang akan mengangkut gw hingga merapat di stasiun Solo Balapan terbutki benar saat wajah kacau gw berdiri depan loket dengan ekspresi memelas manakala perempuan penjaga loket menyampaikan informasi itu dengan muka datar. Rasa was-was yang sejak tadi bergelayut dibenak gw seketika berganti rasa cemas tiada tara. Asap rokok yang terus mengebul dari mulut gw yang seketika menjelma bak lokomotif kereta, saling berpacu dengan adrenalin gw mencari cara agar bisa segera berangkat ke Solo hari ini juga. Calo tiket yang biasanyanya bisa menjelma layaknya superhero disaat-saat genting, rupanya senja itu tak dapat diandalkan. Maka pilihan terakhir adalah segera meluncur menuju Airport yang berkilo-kilo meter jaraknya dari Gambir. Nyaris 3 jam gw harus berkutat dengan macet parah yang membuat akses menuju Pintu Indonesia itu nyaris lumpuh total serta rasa geregetan pasca gagal mendapatkan selembar tiket kereta menuju kota asal Didi Kempot itu. DANNNNNNNNNNNNN........lagi-lagi gw gagal mendapatkan selembar tiket penerbangan pun malam ini. Bahkan rasa takut yang harus gw lawan karena pemberitaan kecelakaan joy fligth pesawat Sukoi yang terus menerus diberitakan setiap saat disemua statiun TV tak berguna pun malam ini. Betis gw yang rasanya sudah berkonde karena pegal hilir mudik meyambangi setiap loket airlines berkombinasi apik dengan rasa lapar yang teramat sangat membuat gw semakin lunglai. Rindu pada kekasih yang sudah terlanjur membuncah dan tumpah ruah dari dasar hati terpaksa pula harus ditangguhkan hingga esok hari. Selembar tiket penerbangan paling pertama subuh esok sudah gw gengam dan gw dekap bersama malam yang terus bergulir menyelimuti Bandara Soekarno Hatta. Yah kali ini gw kembali terinfeksi penyakit gila No 64: MENGGEMBEL DI AIRPORT.
Baju yang harus selesai dalam 12 jam
Tidur di Airport
Menunggu boarding dengan muka ngantuk dan belom mandi

Senin, 21 Mei 2012

Galau di Toilet

Posisi gw mulai gak tenang, jaket cordorai cokelat muda yang gw padankan dengan kemeja cokelat tua bermotif garis dan jeans cokelat kopi serta boots mulai membuat gw gerah sendiri. Dihadapan gw, sepotong steak dengan harga setengah juta rupiah ditambah sekerat rainbow cake hasil karya seorang chef yang katanya jebolan sebuah program masak-masak di tivi belom lagi gw tandaskan kedalam perut gw dan membuat gw sedikit enggan beranjak dari kursi kayu mahoni yang gw duduki siang ini. Tapi semakin lama, semakin gw tahan, semakin tak nyaman posisi duduk gw, seperti ada bisul di pantat yang mau pecah, duhhhhh dilema. Kenapa saat-saat seperti ini datang tidak pada moment yang tepat. keringat sebesar biji jagung mulai keluar dari pori-pori kulit jidat gw yang menandakan gw harus segera bangkit dari duduk gw, atau sesuatu yang tidak menggenakkan akan terjadi di cafe yang sedang happening ini. Tergesa gw beranjak dari meja gw, menuju pojok lain cafe minimalis ini. sebuah ruangan yang juga minimalis dengan cermin yang tertempel hampir disemua bagian dindingnya sehingga memberikan efek bangunan yang luas. beruntunglah hanya gw seorang diri dalam ruangan yang tak sebera besar ini, jika tidak entah kemana akan gw taruh muka gw ini ketika dengan sekonyong-konyongnya gw berlari ke arah kaca besar yang gw sangka masih lorong yang akan membawa gw ke sudut paling pojok. Gw terhantuk kaca kawan, dan meninggalkan suara "BUKKKKK" yang cukup keras. Seorang diri.... Yah....gw seorang diri duduk disana, nyaris beberapa lama mengeluarkan dan membuang semua yang harus dibuang dan membuat gw galau mampus beberapa menit lalu. Jemari gw mulai meraba-raba sesuatu, mencari-cari tuasnya. astagahhhh kemana dia? biasanya dia ada di sisi sebelah kanan, tapi ini kenapa gak ada? tangan kiri gw pun secara reflek ikut mencari di sisi kiri, tapi gw benar-benar tak menemukannya! Kali ini gw bukan lagi galau melainkan panik! Anjrittttttt, kemana keran toiletnya astagahhhhh moso gw gak cebok sih, arggggggghhhhhhhh Arsitek guoblok mana sih yang bangun cafe ini? loe kata disini Eropa, Amerika apah? bikin toilet gak ada keran airnya. moso gw harus cebok pakai tisu

