Jumat, 09 Februari 2018

Kau, Aku, & Sepucuk Angpau Merah

Tere liye, penulis novel populer yg beberapa waktu sempat viral karena dua hal: Postingan di laman facebooknya yg menggungkap betapa dia merasa (sebagai penulis) dirugikan karena pembagian royalti dari penjualan novel-novelnya yang tidak fair. Lalu hal lain yang membuatnya semakin mencuat di ranah dunia maya karena postingannya di Instagram yang merasa keberatan atas ulah netizen yang semakin liar menggunakan Quotesnya di photo instagram yang mereka posting di akun berbagi photo sementara quotes yang mereka comot dan bubuhkan sebagai caption diphoto yang dibagi bagikan di media sosial tidak berkaitan dengan quotes yang dicantumkan, alias JAKA SEMBUNG BAWA GOLOK, KAGAK NYAMBUK GOBLOK.

Tapi, bukan itu yang akan gue bahas disini! Melainkan akan mereview dari novel karyanya yang naskahnya kali pertama muncul di facebook sang penulis tahun 2010, berupa novel open source yang diterbitkan berseri, lalu dipublish tahun 2012 dalam bentuk fisik, yang 5 tahun kemudian sudah naik cetak sebanyak 9 kali. Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah.

Ok, lets start it.



Novel ini mengambil setting di kota Pontianak, dengan Tokoh Utama: Borno, seorang laki-laki usia 20-an tahun yang pada akhirnya berprofesi sebagai pengemudi sepit (perahu kecil bermesin tempel) di sungai Kapuas, setelah berkali-kali mencoba bekerja serabutan diberbagai tempat. Ditinggal mati oleh ayahnya yang seorang nelayan diusia 12 tahun membuat Borno harus bekerja keras untuk melanjutkan hidup bersama Ibu semata wayang yang telah mengasuh dan membesarkannya dengan sangat baik, sehingga menjadikannya sebagai sosok pemuda berhati paling lurus di sepanjang aliran sungai Kapuas. Dipaksa berhenti dari pekerjaannya sebagai tukang Robek karcis di Pelampung (sebutan kapal Ferri kecil di Kapuas) oleh ketua perhimpunan pengemudi sepit, Bang Togar, hingga membuatnya harus melanggar wasiat Bapaknya untuk tidak menjadi pengemudi sepit.

Hari pertamanya setelah resmi menjadi pengemudi sepit setelah melewati siksaan Ospek panjang dari Bang Togar, dia jatuh cinta pada gadis Cina yang menjadi penumpangnya dihari pertama yang tak sengaja menjatuhkan surat bersampul merah di dasar sepit yang dikemudikannya.  Bersusah payah menjaga surat yang tak sengaja jatuh itu agar tak dikoyak oleh Andi, sahabatnya, untuk kemudian dikembalikan ke sang empunya ternyata tidak sepenting yang dia perkirakan. Nasi sudah menjadi bubur, perempuan berwajah sendu itu sudah kepalang basah memikatnya dengan seuntai senyum, dan tidak mudah pula bagi Borno untuk menaklukkan perempuan Tionghoa yang punya masa lalu kelam itu hingga membuat Borno harus mengejarnya hingga ke Surabaya. Tapi apa daya, jauh api dari panggangnya. Borno kecewa berat hingga membuatnya terkapar. Beruntung ada sosok Pak Tua, bujang lapuk yang sudah melanglang buana hingga ke ujung dunia yang selalu mendukungnya dengan petuah-petuah rumit yang terkadang susah dimengerti Borno.

Buat gue, novel ini lengkap, plotnya rapih, tata bahasanya cantik menawan, akan mudah menukan deretan bahasa bahasa sastra nan romantis dihalaman demi halamannya, walau suguhan utamanya adalah kisah romansa, tapi percayalah ini bukan cerita cerita cinta picisan disinetron yang tayang striping, membacanya bisa membuat gue pribadi terpompa semangat juang menaklukkan hidup, novel karya kesekian penulis ini sanggup membuat gue tertawa terbahak-bahak juga menangis sekaligus. Novel ini mampu mengobrak abrik perasaan dan tak sanggup berhenti melahapnya hingga halaman terakhir, 507.

Berani coba baca?

The fact is, ini adalah novel ketiganya yang gue baca, honestly im in love! Dan selama ini menyangka bahwa yang namanya Tere Liye adalah PEREMPUAN BERKERUDUNG, dan karena penasaran yang membuncah, gue pun mengobrak abrik laman google dan menemukannya di wikipedia bahwa penulis yang pandai bermain kata-kata ini adalah seorang Pria. Hahahaha gue ketipu mentah-mentah, ketipu yang menyenangkan. 


13 komentar:

Maya mengatakan...

Tere liye ya aku juga dulunya menduga beliau adalah wanita cantik nan lembut ternyata oh ternyata haha ...
ya aku suka dengan karya beliau bagus

Fei mengatakan...

Walah tak kira cm saya doang yg mikir dia wanita. Hahahaha

Rezky Pratama mengatakan...

apa cuman saya yang gak tau tere lie,,
ini pertama kali tau nama tere lie kirain dari india
semacam bahasa india,,,

dera mengatakan...

pengen baca hehe

salam kenal :)

Fei mengatakan...

Dan itu bukan nama "panggung" loh itu nama asli. Kl loe pernah denger atau nonton film "BACAAN SHOLAT DHANISA" yg ngangkat ttg tsunami aceh, atau film bidadari-bidadari syurga, nah itu dia penulisnya

Fei mengatakan...

Silahkan, semoga terhibur. Salam kenal juga

Toyota Surabaya mengatakan...

wihh.. blognya kece nih..
perdana mendarat disini.. salam kenal y bang...

Fei mengatakan...

Waaahhhhh selamat anda tersesat kemarin. Enjoyyyy

Son Agia mengatakan...

Oke, nemu lagi nih sisi lain dari seorang Aa Fei.

Ternyata baca buku juga lo bang? Ckckck padahal lebih cocok jadi penjual buku bajakan.

Tere Liye ya. Baru satu buku yang udah saya baca, judulnya Pukat. Lumayan seru juga tuh.

Aul Howler's Blog mengatakan...

And yeah, selama ini akupun mikirnya Tere liye itu perempuan berkerudung wkwkwkwkwkwk

:)))))

Tapi pas ada isu yang dia ngomel2 di facebook itu, aku baru tau kalau dese itu ternyata bapak-bapak

Nice review.
Angkat tangan deh, gue sendiri yang doyan baca kayaknya gak bisa bikin resensi nya jadi begini. Kebanyakan haha hihi tulisan gue :( #BloggerSampah

To be honest, aku belum pernah baca satupun bukunya hahaha.
Soalnya tebel semua. Dan aku belakangan sering sibuk banget jadi gabisa baca yang tebel-tebel dulu

Anonim mengatakan...

aku suka banget setiap kata motivasinya beliau, menginspirasi banget :D

Nugraha Fauzi mengatakan...

Aihhh, mbok ya saya kira tere liye itu perempuan toh, ndak tau nya....
Ini saya yang kudet atau emng fisrt impression denger nama tere liye itu kek gitu? Hahaha

Ngayap.com mengatakan...

Tere lie, saya tahunya pas curhatan dia tentang pajak atas penulis