Selasa, 31 Maret 2009
My Beautiful Lady, Forever
Disebelahnya berdiri pria jangkung dengan kaos robek disana sini lengkap dengan sarung kotak-kotak biru cenderung kumel, dengan puntung rokok Djarum Black yang tinggal 1/4 bagian nyaris habis karena dihisap dengan penuh kesumat, hingga asap yang dihembuskannya terlihat buyar penuh amarah.
Mata perjaka ting-ting itu menatap jauh ke depan dengan ekspresi sedih, takut dan bengong. Tatapan lelaki jangkung kurus dengan wajah coklet berkilat-kilat karena minyaknya yang berlebih dengan ekspresi yang sukar digambarkan dengan kata-kata.
Lama keduanya diam dalam bisu, sementara waktu terus bergerak menuju angka 13.15 WITA, jam masuk sekolah bocah beranjak ABG itu. tapi tak ada keberanian setetes air pun yang berani membuatnya bergeser dan melangkah dari ambang pintu tempat mereka berdua berdiri.
10 menit sebelumnya
bocah ABG berseragam putih biru : Tolong mintain uang jajan sama mamaku dong
temen bocah : mamamu dimana?
bocah ABG bersergam putih biru : dirumah.
5 menit berlalu.
temen bocah : aku gak berani, bapakmu tadi marahin aku. kamu disuruh pulang.
bocah ABG berseragam putih biru : tapi aku mau sekolah
teman bocah : Bapakmu suruh kamu pulang.
Matahari memang menyengat sekali siang ini, kota di sela khatulistiwa ini memang selalu bermandikan cahaya matahari dari pijar bola besar yang nun jauh dibalik birunya langit dengan awan putih menggantung. Perempuan itu, separuh baya usianya kini. dengan sarung menutup kepalanya persisi perempuan-perempuan bugis kebayakan yang sedang menyemai padi disawah, tapi perempuan ini tidak sedang menyemai padi melainkan memetik pucuk-pucuk daun singkong untuk dijual dipasar sekedar membeli lauk untuk malam ini. Siraman cahaya matahari yang panas membakar kulit ari, tak dihiraukannya, bulir-bulir keringat sebesar biji jagung yang keluar dari pori kulit dahinya hanya diseka dengan punggung tangan. Sudah nyaris penuh bakul anyaman bambu dipunggungnya, hingga perempuan itu menepi dibawah rindangnya pohon rambutan, disana ada pohon pohon singkong yang tumbuh liar.
Sudah hampir jam masuk sekolah, bocah ABG berseragam putih biru dengan takut-takut memandang wajah bapaknya yang sudah mereda raut marah dari wajahnya.
Bapak: pergi sudah sekolah, lain kali kalau mau minta uang jajan, minta sendiri.
katanya sambil menyodorkan selembar seribu usang ke arah anaknya. bocah ABG menggeleng pelan, tak disambutnya kertas biru lusuh dengan tiga angka nol yang tercetak disana. bathinnya berkecamuk. segera berbalik badan dengan langkah-langkah besar menuju sekolah yang jaraknya hanya beberapa depa dari rumahnya. cukuplah lima menit untuk sampai tepat waktu ke sekolah dengan cukup berlari-lari. tangisnya ingin pecah, sedihnya menyelimuti hati, ingin berlinang air matanya, menyesal dia bertindak bodoh tadi, siang ini kembali disaksikannya perempuan itu berjuang untuknya, untuk keluarganya. berlari dia, terus sampai napasnya sesak.
Bocah ABG berseragam putih biru dengan rambut lepek kebanyakan gatsby adalah gue 14 tahun lalu. pria tinggi kurus itu adalah Bapakku, dan perempuan penyemai daun singkong itu Ibuku, dia Pahlawanku, she is my wonderwoman. Takkan habis cintaku untukmu, rinduku telah membuncah sekarang, ribuan mill jarak kita kini, but you still my women. i love u mom. kali ini air mata ini benar-benar berderai.
Minggu, 29 Maret 2009
Me Vs Reno
Tapi gw, boro-boro bau wangi, yang ada emosi maksimal gw sudah sampai ke ubun2, hati gw ketar ketir tak karuan, amarah gw sudah meluap-luap dan ingin segera melabrak perempuan biang kerok ini.
The story goes.......
Gue: “Ngapain loe bawa-bawa gue waktu loe dipanggil guru BP?”
Reno: “Ge-eR! Siapa yang bawa – bawa loe?”
Gue: “Brondong lo tadi yang bilang ke gue, dan dia ngelabrak gue dirumah”.
Reno: “Baguslah, biar imbang. Jangan jadi Bencong yang Cuma berani sama perempuan”.
AdsfatrrljdddfkdfhjnbgytBVJSHLAKJHHJNJAH……………
KE…PLAKKKKK……!!!
Reno memegang pipinya sambil nyanyi lagunya Betharia Sonata. (sayang ini bukan photo reno)Lihat lah tanda.
Merah dipipi
Bekas….gamparan tanganmu……..
KE….PLAAAKKKK…..!!!
Pipi gue tiba-tiba berasa panas, anjrit gue ditampar balik. Cesss....pipi gw berasa panassssssss...
PLAKKKKKKKKKKKK......dan gw pun menamparnya kembali, kali ini pipi kanannya yang terkena tamparan maut gw, sebenernya tamparan kali kedua ini hanya untuk jaga2 supaya wajahnya tetap simetris.
Adegan tampar2an itupulalah yang mebuat gw nge-hits maksimal keesokan harinya. Mulai dari gerbang sekolah, parkiran sekolah, lapangan sekolah, kantin sekolah tempat gue ngutang bakso dan gorengan kalau lagi gak dapet jatah jajan dari nyokap, ampe orang ee’k ditoilet sekolah semua ngomongin gue. Duh senengnya #Padahal sedang dihina dina#
Sabtu, 28 Maret 2009
Ssssttttt........Dia denger
Gue, mau gak mau jadi percaya! Mari kita cari tahu jawabannya.
