Senin, 05 Oktober 2009
Batiknya bagus buat kondangan!
Chapter 1
Gue: "Mas dikecilin 4 centi aja"
Mas-mas: "Kenapa dikecilin mas?"
Gue: "Kalau mau gue gedein, gak gue bawa kesini mas. Tapi ke Mak Erot."
Mas-mas: "........." Diem aja dengan muka gondok seperti habis digebok jin tapi gak bisa bales.
Chapter 2.
Tokk....tokkk....tokkk...
Prakk....prakkk...prakkk....
Bukkk...bukkkk....bukkkk....
Wah, sarap neh yang ketok pintu kamar gue, udah gak nahan apa ngelihat muka ganteng gue, ngetuk pintu ampe gak kira-kira kencengnya.
Gue: "Woi, sabar! Gue lagi telanjang neh."
Temen gue: "udah punya batik belom buat besok?" Tanyanya ketika batang hidung gue nongol dr balik pintu.
Gue: "Udah! Ada ditukang jahit, lagi gue kecilin."
Temen gue: "Beli dimana?"
Gue: "Sarinah Thamrin."
Temen Gue: "Mahal gak?"
Gue: "Cuma 50 ribu."
Temen gue: "Anterin gue sekarang ke sono." Katanya sambil menyeret gue dengan paksa.
Gue: "Woi, sabar! Gue cuma pakai celana dalam nih."
Satu setengah jam kemudian.......
Temen gue: "Worth it gak neh?" Tanya nya dengan muka serius, sambil mutar2 di depan cermin super besar melihat kemeja batik lengan pendek motif Parang Garda warna cokelat tua yang sedang dicobanya.
Gue: "Keren bos, klasik banget coraknya. Dah ambil aja. Niscaya loe yang paling keren besok dikantor, walaupun muke loe sebenarnya gak jauh beda sama marmut."
Temen gue: "350 ribu gitu bos. Loe bilang 50 ribu."
Gue: "Yang penting di belakangnya masih kedengaran ada 50ribunya. Tiga ratus LIMA PULUH RIBU rupiah."
Temen gue: "Kampret!!!!!!!!"
Chapter 3
Jam 7 pagi gue sudah bangun dan tergesa-gesa menuju penjahit yang cukup dekat dengan apartemen gue, tapi sialnya baju batik gue belom direparasi juga, hanya lengannya yang sudah didedel dan tergeletak pasrah didekat mesin jahit usangnya.
Gue: "Mas kok belom dikerjaiin sih? Gue mau ke kantor neh." Semprot gue dengan amarah membuncah.
Gue: "Pokoknya jam 9 kurang 5 menit udh kudu kelar.lewat dari jam 9 kurang 5 gak akan gue bayar" Ancam gue lalu berlalu dr tempat itu.
Jam 9 lebih dikit, gue udah ongkang-ongkang kaki dalam metromini 72 jurusan Pondok Indah-Blok M, tentu saja dengan batik print motif abstarak warna biru yang gue beli setahun lalu di event handycraft di JCC. Ada perasaan berbeda hari itu, pakai batik dimoment pengukuhan batik sebagai warisan budaya dunia hasil buatan manusia, asal Indonesia, membuat perasaan bangga menyelusup dalam kalbu (bahasa gue najis tralala dah kayanya). Dulu batik oleh sebagian besar orang dianggap hanya pantas dikenakan oleh orang kampung dan orang-orang bau tanah, "old fashion" gitu katanya. Tapi hari ini, anak-anak muda, sopir bajaj, sopir metromini, tukang parkir, eksekutif muda, ibu-ibu, bocah ingusan, nenek-nenek, kakek-kakek, semua pakai batik. Dari tempat duduk gue dibelakang, gue bisa melihat orang_orang tampak sumringah dengan corak batik beraneka rupa, "The Real" batik. Sedangkan gue sedikit bersedih hati karena batik yang gue kenakan gak jelas corak dan latar belakang dibaliknya. Belum lagi gue teringat dengan batik yang dikenakan teman se apartemen gue yang baru semalem gue pilihkan. Dia pasti menerima banyak sanjungan karena corak batik parang garda yg dia pakai emang bagus banget, gue jadi iri sama mereka, gue gak rela batik gue gak sebagus dan sekeren mereka. Tanduk di kepala gue mulai bermunculan satu per satu.
Chapter 4
Mbak SPG: "wah dah gak ada ukuran M nya mas, tinggal L itu aja."
Gue: "Yah, padahal gue suka motif parangnya. Ini kelihatan kebesaran kali mbak."
Mbak SPG: "Gak kali mas, pas kok. Kelihatan makin ganteng." Ujarnya sambil senyum2 najong.
Gue: "Basi loe ah mbak, rayuan loe standar. Ya udah deh gue ambil ini, langsung gue pake aja."
Mbak SPG: "Mas makin ganteng jadinya."
Gue: "......" Termakan rayuan SPG.
Demi tampil dengan batik yang oke, maka jadilah begitu gue turun dari metromini di terminal Blok M, gue langsung kocar kacir menuju Pasar Raya Grande, dan tak lupa kirim sms ke bos gue "Bos gue dateng telat ya, maag gue lagi kumat. Perut melilit neh, sakit banget".
Chapter 5
Adzan menandakan waktu sholat jum'at dah berkumandang, gue baru aja turun dari metromini di depan kantor gue, tiba-tiba.....
Mang penjual teh botol di depan kantor gue: "Kang, batikna halus pisan euy! (Batiknya bagus banget).
Gue: "Ho oh." Sahut gue asal sembari tersenyum, dalam hati "Worth it-lah, gue beli dengan 125 ribu".
Mang penjual teh botol di depan kantor gue: "Bagus buat pergi KONDANGAN!"
Gue: "..........." Pengen cakar-cakar tuh penjual teh botol.
Langganan:
Postingan (Atom)