Senin, 07 Mei 2012

Kamu buang aku

Baru saja ku hempaskan pantatku ke kursi Bar ketika dua baris kalimat aku terima dilayar ponselku. "We never meet again"..... "This is my life" Dua baris kalimat yang membuatku nelangsa seketika, seperti ada sebongkah gunung es yang dilemparkan tepat di jantungku, kemudian membekukan seluruh syaraf di tubuhku. Tak ada puting beliung tak ada petir tapi tubuhku bergetar Nelangsa! Kamu tau?! Segelas teh yang masih mengebulkan asap panas dari cangkir merah yang terhidang dihadapanku, aku teguk bulat-bulat, tak terasa panas melainkan dingin. Kemudian... Satu satu moment yang membuatku terlena lalu lalang dipelupuk mataku. ketika satu baris kalimat "Cintaku takkan berkurang dari hari kehari" terucap dari bibirmu, ketika kulingkarkan lenganku kepundakmu bersama lagu-lagu cinta Kahitna, ketika jemari kita saling genggam dengan erat, ketika tiba-tiba bibirmu mendarat mulus dibibirku, ketika kamu sandarkan kepalamu di pundakku kemudian kita tertidur bersama laju bus yang membelah jalan Ibu Kota, ketika kita berlari dan menghentikan langkah diantara gerobak-gerobak sampah yang terparkir di sisi jalan, ketika aku dan kamu saling berpelukan dengan damai, ketika kita melahap sepotong ayam bakar, ketika kita bercerita tentang banyak hal, ketika kamu membiarkan aku menyuapkan sepotong bebek panggang ke mulutmu, ketika kamu memutarkan lagu "pencuri Hati", ketika lagu Sisa Cinta kamu perdengarkan padaku, ketika kamu membuatku menangis dan aku tetap bertahan dengan keyakinanku. Dan hari ini...... Hari ini, kamu buang aku seperti sampah, setelah kamu membuatku melayang menembus langit ketujuh.

Kamis, 26 April 2012

Material Girl

Berawal dari Direct Message seorang kawan yang nangkring di Twitter gw-lah yang pada akhirnya membuat pinsil warna gw malam ini menari-nari di atas permukaan sketch book gw. Kebaya yang dulu dianggap kuno dan traditional bertansformasi dalam wujud kekinian ditangan gw. waktu terus memburu, dan limmit gw tak lebih dari 24 jam saja untuk segera menyelesaikan design kebaya ready to wear ke meja panitia. Dengan sisa-sisa tenaga gw mencoba menguras semua energi gw untuk menyatukan semua ide yang sudah kadung kepalang tumpah ruah dan ruwet disyaraf otak gw. "Material Gil" dengan outlook Harajuku yang terinspirasi dari sebuah toko perlengkapan jahit di pasar yang sering gw sambangi setiap hari menjadi sumber gw menggali ide ini. Bentuk kancing warna warni yang berderet rapih, gulungan pita cotton yang menjuntai, pita-pita kecil aneka warna yang mendiami kotak-kotak kaca dan berderet rapih dalam etalase toko dan biasanya hanya digunakan sebagai pelengkap outfit perempuan, ditambah klasiknya kebaya kutubaru, serta image sebuah produk pewangi pakaian menjadi sebuah kesatuan design yang menghantar gw menjadi salah satu diantara 18 finalis yang sudah tersaring dari 151 sketsa yang diterima oleh penyelenggara. Lebih dari 48 jama berlalu, Eforia Lomba rancang Kebaya Majalah Kartini 2012 berlalu dan menjadi bagian sejarah perjalanan karier gw. haru yang membiru terselip disudut hati gw manakala menyaksikan karya gw yang membalut tubuh model gw malam ini, melenggang di hadapan Ibu Negara dan 1000 undangan yang hadir memenuhi Hall C arena PRJ Jakarta. Menang dan kalah adalah bagian dari lomba, namun bukan itu esensi yang bisa gw petik. Tapi proses panjang yang gw lalui untuk sampai ke titik ini yang membuat gw bisa legowo menerima kenyataan kalau bukan gw pemenangnya.
In this portfolio: Model by Ochie Photographer by Djamil Indria Finalis Lomba Rancang kebaya Majalah Kartini 2012 Event : Kartini Awards 2012 Location : Hall C arena Pekan Raya Jakarta (PRJ)