Tahun 2001 untuk pertama kalinya gue ngerasain yang namanya naik pesawat (inget yah dalam cerita ini yang gue maksud adalah pesawat terbang, bukan pesawat televisi atau pesawat telepon). Pertama-tamanya deg-degaan abis, takut aja pas take off pesawatnya meledug (loe kata kompor minyak tanah!), eniwei temen-temen gue yang udah pernah naik pesawat pernah bilang ke gue begini:
Temen gue: “Tar kalau pesawatnya take off loe ngemut permen aja.”
Gue: “Untuk apa?”
Temen gue: “Biar kuping loe gak sakit”.
Gue: “……”
Maka jadilah pada saat take off gue ngemut *tete* permen sebanyak-banyaknya, tapi temen yang duduk disebelah gue (gue lupa namanya, jadi kita namai dia TemenYangGueLupainNamanya, kalau disingkat TYGLN) kelihatan gelisah banget, bentar-bentar megang kupingnya yang sebenarnya kagak kemana-mana.
Gue: “Loe kenape sih?”
TYGLN: “Kuping gue sakit banget”.
Gue: “Emut neh *tete* permen”.
Sejak sebelum take off, suasana di dalem pesawat yang hampir seluruhnya dipenuhi oleh bocah-bocah berseragam putih hitam yang kalau disandingkan dengan tai cicak, bisa dipastikan akan ada dialog berikut ini:
Cicak 1: “Ya oloh T---i kita kok besar kecil gitu yah?
Cicak 2: “Pasti T---i yang besar itu milik cicak yang lagi kena ambeyen!”.
Oke, udah mulai ngaco, kita balik lagi ke topik awal. Jadi suasana didalem pesawat ketika itu lebih mirip suasanan di peterrnakan cicak sapi, sumpah brisik banget. AnakAnakDenganSeragamPutihHitamYangMiripTa’iCicak lagi sibuk photo-photo. Pramugari yang lagi bagiin lunch box dipaksa untuk ikutan photo-photo dengan gaya super najis. Tiba-tiba pesawat nge-rem mendadak dan ketika gue mencoba mencari tahu melalui kaca tembus pandang disebelah gue, ternyata berentinya pesawat yang tiba-tiba karena macet saudara-saudara (oke bagian ini gue ngibul).
Waktunya lunch sodara-sodara, dengan rakus gue dan yang lain segera meludeskan makanan didepan kita tanpa ampun, sampai bagian ini semuanya masih berjalan lancar, namun ketika TYGLN sudah menghabiskan makan siangnya, TYGLN meletakkan bekas lunch boxnya ditengah jalan sodara-sodara, hingga membuat pramugari yang kebetulan lewat jadi ngamuk tapi dengan cara yang teramat sopan dan santun.
Pramugari: “Sini saya bantu mas, bekas lunch box nya jangan ditaruh ditengah jalan”.
Anjrit gue jadi ikutan malu sama kelakuan TYGLN yang super Ndeso bin Katro (meminjam kata-kata Tukul Raynaldi Rahwana), bung ini pesawat bukan warteg.
Ternyata kebodohan-kebodohan TYGLN masih berlanjut hingga kita sudah berada di dalem Bus full AC yang saat itu tengah meluncur meninggalkan airport dan akan membawa kita ke Desa Wisata, TMII. Saat itu TYGLN duduk persisi dibelakang gue dan tiba-tiba dia nyeletuk lagi…
TYGLN: “Monas kok belum kelihatan yah? Gedung-gedung tingginya juga belum kelihatan”
Dalem hati gue: Yah iyalah dodol, secara kita di tol.
Duh nih anak! Kayaknya bagus kalau direbus dalam tungku air panas dengan suhu 1000o C, setelah mendengar kata-kata super konyol itu, gue pun tertidur karena kecapean setelah menempuh perjalanan yang jauhnya amit-amit. Gue baru terbangun ketika bus yang kita tumpangi baru saja akan memasuki gerbang TMII, dan TYGLN kembali berkomentar:
Gue: “….”
inilah tugu pancasila yang dia maksud dengan monas itu!!!!
Besoknya kita dalam perjalanan menuju tempat latihan dilapangan tenis kemayoran (dari ujung-ke ujung neh trafictnya) dan saat itu gue sebangku dengan IPHE, tapi gue lebih seneng manggil dia PEREK (dia bukan jablay loh!), sebagai teman yang baik hati, maka gue pun mulai berbagi cerita kelakuan aneh TYGLN yang super Ndeso, Katro dan dodol itu, sementara perek hanya bisa ketawa ngakak ampe mukannya jadi item seitem pantat panci nyokap gue. Dan tanpa disangka-sangka….
TYGLN: “Iya saya emang kampungan”.
Gue menoleh ke asal suara yang ternyata tepat dibelakang gue dan mendapati TYGLN sedang duduk disana dengan wajah penuh dendam kesumat. Mampus!!!
Tips:
Janganlah suka ngegossipin orang-orang ndeso n’ katro yang lagi duduk persis dibelakang loe, itu Dosa kawand, mendingan nonton Black In news di trans 7 lebih manfaat.
PS:
Lalu apa “benang merah” cerita super panjang ini dengan topik: aura positif dan negative?
GAK TAHU!!! Kalau gak nemu benang merahnya, ganti aja pake benang hitam. Gitu aja kok repot!!!!
Vincent "Ratu Goyang Ngesot"
Tapi bagaimana mungkin? Kentut aja dia fals gimana mau jadi penyanyi dangdut? Lagian ngebayangin Vincent joget aja udah pengen bolak balik toilet, gimana pula kalau harus ngelihat dia pakai baju ketat penuh payet warna warni, lengkap dengan rumbai-rumbai panjang di pinggul plus goyangan pantat teposnya yang aduhai, dengan gaya ala Ratu Goyang Ngesot, pasti jijay bajaj banget!!! But it’s real! Swear tekewer-kewer!.
Jadi kejadian tolol yang mengatas namakan “profesionalisme” dan tuntutan profesi itu terjadi ketika gue ikutan audisi VJ Hunt di citos. Setelah lolos audisi di casting both, gue juga diharuskaan ikutan sesi audisi diatas stage dan ditonton beratus-ratus orang yang tumplek plek disana. Gue masih inget saat itu yang jadi VJ nya adalah VJ Vincent dan VJ Chaty dan diatas stage itulah peristiwa dodol itu terjadi. Sebagai peserta audisi ceritanya gue sudah menjelma menjadi seorang VJ dan gue ngebawain MTV Salam Dangdut aja gitu saudara-saudara! Dibagian opening gue bilang begini…..
