Sabtu, 22 Oktober 2016

Wiro Sableng



Wiro Sableng, sebuah novel yang pernah sangat heits di jamannya dengan tokoh yang gak pernah lekang di makan jaman. Bahkan anak-anak sekarang yang melebeli dirinya dengan generasi Kekinian tetep saja mengenal sosok pemilik tato 212 di dadanya ini. Novel yang ditulis oleh mendiang ayah aktor kawakan Tanah Air Vino. G Bastian ini bahkan pernah menjadi bacaan wajib gw di jaman puber. Wiro Sableng boleh jadi salah satu tokoh rekaan yang melegenda di Indonesia, tidak saja buku-buku dengan pelbagai judulnya yang laris di pasaran, karakter ini pun pernah hilir mudik di layar televisi, layar perak bahkan feeling gw juga mengatakan bahwa film kolasal ini pun wara wiri di layar-layar tancap.

Nah, supaya tetap melegenda, si pendekar sableng yang di asuh dan dibesarkan oleh Guru silatnya: Sinto Gendeng kembali diangkat oleh teman-teman gw di MATTEBOXSTUDIO untuk #FESTIVALIKLANBUKALAPAK

Bang Wiro


Wiro Sableng by David
Sinto Gendeng by Fei
Raja Lemak by Ius
Wanita di goda by Nisfi
Director by Riza Toha
DOP by Akmal
Crew by Fikri
Make up by Mitha
Hair do by Dhika
Producer by Shita

Dannnnnnnnnnnnnnnnnnn
gw kebagian peran sebagai Sinto Gendeng aja kawan dalam video ini. Sah gw di tasbihkan jadi aktor figuran sejati. dimana-mana kebagian jadi figuran. Bahkan di arena percintaan pun gw tetep sebagai figuran!!!!!

Lebih mirip Mbah gayung daripada Sinto Gendeng

Pertama kalinya dalam hidup gw pake Konde dan di Sasak rambutnya.


But im happy to join this project. Sebagai orang yang cinta mati sama animation, bisa gabung di project yang ada sentuhan animasinya itu keceh luar biasa kawan. dan jujur aja mulai dari Pre Production, Production, sampai Post Production project kali ini cukup memakan energi. Gw rela Melek semalaman suntuk untuk bikin wardrobe Sinto Gendeng, walhasil pergi syuting dengan kondisi belom tidur, ditambah harus nelangsa kala di usir paksa dari kawasan Universitas Indonesia karena selain mahasiswa dan komunitas film mereka DILARANG KERAS melakukan pengambilan gambar dikawasan kampus sejuta umat itu. Dari Kawasan Depok team kami mengarah ke satu situ yang gw lupa namanya dan menemukan bahwa disana tak ada hutan selain danau yang cuma ada perahu bebek-bebekannya. Pilihan terakhir adalah mengarahkan teman-teman yang nyaris putus asa ini ke kawasan satu villa di daerah Cinere yang pernah gw jadikan sebagai lokasi photoshoot kali kedua ready to wear fashion brand gw dan kami pun harus mengelus dada manakala mendapati bahwa lokasi yang gw maksud telah berubah wujud menjadi perumahan mewah. Thanks God, tak ada pilihan lain selain melakukan pengambilan gambar di taman rumah DOP (Director Of Photography alias kameramen) tentu saja dengan derai air hujan yang mulai tumpah ruah dari langit disaat menjelang scene-scene terakhir. 

Jangan sedih, kemalangan tak sampai disitu saja teman, masuk ke tahap Post Prodoction yang gak kalah ribet dan membutuhkan ketenangan jiwa lahir dan bathin, Mattebox, kebanjiran project deadline. jadi bisa ditebak kalau ending dari semua ini adalah submit yang mendadak dangdut dengan tenggat waktu yang diberikan oleh buka lapak. 


So wish us very luck on this competition.

Jumat, 14 Oktober 2016

Geulis


Katanya, dari obrolan yg gw cerna dari beberapa pelaku mode di Indonesia, beberapa Fashion Designer kerap melakukan ritual-ritual khusus ketika akan menentukan sebuah tema yang akan diangkat pada presentasi koleksi teranyar mereka. Puasa, misalnya. Mungkin tujuannya supaya karya terbarunya bisa diterima dengan baik oleh khalayak luas yang berujung pada terkumpulnya pundi-pundi dalam bank account nya. 

