Selasa, 01 Februari 2011

Episode Terakhir


Kamu tahu bulir-bulir air hujan ini pernah sangat menyakitkan buatku. Ketika ditumpahkan satu-satu dari langit dan menghantam pori-pori kulitku, kurasakan serupa sayatan-sayatan sembilu. Perih walau tak berdarah.
Kamu pun tahu aku pernah coba terbang dengan hanya satu sayap. Tertatih-tatih aku mencoba namun tak bisa aku kepakkan walau satu sayapku sudah aku bentangkan.
Tapi kamu mungkin tak tahu bahwa hadirmu disini, dicelah hatiku yang telah terluka mampu membuat satu sayapku yang telah patah tersambung kembali walau sudah tidak utuh, hingga bisa kubentangkan keduanya dan membawamu terbang bersamaku menembus pekatnya hujan.


Mata cokelatnya yang dibingkai bulu-bulu mata lentik nan halus terus berbinar tiada henti. Seolah bisa menggambarkan sebentuk perasaan tersanjung yang membuncah dari celah hatinya, ketika membaca deretan kalimat-kalimat mukadimah indah yang ditulis tangan oleh Fay diawal surat yang baru sekitar 10 menit lalu diterima olehnya dari tukang pos. Di dalam binar mata itu pula tergambar jelas seutas senyum hangat, sehangat cafe lattenya dalam cangkir putih yang masih mengebulkan asap putih tipis dan belum lagi bergeser dari tempatnya, dari atas sebuah meja yang terbuat dari sepotong kayu mahoni terletak persis di sebelah kanannya.

Dari surat, sejenak dia alihkan pandangannya pada segerombolan kecil burung yang terbang memperkosa senja, dengan gumpalan awan tipis berselaput rona orange kemerahan. Di batas kaki langit, pucuk-pucuk daun menari ditiup angin sore, lentur bak seorang balerina dengan alunan Tchaikovsky dalam pertunjukan Swan Lake yang termasyhur. Dia menghela nafasnya pelan, lalu meraih cangkir putihnya dengan hati-hati, membaui cafe lattenya dengan mata terpejam seolah itu adalah wangi terdasyat yang pernah dia temui seumur hidupnya, kemudian meneguknya perlahan dengan penuh cinta.

Kamu tahu? Perasaan sayang ini tak muncul tiba-tiba, tapi serupa benih yang menancapkan akar tunggalnya di dasar hatiku lalu mengakar kuat tanpa bisa aku cegah. Begitu juga dengan rasa cinta ini, rasa cinta ini aku bangun dengan pondasi yang kuat sejak kali pertama aku menerima email perkenalanmu, saat aku menemukan kamu di bawah pohon beringin di depan Benteng Vredeburg bersama sebentuk senyum di wajah kuyuhmu karena lelah menghabiskan delapan (8) jam perjalanan dari Surabaya ke Yogyakarta, saat dipenghujung malam ketika kita duduk dibangku kayu berhadap-hadapan saat kamu temani aku menghabiskan semangkuk bakso tahu di sekitar Malioboro dan kamu katakan tak pernah ada seorangpun yang menyayangi kamu seperti aku. Saat kamu genggam tanganku ketika kita duduk di kursi becak yang tengah dikayuh bapak tua untuk menghantarkan kita menghabiskan malam minggu di alun-alun selatan Jogja, saat kamu tertatih-tatih menjejalkan langkamu setapak demi setapak sembari berbalutkan secarik kain hitam penutup mata mencari celah dua pohon beringin besar di depan Keraton. Saat aku lingkarkan sebuah cincin perak di jari manismu ketika kita menjelajahi kota lama, saat kamu rengkuh aku dalam hangat pelukmu seolah akan berpisah lama ketika gerbong kereta berkarat itu akan membawamu kembali ke Surabaya.

Dia tempelkan telapak tangan kirinya ke dadanya seolah ingin menjinakkan perasaannya yang mengharu biru, ada semacam getaran-getaran halus dari dalam jantungnya yang berkecamuk dan memaksanya kembali ke setiap peristiwa yang baru dia baca dalam sepucuk surat yang ditulis dengan tinta perak diatas kertas berwarna hitam pekat.
.......
Rintik gerimis mengundang kekasih dimalam ini
Kita bernyanyi dalam rindu yang indah
Sepi kurasa hatiku, saat ini oh sayangku
Jika kau di sini aku tenang
..........

Bait demi bait lagu Denting-nya Melly Goeslow yang mengalun pelan dari earphone di kupingnya semakin mempertajam aroma kesedihan yang tiba-tiba menyeruak sempurna di sudut hatinya. Konsentrasinya buyar seketika, tidak lagi pada surat dalam genggamannya melainkan pada sebaris kalimat yang pernah dia kirim melalui sms pada cowok yang pernah dicintainya selama nyaris 7 bulan.
“Aku merindukan kesendirian, kita selesai sampai disini.”
Sebaris kalimat yang dia kirim tiba-tiba tanpa tendeng aling-aling, singkat namun dia yakini pasti akan menjadi pukulan telak yang menyakitkan untuk fay.
Lembar surat kedua dia tumpukkan di atas lembar pertama, dan kembali menjamahi huruf-huruf yang terangkai menjadi kalimat dengan pandangan kabur karena airmatanya nyaris tumpah.