Gue : “Jadi anak nongkrong, sekarang di dunia perdangdutan bayak banget bermunculan penyanyi-penyanyi baru dengan embel-embel ratu goyang. Ada ratu goyang ngebor, ada ratu goyang ngecor, ratu goyang patah-patah (ini penyanyi dangdut habis digebukin warga kampung kali yah? ampe patah2) ada ratu goyang gregaji, ada ratu goyang blender, ratu goyang gurita (oke yang dua terakhir gue ngasal), nah bentar lagi dunia perjogetaan kita tercinta ini, suka tidak suka, mau tidak mau harus mau!!! (dengan nada memaksa) menerima munculnya seorang penyanyi pendatang baru yang dijuluki Ratu Goyang ngesot.”
Vincent: “Oh Tuh penyanyi dangdut sodaraan ama suster ngesot kali ya?”
Gue: “Bukan!!! Itu suster ngesot yang udah pensiun jadi suster dan sekarang alih profesi jadi penyanyi dangdut. Nah dari pada dia susah-susah buat image baru, makanya dia tetep eksis pakai embel-embel *Ngesot* sebagai trend mark nya yang udah paten”.
Vincent: “Praktekin dong goyang ngesotnya.”
Gue: “Eittttttt…nggak bisa gitu dong caranya! Gue siapa?”
Vincent: “VJ”.
Gue: “Loe?”
Vincent: “Artis”.
Gue: “Jadi siapa yang harus ngesot?”
Vincent: “Gue”.
Gue: “Ngesot dah kalau gitu”.
Vincent: “Kok jadi gue yang dikerjain? Siapa yang ikut audisi neh sebenernya?”
Maka berakhirlah adegan ngesot mengesot hari itu, yang diperankan secara apik dan ciamik oleh Vincent club 80’s dengan gemuruh tertawaan dan caci maki penonton, untung aja duit koin, sepatu, sandal, kamera gak ikut melayang nimpukin kita di panggung, sementara VJ chaty hanya berdiri diujung panggung dengan xpresi abstarak. Gue rasa saat itu VJ chaty berfikir…
VJ Chaty: “Gila loe Ncent, mau aja dikerjain ama bocah gak jelas ini.”
Sedangkan gue langsung ngacir pakai jurus kaki tanpa bayangan sembari mendendangkan dalam hati "harusnya gue bisa ngedapetin piala dan seperangkat alat sholat dari ajang Black Inovation Award" karena sudah menemukan inovasi dan terobosan terbaru dalam mempermalukan artis di depan fans, wakakakakakkkkkk.....*ketawa setan habis nelen biji salak tiga kilo*
Kamis, 26 Maret 2009
Wartegsisapi
"Wuzzz...
langkah gue terhenti beberapa detik, laju motor hitam besar dengan stiker "Djarum Black motor community" sempat membuat gue tertegun.
tapi rasa lapar yang teramat sangat membuat gue kembali melangkahkan kaki gue menyebrangi jalan menuju Warteg yang berdiri cantik dengan warna pinknya 5 meter dari hadapan gue kini.
Warteg dan Jakarta ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Bukti autentiknya mudah ditemukan dan tersebar hampir diseluruh pelosok-pelosok Jakarta, jadi gue gak perlulah memaparkan hasil survey disini.
WARTEGSISAPI ini bisa dikatakan super heronya para “Tukang”, mulai Tukang Mahasiswa Rantau melarat, Tukang Anak Kos, Tukang Karyawan Mall, Tukang Panggul di tanah abang, Tukang ojek, Tukang sopir bajaj, sampai Tukang Colong Kolor.
Gue yang masuk kategori “TOekang anak Kos Abadi, disingkat TOKAI” yang udah lumutan di Jakarta, juga menjadikan Wartegsisapi sebagai dapur umum yang murah meriah. Mulai Breakfast, Lunch sampai Dinner selalu di Wartegsisapi, 7 hari dalam seminggu, 31 hari dalam sebulan, 3x dalam sehari always nongkrong di Wartegsisapi. Terlebih jika dompet menipis ditanggal-tanggal tua, maka Wartegsisapi inilah yang menjadi SUPERHERO gue yang paling gue cintai.
Disekitar apartement gue, ada beberapa Wartegsisapi yang menjadi langganan gue. Empunya Wartegsisapi sampai hapal muka gue yang hobi ngutang ditanggal tua dan muda (gue = profil pemuda kere’). Biasanya gue akan berpindah dari satu Wartegsisapi ke Wartegsisapi yang lain kalau utang udah numpuk, semua menu sudah pernah dicicipin dan nemuin ketidak beresan dimakanan yang disajikan. Gue pernah tergila-gila sama Wartegsisapi mbak imut (kita sebut aja gitu) selain karena tempatnya yang lumayan bersih, makanannya murah meriah dan ada satu pelayannya yang imut-imut, tapi setelah peristiwa berikut:
Gue : “Mbak, sayur kacangnya kok ada ULATNYA sih?”
Vitamin tambahan pala loe onta, HOEKKKK……
“Sayur terong+nasi+ikan kembung goreng+telor bebek asin dan semangkuk soto ayam” (Wuihhh….Porsi tukang gali sumur yang rakus) menjadi menu paporite gue di wartegsisapi Ibu gendut, rasanya Ma’Nyosss…!!!. Tapi sekarang gue udah hengkang lagi. Wartegsisapi Cece sunda kini menjadi pangkalan baru gue. Wartegsisapi Cece Sunda ini buka 24 jam kecuali sabtu dan minggu libur, selain itu kelebihan lain wartegsisapi ini, terletak pada makanannya yang selalu fresh. Gak bakal loe temuin makanan yang udah berhari-hari dan berubah rasa, bentuk dan warna karena keseringan dipanasin di wartengsisapi ini.