Tapi, gw pribadi, sebagai orang yang gak sengaja bersinggungan dengan dunia mode yang kemudian memutuskan untuk nyemplung sekalian ke industri ini, malah gak pernah kepikiran untuk melakukan hal-hal seperti itu. Boro-boro mikirin ritual pendukung seperti itu, kebanyakan persiapan untuk mengeluarkan koleksi baru justru prosesnya lebih sering secara random. Gw bisa memulainya dengan membuat design lalu berburu material dan peritilan-peritilannya kemudian meramu konsep photoshoot untuk keperluan campaign dan tahap terakhir memutuskan tema apa yg sesuai dengan semua outfit yg ada untuk kemudian gw terjemahkan ke dalam bentuk tulisan semacam product knowledge-nya. Tapi proses itu semua gak melulu harus seperti itu. Terkadang proses diatas malah gw jungkir balikkan urutannya. 

Seperti koleksi perdana ready to wear gw yang presentasinya dilakukan 2015 lalu. Kata "Geulis" yang tiba-tiba terlintas dibenak gw kala photoshoot sedang berlangsung di tengah malam buta di satu spot populer tempat mangkalnya manusia-manusia urban Ibu Kota akhirnya gw tasbihkan menjadi tema untuk koleksi baju siap pakai gw ini.

               



   
Secara garis besar, koleksi ini adalah refleksi gw pada teman-teman Fashion Blogger dan Fashion Stylist yang cara berpakaiannya tidak pernah biasa-biasa saja, always edge, ra'umum. Lalu, kesukaan gw pada seni Grafiti dan Mural pun juga gw tambahkan disana untuk pattern materialnya. Sehingga mencapai satu kesimpulan untuk total looknya yakni CANTIK a.k.a Geulis dalam bahasa sunda. 







Video Campaign:


Video Fashion Show






Rabu, 05 Oktober 2016

Laguna Wediombo

Lensed by Fei

Wediombo Beach barangkali tak sepopuler Pantai Kuta ataupun pantai dengan bebatuan alam berukuran raksasa di Belitung, Tapi keeolakan paras pantai berpasir putih dan batu karang kokoh yang membingkainya tak kalah rupawan dibandingkan dengan pantai yang banyak tersebar di seantero Negeri ini. 

Nama Wediombo yang berarti "Pasir yang Luas" rasanya tak begitu tepat disandangkan pada pantai di teluk Gunung Kidul ini. Karena nyatanya ukuran pantai ini pun tak seluas namanya. But whatever, Pantai ini memang luar biasa cantik. Di sisi kanan di Bingkai oleh pegunungan batu yang menjorok ke arah laut, sementara disisi kiri terdapat laguna (kolam alami) yang terbentuk dari lava lutusan gunung api -/+ 40 juta tahun lalu, dan buat gw inilah daya tarik yang membuat gw harus menemukan tempat ini, walau harus menempuh perjalanan melelahkan dari pusat kota Jogja.



Dua jam perjalanan menggunakan motor dengan kombinasi track jalan berliku dan belokan tajam menjadi sensasi tersendiri untuk bisa sampai ketempat ini. Namun hamparan perkebunan masyaraakat yang menghiasi kiri kanan jalan ampuh mengobati rasa lelah yang sudah menggelayuti punggung dan pantat yang keram karena kelamaan duduk di jok motor.

So, Jogja itu bukan hanya sekedar Kraton, Gudeg dan Candi. Jadi kalau punya kesempatan untuk berkunjung ke Jogja, jangan ragu-ragu untuk melihat jogja dari sisi yang berbeda. Coba intip DISINI untuk tahu rute yang bisa loe lalui untuk bisa menginjakkan kaki ke pantai WediOmbo.


Nangkring dulu lah, kali aja ada jodoh yang lewat.



 Finally bisa berenang di Laguna yang dikelilingi oleh Lava berumur puluhan juta tahun

 Eeeehhh.....ada yang muncrat :p





So, for me Traveling is about the process to destination. Sepakat???

This is the Vlog