Kamu tahu? Aku bahkan rela mengkompromikan perasaanku dengan sebuah kenyataan bahwa raga kita terpisah oleh jarak puhan ribu mill Jakarta-Surabaya lalu kemudian menjadi jarak jutaan mill antara Jakarta dan Pontianak. Tapi aku mencoba mengerti bahwa cintalah yang sesungguhnya membuat kita hanya berjarak selapis kulit ari.
Kamu tahu? Dua hari lagi kita nyaris 7 bulan, namun ketika aku terjaga dipagi ini, aku tersadar tak mungkin melangkah lagi bersama kamu karena kamu telah memilih menyelesaikan episode terakhir kita dan memilih untuk terus berjalan sendiri tanpa aku.
Terima kasih untuk pernah bersedia hadir dan menjadi bagian penting dalam hidupku

Fay.


Jebol sudah pertahanannya, tak kuasa pula dia membuat saripatih matanya hanya berdiam di garis tepi mata cokelat berbingkai bulu mata lentiknya, melainkan meleleh membuat jelaga hitam hingga dagunya yang lancip.

29 komentar:

Lely Prawesti mengatakan...

labelnya cerpen, tapi apakah ini kisah nyata fai? hanya fai dan Tuhan yg tau.. hehehe bagus fai!!! :D

Skydrugz mengatakan...

Ini beneran cerpen?
I hate the ending. :D
Too sad.

Benar2 jauh dr kesan Fay yg selama ini gokil.

Lg melawan arus...

PRofijo mengatakan...

Lagi males baca...numpang nampang aja deh...

Cipu mengatakan...

Fai, lu lagi demam yah?

Farrel Fortunatus mengatakan...

fai, loe abis makan apa? kok jadi ngigo gitu? jangan" gara" abis menikmati jamur (atau yg bentuknya mirip jamur hihihi...) beracun ya? jiakakakakak...

agustinriosteris mengatakan...

fai.... lu ngarep banget ntu cewek bakal terharu hahaha

Fei mengatakan...

@aishi: hanya engkau tuhan dan aku yg tau, persis lagu "cinta diam-diamnya" ferdian yak neng, bwakakakakakk

@Sky drugz: gak melawan arus, sebenernya ini cerpen tadinya gw buat untuk lomba di majalah aneka, tapi kok yo rasany dah ketuaan yah untuk ikutan lomba cerpen ABG, hihihihihii
jadi daripada cuma jadi penghuni di recylce kompi pajang disini sajah

@prof: hemmmm, habis nikah malah jadi pemalas, gak malas yang lain juga kan?

@cipu: wakakakakakakkkk, habis kesengat tawon satu RT, jiakakakakkk

@farel: husssssssssss

@agus: heh? emmmmm iyah kali yah? jiakakakakakakkkkk

Gaphe mengatakan...

gak nyangka, lelaki aneh bisa nulis ginian..

amsyong deh aah

Skydrugz mengatakan...

Kalau sy jd bang fai, sdh kuikutkan di kompas, aneka dll.

Ndak pusing soal usia.

Tp beneran ndak nyangka, fai bakal nulis cerita kyk ini. Out of blue

Fei mengatakan...

@gaphe & skydrugz & all: pada suka gak sih bacanya? kasih advice donggggg

merry go round mengatakan...

ow ow ooww.... ini nih sisi lain Fai :p

love the post Fai :)

btw, soriiii banget bajunya belum sempet dipake. Belum nemu momen yg pas, tempat yg oke, dan temen yg bisa dijadiin korban untuk motoin gue. Heheheee....

Fei mengatakan...

@merry go round: you realy love it?? awaaa...awwww tengkyu, tiba2 kemarin pengen nulis yang sedikit out of box biar gak bosen ih, heheheheeee

atuh suruh dong temen2nya buat party gitu biar bisa eksis baju dari gw, anyway CRAZY NO PLAY akan hadir di cover edisi valentine majalah ANEKA YESS bulan ini.

bagaimana dengan arisan blogger kita? jadi dunkkk, yuk kita realisasikan

Admin mengatakan...

Melankholis...,
ckckck

lam kenal ^^

fai mengatakan...

@edo: little bit, heheheee

Sandra Azwan mengatakan...

Hello Fai.....kamu mahu ke Malaysia dan jalan2 sama saya? it will be great!;-)

fai mengatakan...

@sandar: baru rencana sandra, nanti kalau jadi kesana aku kabarin yah kawand

ToPu mengatakan...

Cerpen??? Koq kaya' prosa yah...

Hehehehe..., btw lam kenal ajah..

fai mengatakan...

@topu: apalah itu sebutannya. hahahahahahahaa salam kenal balik kawand, sering2 ajah mampir kemari

Lely Prawesti mengatakan...

haiiii kok belom posting baru... ditunggu tulisannya yg seger hehehe

*hahaha baru tahu yah, saya memang imut :D

Skydrugz mengatakan...

saya suka.... betuk2 suka :D

fai mengatakan...

@aishy: sabar yah, blm sempet, lagi deadline kerjaannya, hihihihihii

@Sky: bentuk apa yang disukai? wakakakakakkk

Attayaya_usg mengatakan...

kok sedih?
biasanya gokil.

baaaah si prof ijo cuma nampang doang di atas

Fei mengatakan...

@attaya: dibikin sedikit variasi lah biar gak bosen maen kesini. heheheee....si prof lagi males nge-blog lgi doyan ngelakuin yang "lain" wakakakakak....maklum penganten baru

attayaya_puisi mengatakan...

met siang bro
perut gw laper
ada nasi ga?

fai mengatakan...

@attaya: ada tuh tapi dah dijadiin reginang, mau?

Julien Hakym mengatakan...

hey kamu! :-)

Fei mengatakan...

@julien: ade ape tong manggil manggil?

eRniTa GaYaTRi mengatakan...

sukaaaa...
eh, tp sedih euy endingnya :(

fai mengatakan...

@ernita: gak musti selalu happy ending toh? heheheheee