Sebenarnya udah Pewe banget di wartegsisapi ini, tapi gue siap-siap cabut lagi ke wartegsisapi berikutnya. Pasalnya pernah suatu hari gue lagi lunch dengan indahnya, tiba-tiba gue menemukan LALAT IJO tergolek tak berdaya di orek tempe yang sedang gue makan plus tikus kecil (baca: CURUT) yang sedang hilir mudik bak model yang lagi peragain celana dalam terbaru di dalam etalase tempat Si Cece memajang makanannya.
Tu………haa…….aaaaaa…..aaaaaa….nnnnnn, tolooooo…..ng lah hambamu….....
Dari sengsara…..sengsara…..kareeee….naaaaa warteggggg…..sisapi……
Jreng….jreng….jrengg…..
Tunjukkan kemana langkah ku ini……
Dalam hidup…dalam cinta…..……
Ada TIPS jitu neh buat memudahkan loe semua NGUTANG diwartegsisapi.
1. Kalau lagi makan diwartegsisapi usahakan jangan pakai lauk standart (tahu dan tempe) tapi yang rada mahalan dikit, seperti ayam, ikan, telor ceplok, telor asin, dll. Plus teh manis anget atau es teh manis, jangan air putih doang karena itu akan merusak citra loe sebagai calon Ngutangers.
2. Usahakan makan di wartegsisapi langganan loe dengan menu di atas, 3x sehari, 7 hari dalam seminggu, 31 hari dalam sebulan, 345 hari dalam setahun.
3. Ajak ngobrol pelayannya. Kalau perlu ajak nonton di 21 dan makan malam di restoran bintang lima.
4. Anggap wartegsisapi langganan loe seperti dirumah sendiri, jadi loe bisa nambah nasi gratisan.
5. Jika semua langkah diatas udah loe lakuin, sekarang tinggal Ngutang. Jangan lupa pasang wajah memelas, biar Si Empunya wartegsisapi percaya kalau loe lagi bokek atau kanker = kantong kering.
6. Bayar utang-utang loe diakhir bulan. Kalau belum punya duit, jangan nonggol di wartegsisapi itu dan carilah wartegsisapi lain yang bisa loe utangin.
7. Selamat NGUTANG.
Rabu, 25 Maret 2009
Pengemis dan uang 10Ribu Rupiah
Berhubung hari itu hari jum’at yang artinya sebagai lelaki baliqh gue diwajibkan untuk sholat jum’at, maka setibanya di terminal busway di blok m, gue pun menuju Pasar Raya Grande blok- M untuk sholat jum’at dan makan siang setelah itu. Setelah mampir sebentar ke toilet di- foodcourt, atas petunjuk seorang satpam yang gue jumpai didalam lift, gue pun menuju parking area di lantai lima yang hari itu disulap menjadi musolah dadakan.
Dimusolah itu anginnya sepoi-sepoi bener, membuat mata gue bener-bener seperti digantungi gunung ribuan ton, gile gue ngantuk berat, maka jadilah tausiyah sang ustadz yang terdengar sayup-sayup hanya menjadi soundtrack bobok siang gue waktu itu. Hingga satu bagian dari ceramah sang ustadz yang membuat gue terbangun tiba-tiba……
Ustadz: “Ada sebuah keluarga (ayah, ibu dan seorang anak) yang baru saja selesai shopping disebuah mall ternama di Jakarta, dengan kantong-kantong plastik berisi belanjaan hari itu, keluarga kecil itu melenggang santai menuju pintu keluar, tiba-tiba didepan pintu pusat perbelanjaan mewah itu, keluarga kecil itu dihadang oleh dua orang pengemis (terlihat seperti ibu dan anak) dan terjadilah perbincangan singkat berikut ini”.
Pengemis: “Bu, Pak mohon sedekahnya”.
Si Ibu kemudian mengeluarkan dompet dan mengeluarkan selembar uang seribu rupiah yang sudah lusuh dan memberikannya pada kedua pengemis itu. Si pengemis melihat selembar uang seribu rupiah lusuh ditangannya dengan perasaan nelangsa, merasa tidak cukup si pengemis tua kembali memberikan isyarat seperti ingin mengatakan “kami butuh makan, dan seribu rupiah yang ibu berikan tidak cukup untuk membeli makanan”, kira-kira begitu mungkin! Tapi karena terlalu nista untuk mengatakannya sang pengemis tua itu hanya sanggup memberikan bahasa isyarat.
Air mata gue mulai menganak sungai, mengalir dari sudut mata gue dan terus membasahi pipi hingga bermuara diujung celana gue. Gak tahu kenapa gue begitu terharu mendengar tausiyah sang ustadz.
Si Ibu: “sudah itu aja, nggak ada lagi”.
Tapi setelah itu, bersama sang anak dia menyeret langkah kecil mereka menuju ke penjual gorengan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri tadi, membeli beberapa gorengan dan tanpa perduli dengan luka hati sang pengemis tua, si ibu dan anak asyik mengunyah gorengan yang baru saja mereka beli.
Sementara Si bapak kemudian melangkahkan kakinya menuju mesin ATM, memasukkan kartu ATM dan memencet rangkaian PIN disana dan sejurus terlihat senyum mengembang dari sudut bibirnya demi melihat angka jutaan rupiah, jumlah yang cukup besar yang baru saja ditransfer oleh perusahaan sebagai gaji bulan itu. Si bapak kemudian mengambil beberapa ratus ribu dan kembali ketempatnya semula. Disana dia masih menemukan si pengemis tua bersama anaknya, merasa iba si bapak kemudian mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu dan memberikannya kepada si pengemis tua, yang disambut dengan senyuman bahagia disertai ucapan ribuan terima kasih dengan penuh rasa syukur, juga sebaris doa….
Pengemis tua: “Ya allah, yah..robbi, berikanlah keluarga ini kebahagiaan dunia dan akhirat, lancarkan rezekinya, berikan kesehatan, jadikan keluarga mereka keluarga yang sakinah, mawad’dah, warahmah, permudah segala urusannya dan perlancar pekerjaaannya”.
Setelah melafalkan doa untuk keluarga si bapak, si pengemis tua pun beranjak pergi.
