Selasa, 27 Juni 2017

Mudik, Lebaran dan pertanyaan HORROR

Ramadhan 1438H /2017 Masehi berlalu dengan cepat. Dulu, saat masih kecil. Puasa dibulan Ramadhan itu ibarat penyiksaan, karena harus menahan lapar dan haus sepanjang hari. Dari Imsyak ke Maghrib rasanya laaaaamaaaaaaa banget. Jadi terpaksa nyolong icip-icip makanan sisa sahur pas Mama atau Bapak lagi lengah. Biar kuat puasa sampai sore, Hahahaha *pengakuan dosa*. Jadi kalau puasa sehari aja rasa sungguh menyiksa, maka menunggu lebaran tiba sering kali membuat putus asa. Tapi itu dulu, dan rasanya semua anak usia under 10 yo mengalami hal yang sama. Lain cerita diusia matang seperti sekarang, rasanya puasa baru mulai ehhhh...tau-tau sudah tiba di penghujung Ramadhan. Dan itu artinya waktu mudik ke kampung halaman pun sudah diujung mata. 
Ramadhan tahun ini penuh berkah, pekerjaan tak berhenti, justru kian bertambah diminggu terakhir jelang ramadhan dan artinya tahun ini benar-benar bisa mudik setelah tahun lalu ngerasain lebaran di Jakarta sorang diri, gak bisa kemana-mana juga karena sebagian teman pasti mudik dan tarif mobil online mendadak naik berpuluh puluh kali lipat dr harga normal, gak bisa makan buras dan ayam bumbu lengkuas karena gak ada yg masak dan gak ngerti cara masaknya selain mama, gak bisa pake baju koko kembaran sama saudara dan Bapak, walhasil cuma mewek sendirian, dan baru bisa makan setelah mall buka jam 12 siang.
P.E.D.I.H

Seperti yg gw bilang, di minggu terakhir semakin banyak pekerjaan yg harus gw selesaikan demi mengumpulkan rupiah demi rupiah buat ongkos mudik, seragam lebaran keluarga baru bisa gw kerjakan -9 jam sebelum mudik dan belum benar-benar rampung saat jarum jam sudah tepat berada diangka 3 dini hari. Dan hanya punya waktu -/+ 30 menit untuk packing dan segera meluncur ke bandara.

Nyaris ditinggal pesawat karena proses check in yg mengular

2 jam snewen di pesawat karena cuaca gak begitu bagus.

Mati gaya di mobil yg harus menempuh 6-7 jam perjalanan Balikpapan - Bontang

Nyempetin photo-photo keceh di Jembatan Mahakam Samarinda, lumayan mulihin pantat yg keram.

Dan ceritanya lagi mau mengejar sunset di tanjakan tersohor seantero kaltim. Disebut Gunung menangis dan diatas gw sana sedang terjadi kecelakan hebat, sebuah mobil menabrak pembatas jalan mobilnya tertancap si besi baja pembatas jalan

I took 15 hours to travel 1412 miles from Jakarta to Bontang (East Borneo). Pantat dan punggung berasa panas ditambah isi perut yang teraduk-aduk karena kondisi jalan raya Samarinda Bontang yg sebagaian besar kacau balau. 

Eid Mubarak Al Fitr 1438H

The Usman's squad wearing Koji

Buat gw pribadi lebaran itu mengandung dua unsur: SENANG & HOROR. Seneng karena bisa sholat eid bareng keluarga, makan panganan khas lebaran yg dibuat setahun sekali, dan bisa pake baju kembaran sama keluarga. Horror karena akan dihadapkan pada pertanyaan keramat saat silaturahim bersama keluarga: KAPAN KAWIN? mereka-mereka itu pada gak bosan mengulang pertanyaan yg sama ya setiap tahun kalau ketemu gw? Kan gak mungkin juga gw jawab GW DAH MAHIR KAWIN, Gak mungkin kaaaaaaan? Alemong berakhir ditiang bendera gw.

2 komentar:

Vanisa Desfriani mengatakan...

waah, baju kembarannya bikin sendiri yaa?

hebat, 30 menit cukup buat packing :D

Alhamdulillah, bisa mudik ya tahun ini. Taqabbalallahu mina wa minkum. salam kenal ya :)

Fei mengatakan...

Iya bikin sendiri.
Packingnya cepet karena udah disiapin tinggal masukin koper doang. Selamat lrbaran juga ya.