Pengemis tua: “Ayo nak, kita beli makan”.
Si bapak hanya bisa berdiri terpatung dan tak sepatah kata pun yang bisa terucap, hatinya tersentuh oleh kemuliaan hati sang pengemis, yang begitu tulus mendoakan diri dan keluarganya. Dia HANYA memberikan sepuluh ribu untuk tambahan kepada si pengemis tua itu dan beribu ucap terima kasih dan panjatan rasa syukur yang begitu tulus pada ALLAH sang empunya kehidupaan ini, sementara dirinya, jutaan rupiah yang mengalir kedalam rekeningnya tak sekalipun membuat dirinya mau mengucapkan SYUKUR pada NYA. Sehina itukah dirinya? Setetes embun bening mengalir dari sudut matanya yang mulai berkaca-kaca.
Pun yang terjadi dengan gue, air mata gue sudah benar-benar deras. Tausiyah itu benar-benar menusuk lubuk hati gue, bukan hanya si bapak, gue juga selalu lupa mengucapkan syukur atas segala nikmat, anugerah dan kemudahan-kemudahan dalam pekerjaan yang diberikan oleh Allah.
Dalam sujudku ketika itu, tak henti-hentinya ku lafazkan syukur pada allah diiringi derai air mata yang tak kunjung reda menetes dan mengalir. Detik demi detik Saat itu rasanya menjadi KEBAHAGIAAN terindah yang pernah gue dapet.
Setelah selesai sholat jum’at, gue mulai memberanikan diri untuk melangkah mendekati sang
ustadz dan duduk disebelahnya. Awalnya tak sepatah katapun yang terucap ketika gue duduk dan bersalaman dengan sang udstaz, air mata gue semakin deras tumpah dari pelupuk mata gue.
Ustadz: “Mas Fais, kamu ada masalah?”
Gue diem, diem dalam bisu dan tangis, setelah bisa menguasai perasaan gue, barulah gue berucap.
Gue: “Gak ustadz. Saya hanya mau terima kasih sama ustadz, karena sudah membuka mata hati saya, rasanya selama ini saya tidak pernah bersyukur atas segala nikmat yang telah saya peroleh.” Kata gue mulai bercerita, dengan terbata-bata dengan isak tangis dan berurai air mata.
Ustadz: “Alhamdullilah, itu hadiah dari allah”.
Begitulah siang itu, berakhir dengan sebuah HADIAH DARI ALLAH untuk gue, melalui kisah PENGEMIS DAN 10 RIBU RUPIAH.
Metromini 611 melaju dengan gaharnya, membelah jalan dengan latar belakang perokoan usang kawasan Blok m. Dengan deru mesin yang hampir benggek termakan usia, rongsokan ini tetap lincah saling selip dan menyemprotkan asap hitamnya tanpa ampun. Sementara aku di dalamnya duduk dengan air wajah datar sambil sesekali melirik nakal ke arah kotak kecil Djarum Black dalam genggaman tangan gue, bisikan setan saling berloma memperdayai otak setengah sadar gue untuk mengisap satu batang saja.
PS: Terimakasih untuk Ustadz Bobby yang sudah memberikan tausiyah dengan penuturan sangat sederhana namun mampu membuatku mengharu biru.
Selasa, 24 Maret 2009
Democrazy
gue: "Aughhh.." gue mengeluh, tangan gue terbakar, shitt! panas.
Pandangan gue yang sempet tersita beberapa detik saja oleh tingkah konyol barusan sudah kembali terpaku pada tayangan TV malam ini yang berganti dari satu channel ke channel yang lain. Namun semua programnya sama saja, satu tema.
Oh musim kampanye telah tiba, semua station TV berlomba menggarap tayangan-tayangan seputar "pesta Democrazy" di Republik ini.
Sekonyong-konyong para perempuan-perempuan rupawan itu, lelaki klimis berjenggot berkumis tipis dengan perut gendut-gendut itu mendadak jadi sosok-sosok manusia arif, dermawan, terlihat mengayomi, mendadak akrab dengan para buruh, para petani, para pedagang, tukang ojek, tukang sampah, dan para rakyat jelata lain yang mungkin dalam kurun waktu 5 tahun kebelakang nyaris tak tersentuh nyaris tak terperhatikan.
Mendadak sembako dibagikan, pijet gratis digelar. Perempuan-perempuan dan lelaki-lelaki itu tiba-tiba punya nyali besar bersetubuh dengan lumpur di sawah, walau masih tetap dengan sanggul sasak setinggi Gunung Bromo dan bedak setebal dempul mobil sedan. Tangan membentangkan selembar kertas besar yang para jelata itu pun mungkin saja tak tahu bagaimana harus menggunakannya. berkoar-koar, lalu mencontohkan cara mencontreng nama mereka disana dengan baik dan benar. Klise!!!!!
Sebatang Djarum Black Slimz yang menempel dibibir gue baru pula gue sulut dengan sebatang korek api. satu batang lagi lah, benakku. asapnya kemudian memenuhi rongga paru-paruku, sekian detik kemudian terhembus berjelaga diruang sempit apartemen lusuh gue ini.
Di Channel lain, gue lihat pula gegap gempita eks penguasa itu, matanya menyala-nyala, pidatonya lantang, hingga gelas dipojok mimbar kebesarannya tertampar oleh tangannya. kritiknya pada penguasa yang menguasai Republik ini tajam. lalu ada sedikit tanya dalam benak gue "kemana dia ketika dia berkuasa?"
Haa...inilah rupa Democrazy Tanah Air ini, saling caci, saling menjatuhkan, saling menduh, kemudian berkoalisi demi kursi empuk di Senayan sana, dan singgasana di balik tembok putih Istana, bangunan bersejarah peninggalan Belanda di dekat Monas sana.
Saat ini mereka turun menyapa Rakyat, membesar-besarkan hati mereka dengan janji dan sumpah tak berkesudahan, kemudian ketika duduk dalam bilik sejuk ber AC dengan segala fasilitas dan ongkos kerja puluhan juta rupiah setiap bulannya lupalah mereka dengan janji yang pernah diumbar mesra pada rakyat jelata ini, tak akan lagi mereka datang menyapa dan akan jijik pulalah mereka bersetubuh dengan lumpur bersama para petani ringkih itu, karena mereka berasyik mahsyuk bertandang ke Negeri seberang. Study Banding katanya.
Gue hanya berfikir akan kah ada penguasa yang terpilih kelak akan menulis BESAR-BESAR di agenda kerjanya atau berbicara lantang dengan para jajarannya:
Sang terpilih : Abaikan dulu melancong ke Negara orang, karena saya akan rajin menyambangi rakyat saya dipelosok-pelosok negeri ini, dari Sabang sampai Marauke, karena mereka sudah memilih saya.
kok yo MUSTAHIL bin MUSTIJAB banget rasanya!
Tak ada asap lagi detik ini, tak ada tembakau pula, sudah habis jatah saya malam ini, cukup dua batang saja.
Minggu, 22 Maret 2009
Murkanya Sang Penunggu Genteng
Lanjut.......
Ditempat inilah gue biasa melampiaskan hasrat gue yang doyan "ee'k"! gak ding doyan nongkrong diatas WC jongkok, bukan juga ding, jadi apa yang bener dodol!!!! NONGKRONG DIATAS GENTENG !!!! tepatnya, sambil ngupil dan kadang-kadang makan-in genteng apartement gue yang lebih mirip rumah singgah.
Nongkrong diatas genteng cihuy banget dah pokoknya (betawi bener seh gue, bodo ah!), makin cihuy kalau sambil ngisep Djarum Black Slimz yang boleh ngerampok dari temen kos, pokoke Poll banget.
nah berhubung malem ini gue lagi kena syndrom males, rencananya gue mau begadang ampe bego diatas genteng apartement gue yang tercinta dan terkasih, jadi ceritanya, setelah ngabisin sepiring pecel lele dan segelas teh manis anget (standart banget yah makan gue, gimana gak kekurangan gizi!!!) gue bareng temen gue Tina (yang doyan laki bule) maya yang dulu gebetannya anak menteri, malam itu gue ajak "nongkrong bareng" diatas genteng apartement gue yang top markotop.
Setelah sukses manjat tangga menuju genteng bak trio macan.
gue: Tin, itu jangan diinjek. cuma fiber soalnya.
tina: oh.
Baru aja gue bilang ke tina biar jangan diinjek, si maya tanpa tendeng aling aling nginjek itu fiber dan sukses jatuh dari atas genteng. Gue pikir dia langsung ko'ed secara dibawah fiber itu adalah tempat warga kos ngejemur baju-baju dan kancut-kancut mereka. dibawah sana kawat-kawat jemuran menyambut dengan jumawa, belum lagi pecahan-pecahan tajam dan lancip kramik bekas renovasi lantai apartement yang disusun dengan cantik, siap menyambut tubuh mungil maya.
Swear tekewer..kewer...gue ama tina panik banget, muka kita udah pada pucet semua (Sumpeh loe? iye, susu tumpe di muke loe!). Tapi untungnya maya bisa nyelametin diri dengan bergelantungan di tiang-tiang yang menyangga toren dengan tidak lupa berteriak dengan manjanya.
maya: Tolonggggggg......tolongin gue!!!......help......help me (udah mau jatuh masih aja Sok ke barat-baratan!!)
Parahnya waktu jatuh tadi, maya sempet ngeraih paralon kecil yang mengalirkan air dari toren ke setiap kamar.
gue dan tina berupaya menolong maya dan ngangkat dia yang sedari tadi bergelantungan dengan indahnya mirip owa-owa. kita bertiga udah bener-bener pucet pasi, deg-deg serrrrrrr......
lengan dan paha maya biru-biru (Sumpah, gue gak cupang dia kok) dan beberapa bagian berdarah, belum lagi bekas patahan paralon menguras habis isi air persediaan air untuk mandi, cuci, kakus esok hari (Mampus!!!)
Gara-gara ide gue yang super bego untuk nongkrong di genteng malam itu.....
1. Sepanjang malam gue kirim sms ke maya dan tina untuk minta maaf,
2. Sepanjang malam juga gue gak bisa tidur sama sekali dan hanya bisa beristigfar, gue mendadak alim.
3. Gue baru bisa tidur esok harinya setelah jam 6 nge-gedor pintu Ibu apartement dan laporin kejadian pagi-pagi buta itu.
4. Sangking paniknya gue cuma punya ide nyambung patahan paralon biar aernya gak ngocor mulu pake solasi, Goblok banget yah!!! 3 gulung solasi tidak sukses sama sekali menghentikan aliran air yang deres banget. yah iyalah, sableng.
5. esoknya anak-anak kos pada ribut dan gak ada yang mandi, sikat gigi, cuci muka dan boker sebelum ke kantor, karena 2 toren air persediaan kita ludes semua.
6. Gue sukses dimusuhin satu kos an (35 Kamar coy!!!!)
7. 2 bulan kemudian gue hengkang jam 1 malem dari apartement gue, karena udah underpresure!
Jumat, 20 Maret 2009
G-String yang membuat onar
gue pernah!!!!!!
Malunya ampe ngebuat gue mencret-mencret nahan malu, Mampus tujuh turunan!
Jadi ceritanya terjadi waktu gue masih jungkir balik cari Nafkah buat sepiring nasi, semangkuk sayur bayem, segelas es teh manis anget dan seekor ikan kembung goreng juga sekarung intan berlian di Samudra Club.
Sore yang cerah itu anak-anak sanggar lagi latihan buat manggung di sebuah mall di Jakarta, kebetulan sore itu lagi rame banget. kantor yang merangkap sebagai tempat latihan juga tiba-tiba Mendadak Dangdut (Najis loe!) gak ding, mendadak kayak kebun binatang, ibu-ibunya ribut ngomongin gossip, anak-anak sibuk sendiri dan gak perhatiin gue sama sekali yang saat itu sedang kasih koreo baru, yang juga kali itu lebih mirip cacing kepanasan yang lagi disangrai di atas wajan. Sedangkan Defri yang jadi Sutradara lagi ngobrol sama kemal yang sedang asyik mahsyuk mengebulkan asap rokok Djarum black slimz nya.
Lagi asyik-asyiknya kasih koreo sambil nunging-ninging gak jelas diiringin musik India yang udah gue hancur leburkan karena gue mix dengan lagunya Queen, tiba-tiba aja gitu, semua orang yang ada diruangan itu ketawa saenak-enak udel'e dewek.
gue: woi jangan ketawa mulu dong.
gue ngeliatin aja satu demi satu muka-muka yang ada diruangan itu sambil mencari-cari kira-kira apakah gerangan yang menjadi bahan tertawaan itu. muka defri udah merah seperti kepiting rebus saos padang nahan kentut, muka ibu-ibu pada malu-malu kucing, wajah anak-anak yang makin kayak dodol karena ketawa sejadi-jadinya.
tiba-tiba aja gitu....
kemal: woi, loe pakai G-string yah?
Mapus gue!!!!
gue melonggo, mata bulet kaya bola pimpong, mulut menganga dengan jumawanya.
kemal: G-string loe kelihatan tuh!!!!
hahahahaasjaksasdsahgdhfsagsa.....Mampus!!!! Mampus!!! tujuh turunan, sekali lagi Aib gue terbuka dengan sukses!!!!! karena udah Malu banget, akhirnya gue cuma ngangkat jeans gue yang rada kedodoran untuk kembali keposisinya di pinggang gue dan menutupi G-String yang bikin onar itu. Sumpah setelah kejadian itu, G-String cilaka itu sudah gue museumkan, dan cukup sekali itu pakai G-string. gak akan mau lagi. niat pengen coba2 malah jadi bahan celaan, Mampus!!!!
Masuk angin + dikerik pake PAREM KOCOK = SENGSARA & BEGO BAGET!!!
Pernah suatu malam gue masuk angin untuk yang kesekian kalinya, dan di Apartement (istilah kos-kos an, biar kerenan dikit) ada penghuni baru, cewe! namanya popy, kebeneran waktu malam gue masuk angin itu dia baru balik kerja (jam 01.00 dini hari gitu lah) karena mungkin dia anak baru yang gak tahu kebiasaan buruk gue itu, katanya dia mencari-cari sumber suara aneh bin ajaib itu dengan perasaan was-was dan penuh ketakutan. Setelah mengendap-endap diapun berhasil nyampe didepan kamar gue dengan takut-takut.
popy: "Is, loe sakit yah?"
gue: "iya!!" gue tereak dari dalem. "siape disono?"
popy: "gue popy"
gue kemudian buka pintu kamar gue (yah iyalah, masa buka pintu kamar orang yang lain In the Hoy...digebukin bego) dengan males.
popy: "sakit apa seh?"
gue: "Masuk angin".
popy: "Gue dari tadi ketakutan tahu denger suaranya, kirain..."
gue: "Kirain kenapa?"
popy: "Gue kira suara BABI NGEPET!"
gue: .......??? bengong kaya sapi ompong. anjrit gue masuk angin dibilang Babi ngepet.
Kembali lagi ke kisah gue masuk angin malam ini.
jadi sangking gak tahannya menghadapi gejolak dalam perut gue plus sendawa gue yang terus menerus (mulut gue ampe pegel tahu) akhirnya gue telpon temen gue untuk datang ke kemar gue dan kerik in gue.
temen gue: "apaan tuh?"
gue : "Parem kocok".
temen gue: "Bukan minyak kayu putih?"
gue: "Bukan. parem kocok."
temen gue: "itu botolnya minyak kayu putih." katanya nunjuk botol minyak kayu putih yang udah kosong diatas lemari gue.
gue: "Bukan ini parem kocok." kata gue sambil ujukin botol parem kocok yang gue ambil dari deket gue naruh minyak kayu putih (udah kayak nenek-nenek gue tahu, dikamar gue ada minyak kayu putih, parem kocok, dan balsem cap lang, Najong tralala!).
Diapun mulai kerik gue tanpa rasa berdosa, badan gue dilumurin pake minyak parem kocok sebanyak-banyaknya.
gue: "Jangan banyak-banyak, itu panas banget".
temen gue: "oh".
Gue selesai dikerik jam dua lewat dikit dan begitu gue lihat dikaca di kamar mandi gue, gue jerit dengan kenceng (gak ding, lebay loe ah)
gue: "Anjrit merah banget".
Awalnya gak ada masalah, lama kelamaan punggung gue makin panas, panas....panas...panas dan panas
gue keluar ke teras apartement,
buka baju, berharap dengan ditiup angin sepoi-sepoi (masuk angin lagi goblok!!! secara jam dua pagi) panasnya akan ilang. tapi ternyata makin panas!!!!! perih seperti disiram air panas
gue mulai makin gak tahan, panasnya makin menjadi-jadi, semakin dibawa diem panasnya makin berasa dan berasa. akhirnya gue lari ke studio (semacam kantor kecil temen gue yang lebih oke kalau disebut gudang) dan menemukan teman2 senasib seperjuangan lagi nongkrong ditemani berbungkus-bungkus rakok Djarum Black sambil berdendang (semacam nyanyi lagu dangdut yee...!!!) dengan petikan nada-nada sumbang dari gitar butut. Dan dengan ke-PD-an yang teramat sangat gue umumkan ke anak-akan kalau gue masuk angin, habis dikerik dan sekarang punggung gue PUANASSSSSS.....banget seperti disayat-sayat pake silet dan tidak lupa sambil bersendawa dengan pe de nya.
temen gue yang lain: "Tempelin aja dibawah AC".
gue: "Tambah masuk angin dodol."
temen gue yang lain: "Hehehehehehe......(ketawa kaya setan habis makan jin)"
gue: "Eh, ada yang punya hape yang ada kameranya gak?"
temen gue yang lain: "Buat apaan?"
gue: "Photoin punggung gue yang habis dikerik. mau gue pajang di Blog gue besok"
temen gue yang lain: "Dodol."
Karena gak ada yang punya hp yang ada kameranya (miskin banget seh loe semua) akhirnya gue balik ke kos, dan punggung gue makin berasa panas....panas...panasss...badan ini, pusing...pusing
...pusing...pala ini pusing...pusing.......(loh)
rasanya kesiksa banget, akhirnya untuk meredakan rasa panasnya gue coba beberapa cara yang rasanya ENGGAK banget:
1. Nempelin punggung gue ke tembok kos, awalnya enak tapi sedetik kemudian makin panas aja, Anjrit.
2. Nempelin punggung gue yang penuh bekas kerikkan ke ubin / lantai kamar kos gue, Cesssss....Dingin! tapi bentar doang (gak ada 5 detik) dan malah makin panas.
3. Gue tiduran di kasur gue, rasanya malah makin tambah panas dan perih.
Pokoknya gue tersiksa hampir 2 jam tadi malam, tidur terlentang salah, tengkurap salah, berdiri salah, duduk salah, diem salah, gerak salah, joget dangdut apalagi. panasnya mulai reda sekitar jam 4 pagi lewat dikit. kesimpulannya:
Nongkrong diwarnet yang AC nya lagi rusak 8 1/2 jam= Sukses Masuk angin.
Masuk angin + dikerik pake PAREM KOCOK cap SCORPIO 100% = SENGSARA & BEGO BAGET!!!
Jumat, 13 Maret 2009
Orange Squash bikin mabok?
Dibawah sana, beberapa meter dari tempat gue, temen gue, bos gue dan istri bos gue duduk manis di sebuah café di Citos sambil menikmati steak dan makanan remeh temeh lainnya ditemani sebungkus Djarum Black yang tergeletak indah di meja menunggu diisap. Gegap gempita sisa-sisa new year celebration masih saja berlangsung. Derai tawa sambil jejingrakan ditemani ramuan musik dari seperangkat equipment DJ masih membahana, menghentak adrenalin muda-mudi (kosa kata jaman jahiliyah banget ye!!!!).
Slurupppppppppp…….
Orange squash mengalir membasahi tenggorokan gue, melunturkan berbagai rempah steak yang masih menempel di dinding tenggorokan gue. Pokoke Mak’ nyoss begitulah isitilah presenter kuliner yang kerap nonggol di TV gue pinjam kali ini.
13.00 lebih dikit.
Xenia ijo toska ini melaju pelan diantara rinai hujan yang jatuh membasahi bumi. Hawa dingin diluar sana semakin diperparah oleh hembusan semilir angin dingin dari AC mobil.
Erghhhhhhhhh…..
Gue mulai bersendawa lagi, terus dan terus.
Bos gue: loe badan dong yang gede, kena angina dikit masuk angin.
Gue: Erghhhhhhhh……!!!! *bersendawa mode :On*
Bos gue: harusnya loe minum bir aja tadi.
Temen gue: betul om, sekali-kali bolehlah. Gak dosa kok. Kan bukan buat mabok, Cuma untuk angetin badan.
Gue: minumnya deket kompor biar anget. minum orange squash aja gue dah keliyengan gini. Orange squash juga ada alkoholnya tahu.
Istri bos gue: sejak kapan orange squash pake alcohol? Bukannya orange squash itu orange jus yang dicampur SODA.
Gue: ……..
Oh god, Gue kena Syndrome aneh nomer 10: Sok tahu!!!!!
Kamis, 12 Maret 2009
Mati Gaya
Sepi sekali malam ini, jangkrikpun mogok bersuara. kelam diluar sana, bintang menyembunyikan bias cahayanya malu-malu dibalik awan tipis kelabu. Suara dengkur mengalun halus dari celah-celah nun jauh dibarisan perumahan kumuh dibalik tembok angkuh apartemen dua lantai gue. sementara gue, sedang terpaku, menopang dagu diatas tembok pembatas berwarna merah kecokelatan. Mati Gaya: mode on!!!!.
Sudah khatam langkah gue bolak balik, keluar masuk tak beraturan dari bilik gue, meninggalkan bunyi derit pintu memekakkan telinga. Sudah khatam pula channel TV gue bolak balik, hasrat ingin mantengin Black In News di Trans 7 tidak terpenuhi malam ini (lupa hari mode:on. secara neh acara tayangnya hari kamis ajah gitu!!!!!)tak ada yang menarik, semua tayangan jaman jahiliyah. kemudian bisikan setan itu datang, sepoi-sepi membelai gendang telinga gue.
setan kunyuk: berbuat nakal-lah sedikit malam ini, swerr gue gak akan bilang2!!!
gue: tapi malaikat juga tahu.
setan kunyuk: sogok aja.
gue: Jiahhhh, lo kata koruptor.
setan kunyuk: *naik pitam, kemudian membaca jampi-jampinya dan meghembuskannya mendayu-dayu di daun telinga gue*
Perlahan kuseret langkah gue menjauh dari kamar gue, pelan sekali nyaris tidak meninggalkan suara, dari celah rahasia terbukalah grendel pintu itu.
Gelap......
hitam.....
gue bisa merasakan detak jantung gue mulai dangdutan asoy.
sedetik.....
dua detik....
tiga detik....
gue sudah dikamar lagi, sukses menggondol barang berharga teman se apartemen gue. SEBUNGKUS KOPI dan SEKOTAK PIE bertabur kismis. kusedu sebungkus kopi instant dengan toping cokelat tabur.
Gue seruput dengan indah, hangat ketika melewati kerongkongan gue, namun diredam panasnya oleh sepotong pie bertabur kismis itu. gue nikmati bersama setan kunyuk yang bersemayam dalam kalbu gue malam ini.
Jiahhhhh...sudah lama rasanya gak berbuat gila dan nekad, gue senyum-senyum sendiri. membayangkan betapa murkanya teman se apartemen gue esok ketika mengetahui kopi dan pie kesayangannya raib dan menemukan kantong pembungkusnya di tong sampah plastik biru muda pucat di depan kamar gue, dan untuk meredam marahnya akan gue sodorkan selembar 10 ribu usang ke tangannya sebagai kompensasi.
dan saat ini setan kunyuk sedang menari, tertawa terbahak-bahak karena berhasil menjadi juaranya.
tips:
jangan ditiru, kalau nekad jangan ketahuan, tar digebukin penghuni kos yang lain.